Dua Tempat Wisata Paling Mengerikan di Kamboja

69

Halo readers, sudah lama nggak posting dan postingan kali ini saya mau melanjutkan cerita perjalanan saya sewaktu di Kamboja. Dan kali ini postingannya agak-agak ngeri sedikit, karena tempat wisata yang saya datangi adalah bekas pembantaian masal. Nggak habis pikir kenapa tempat-tempat bekas pembunuhan tersebut bisa jadi obyek wisata yang ramai dikunjungi wisatawan asing. Itulah hebatnya, mereka bisa menjual dan mengemas sesuatu menjadi sesuatu banget.

Dan memang sudah menjadi ritual wajib kalau ke Phnom Penh di Kamboja harus mengunjungi 2 tempat mengerikan tersebut, rugi dong sudah jauh-jauh nggak kesana. Tempat tersebut adalah The Killing Fields of Choeung Ek (baca: Congek), dari namanya saja sudah ngeri, Killing Field atau Ladang Pembunuhan. Tempat yang kedua adalah Tuol Sleng Museum, bekas sekolah yang dijadikan penjara dan tempat penyiksaan.

Untuk menuju kedua tempat tersebut kita naik tuk-tuk dengan harga nawar setengah mati setengah ngeyel, susah banget nawar di sana tapi lumayan dapat 7 dolar dari harga awal 10 dolar. Letak Killing Fields of Choeung Ek sekitar 15 km dari pusat kota tapi untuk museumnya masih di pusat kota. Supir tuk-tuk memperingatkan kita untuk jaga barang-barang berharga karena Phnom Penh terkenal sekali dengan jambret. Satu lagi tips kalau keliling Phnom Penh dengan tuk-tuk siapkan kacamata dan masker atau penutup muka apapun deh, kalau panas sih oke-oke saja, tapi debunya minta ampun, jalanan bisa-bisa nggak kelihatan karena debu berterbangan dari segala arah. Nggak habis pikir kok masih ada yang jualan makanan di jalan tanpa penutup sama sekali.

Sampai di Killing Fields disambut ramah di loket tiket dan untuk orang asing lagi-lagi tiket pasti mahal, 5 dollar untuk sekali masuk tapi sudah lengkap dengan audio tour yang berupa semacam walkman yang berisi penjelasan-penjelasan mengenai tempat-tempat yang telah dinomeri.

Masuk ke lokasi saya yang biasanya banci foto begitu sampai tempat wisata tapi di tempat ini benar-benar nggak berani foto-foto loncat, foto hanya sekedarnya. Semua pengunjung juga khusyuk dan khidmat mendengarkan suara penjelasan dari walkman kecil tersebut. Dan dari sekian pengunjung terlihat hanya kita saja yang kayak orang lokal, bule semua gitu.

Apa sih Killing Field of Choeung Ek? Ke masa lalu sejenak yuk dan belajar sedikit sejarah kelam Kamboja. Pada tahun 1975-1978 kira-kira sebanyak 17.000 (tujuh belas ribu) orang disiksa dan dibantai, nggak memandang usia dan gender, yang masih balita saja dilempar dan dihantamkan ke pohon besar hingga tewas. Bayangkan, negeri yang tentram dan damai tiba-tiba berubah menjadi neraka. Bagaimana tidak, penduduk yang nggak berdosa tiba-tiba ditangkap, disiksa dan dibunuh.

Killing Tree tempat membunuh bayi dan anak-anak dengan cara dihantamkan

Adalah Pol Pot atau nama aslinya Saloth Sar yang bertanggung jawab atas semua peristiwa tersebut, pemimpin Partai Komunis pada jaman itu ingin membentuk rezim baru dengan memusnahkan bangsa (genocide), tradisi, budaya, dan agama. Kalau Nazi dan Yahudi bisa dimengerti karena dua bangsa berbeda ingin memusnahkan bangsa satunya, tapi Pol Pot adalah bangsa Khmer dan ingin memusnahkan bangsanya sendiri, bisa dibayangkan betapa ngerinya membunuh keluarga dan saudara sendiri.

Choeung Ek sebenarnya adalah kuburan Cina yang disulap menjadi ladang pembantaian, korban yang dipenjara dan disiksa di Tuol Sleng kemudian dibawa ke Choeung Ek dan dibantai. Bekas kuburan hampir nggak bersisa, hanya ada satu nisan dengan karakter Cina yang hampir hancur yang menandakan kalau tempat tersebut dulunya adalah kuburan Cina.

Saat ini Choeung Ek sudah dibeli oleh orang Jepang, makanya bisa dikemas sedemikian rupa untuk wisata dan menghasilkan uang, sementara orang-orang Kamboja (Khmer) sendiri merasa terganggu karena tragedi menyeramkan tersebut dieksploitasi dan dijual ke publik. Karena memang tempatnya sih biasa saja, hanya beberapa tempat yang ditandai nomor serta ada papan penjelasan ditambah dengan audio tour serta beberapa tulang belulang yang dipamerkan, jadilah tempat komersil yang tiket masuknya termasuk mahal. Selebihnya bagi saya hanya kebun biasa dengan angin sepoi-sepoi yang bisa bikin ngantuk. Bulu kuduk baru bisa berdiri ketika kita mendengarkan audio tour tersebut.

Ada dua bangunan utama, yang satu adalah museum yang berisi foto-foto dan galeri alat-alat untuk membunuh yang berupa arit, palu, cangkul, dan benda tajam lainnya. Karena kalau memakai senjata api akan mahal. Di museum kita bisa melihat video tentang tragedi tersebut.

