Demi Nama Kemanusian #RelawanKelud #PrayForKelud

15

Semua sudah tahu kalau tanggal 13 Februari 2014 kemarin pada pukul 22:50 Jawa Timur diguncang bencana alam hebat yang dampaknya sampai ke Jawa Tengah bahkan Jawa Barat yang jaraknya ratusan kilometer. Gunung Kelud yang lokasinya di Kediri dan Blitar pada beberapa minggu sebelumnya sudah menandakan akan batuk akhirnya meletus juga, abu vulkanik dari muntahan gunung tersebut menyebar ke berbagai kota di Pulau Jawa dan mengakibatkan ditutupnya 7 bandara utama di kota-kota besar.

Abu vulkanik menyerang yang sempat saya abadikan di kampung saya

Beruntunglah kalian yang rumahnya jauh dari lokasi dan hanya kena berkah abunya saja, yang paling miris adalah penduduk yang tinggal tidak jauh dari lokasi yang jaraknya hanya beberapa kilometer saja, mereka kehilangan harta benda dan segalanya. Demi untuk meringankan beban para korban bencana saya kemarin bergabung dengan komunitas lintas agama di Jombang yang terdiri dari StaraMuda, Jemaat Gereja Kristen Indonesia – Jombang, dan Gusdurian mengadakan baksos untuk membantu korban bencana alam.

Sejak pagi kami bekerja sama bahu-membahu memasak dan membungkus nasi sejumlah sekitar 700 bungkus dengan menu sederhana tapi cukup untuk memenuhi gizi. Selain nasi bungkus yang kami edarkan ada juga obat-obatan, makanan bayi, selimut, masker, air minum, celana dalam, pembalut, peralatan mandi, dan barang kebutuhan lainnya. Setelah semua barang bantuan dinaikkan ke mobil pick up BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Jombang kami berangkat ke lokasi pengungsian sekitar pukul 3 sore.

Fokus utama kami saat itu di tiga tempat pengungsian yang berlokasi di Kecamatan Ngoro yang masih masuk dalam area Kabupaten Jombang. Pertama kami datang ke SMPN 1 Ngoro dan langsung disambut baik oleh koordinator di sana. Saya sempat melihat ada beberapa badut dan orang tua berdandan sekilas tapi tak sama mirip seperti Pak Raden menghibur para korban. Aksi mereka sebagai bentuk self healing trauma yang diderita para korban, mereka akan keliling dari satu posko pengungsian ke posko yang lain secara bergilir untuk menghibur korban. Kemudian kami ke Balai Desa Ngoro dan dilanjutkan ke Balai Desa Badang. Ngoro memang merupakan daerah yang paling dekat dengan lokasi korban pengungsi yang rata-rata berasal dari desa-desa di Kediri dan Malang. Ngoro sendiri jaraknya sekitar 50 kilometer dari Gunung Kelud.

Beberapa dari kami sempat berdialog dengan beberapa korban dan juga dengan koordinator posko pengungsian. Yang paling miris dan merinding ketika mendengar cerita ibu-ibu di pengungsian, dengan mata berkaca-kaca mereka bertutur kepada kami. “Ngentosi truk evakuasi yo mati mas, udan kerikil ambek watu gedi-gedi, onok sing sak tangan, dadi sepeda motor siji digawe goncengan wong papat mas gawe menyelamatkan diri” —– “Nunggu truk evakuasi ya sudah keburu mati mas, hujan kerikil dan batu sebesar kepalan tangan, jadi satu sepeda motor boncengan berempat untuk menyelamatkan diri”. Duh nggak kebayang ngerinya waktu itu, apalagi katanya jalanan sudah nggak karu-karuan dan jarak pandang hanya 5 meter. “Omahku wis gak ajur mas, jare bapak sing ndelok muleh, wedi ambek kerikil sak gunung onok rong truk” —– “Rumah saya sudah hancur mas, kata bapak yang sudah melihat pulang, pasir sama kerikil segunung sampai dua truk kira-kira”. Nyesssssssss T____T

Saya hanya bisa bersyukur tidak mengalami hal mengerikan seperti yang dialami para korban letusan Gunung Kelud. Teman saya bilang merinding membayangkan jika keluarga dia mengalami hal serupa, ah berbagai pikiran merasuki benak kami masing-masing. Sebuah pelajaran berharga bagi saya dan beberapa teman yang bersedia meluangkan waktu, materi dan tenaga untuk membantu korban bencana secara langsung. Kami membuang semua ego, perbedaan, dan identitas masing-masing dan bersatu padu saling bahu membahu. Mungkin ini juga teguran supaya bangsa kita bisa lebih kompak lagi dengan ada atau tidaknya bencana yang bertubi-tubi menyerang Indonesia.

Penghibur korban yang sedang diwawancarai media

Kalau di antara pembaca yang ingin menambah kekompakan bangsa kita menghadapi bencana alangkah baiknya menyumbang baik materi dan tenaga dan salurkan kepada lembaga yang benar-benar terpercaya, nggak bakalan bikin bangkrut kok kalau hanya beberapa ribu atau ratusan ribu. Belakangan di perempatan jalan di Jombang banyak teman-teman yang meminta sumbangan kepada pengemudi yang lewat, baik sih maksudnya tapi caranya kurang elegan menurut saya. Tidak sehari dua hari komunitas lintas agama turun tangan, mereka akan terus membantu sampai kondisi membaik. Salut, hormat, dan angkat topi kepada seluruh relawan baik bencana Gunung Kelud dan relawan bencana lainnya . Demi nama kemanusian kapan lagi!!! #PrayForKelud

15 KOMENTAR

  1. Ujan abu nya gelap banget yaa dikampung mu, gresik juga ujan abu tpi tipis2.
    Alhamdulillah masyarakat saling gotong royong bahu membahu mendirikan posko dan saling membantupara pengungsi. Mudah2an ngak ada orang atau partai ngak jelas yg menunggangi kebaikan warga 🙂

  2. daerah Cepu Blora juga kena imbas debu vulkanik Gunung Kelud, bahkan debunya sempat masuk ke mata saya dan sempat parno gara-gara berita di TV dampak debu jika sempat terhirup atau masuk di mata. Untungnya tak terjadi apa2.
    #PRAYFORKELUD

  3. #PrayForKelud
    ada keluarga jauhku yg tinggak di dkt sana,, kotanya berubah jadi seperti arab.. penuh pasir.

    tapi bagi yang kreatif dan mau move on,, mereka berusaha menjadikan musibah ini berkah

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here