Satu lagi bangunan paling penting di Choeung Ek adalah Stupa atau Pagoda sekaligus monument untuk menghormati korban. Dalam stupa yang menjulang tinggi tersebut dipajang tengkorak sebanyak total 8000 buah yang tertata rapi berdasarkan jenis kelamin dan umur.

Stupa atau Pagoda tempat menyimpan 8000 Tengkorak

Selesai menikmati kengerian masa lalu di Choeung Ek kita melanjutkan perjalanan ke Tuol Sleng Museum yang masih berhubungan dengan Choeung Ek. Justru di Tuol Sleng inilah saya lebih bergidik dan merinding. Kalau di Choeung Ek hanya ladang lapang biasa tapi kalau Tuol Sleng adalah bangunan penjara tempat menyiksa para tahanan sebelum dibawa dan dibunuh di Choeung Ek. Karena berbentuk bangunan tersebut kesan seramnya pas sekali.

 

Beberapa pengunjung yang lagi-lagi bule hanya melihat bagian bawah bangunan saja, saya yang nekat ingin ke lantai atas pun dibuat merinding karena sangat-sangat sepi hampir tidak ada pengunjung yang berani naik. Bilik kamarnya sih bersih, hanya ada ranjang besi berkarat, bekas darah yang nggak bisa hilang, serta lukisan penyiksaan. Sumpah merinding minta ampun. Kita coba bercanda-canda dengan mengagetkan satu sama lain untuk mencairkan suasana pun rasanya nggak berani berlebihan dan langsung kabur ke bawah ke tempat yang lebih banyak orang.

Setiap ruangan selalu membuat bulu kuduk berdiri

Tuol Sleng sebenarnya adalah sekolah yang diubah menjadi penjara masal yang disebut Security Prison 21 atau lebih dikenal S-21. Sekarang diubah menjadi museum dengan tiket masuk yang lagi-lagi buat turis asing mahal, 3 dollar. Seperti Camp Auswitch di Polandia yang digunakan Nazi untuk membantai Bangsa Yahudi. Tempat ini nggak kalah mencekam dan mengerikan.

Tiang Gantungan

Dan seperti Nazi juga yang mendokumentasikan setiap korbannya sebelum dibunuh, Pol Pot pun memfoto satu persatu korbannya. Jadi di beberapa bilik dipajang foto-foto korban yang masih sangat muda, polos, dan tidak berdosa dibunuh begitu saja.

Foto-foto Korban

Ibu dan bayinya tidak luput dari kekejaman Pol Pot

Sebenarnya masih banyak foto-foto yang lebih menyeramkan, tapi sengaja nggak saya upload, orang upload yang ini saja rasanya terbayang-bayang.

Lagi-lagi tragedi yang dikomersilkan, waktu menuju keluar ada kakek tua dengan buku-buku karangannya, beliau adalah saksi hidup dari kekejaman Pol Pot. Mau foto? Harus beli bukunya dulu. Rasa simpati berubah menjadi cibiran, tapi mungkin beliau berbuat seperti itu untuk cari makan karena sudah nggak ada keluarga yang mensupportnya atau memang dia nggak punya keturunan. Yah siapa tahu.

Pulang dari dua tempat tersebut pasti banyak yang mikir macam-macam. Kenapa begitu kenapa begini? Kok bisa ya? Tega-teganya sih. Hanya Pol Pot yang tahu dan yang jelas bagi saya ada 3 rumus supaya dunia ini damai, yaitu: dignity + respect = world peace

Respect each other and happy traveling

69 KOMENTAR

  1. ihh aslinya emang serem banget disini!..tapi karena tadi nyebut kamp auschwitz, wahh ini gak ada bandingannya sama auschwitz!, di auschwitz horornya maksimal, apalagi kalo kesananya musim dingin..gw sampe pengen pipis saking takutnya! (errr..kedinginan juga sih)

  2. Waduw, ngeri mas, kalo saya sih ogah gak bakalan kesana, orangnya penakut sih 😆
    Btw, itu tengkorak manusia semua? Bujubuseeeet dah, serem abis 😀
    Foto ibu dan anaknya juga ngeri tuh, kayak hidup 😀

  3. Akh, baru liat homepagenya aja udah disuguhin slide tengkorak, makin ngeri abis baca postingan ini 🙁

    Yang paling ngeri itu yang pohon buat ngebantai anak kecil, sadis banget itu, hiiiii

  4. tahun 1965 sebenarnya indonesia hampir memiliki rezim ala pol pot, tapi untung dapat digagalkan oleh CIA &anteknya Soeharto… terlepas dari cara &motifnya, kita patut ucapkan puji syukur “alhamdulillah” indonesia 100% bebas komunisme… andai kala itu indonesia benar2 tenggelam oleh ideologi komunisme, dapat dibayangkan jadi apa negara kita… cina era mao? soviet era lenin? ataukah kamboja era pol pot? ….tinggal pilih

  5. cukup liat dari postingan disini aja deh…gak usah liat langsung nanti gak bisa tidur berhari2 lagi….makasih ya udah dishare disini…

  6. Wow, T’haru Banget Gan…Sedih Liat Emak2 Sama Baby nya…JGn Sampai dah T’ulang K’dua kali Nya Zaman Seperti Itu… 🙁
    Klw q pengen Bnget k’tmpat itu, Skligus Cari Pengalaman..Nggak Pernah Liat yg B’gituan Sich..Hikzhikz

  7. Kasihan anak2 yang tidak berdosa juga ikut jadi korban.
    Semoga tidak ada kejadian2 seperti ini lagi.
    Terima kasih atas info tempat wisatanya, walaupun serem juga rasanya kalau pergi ke sana. 🙂

  8. Woh aku nginep persis di depan Tuol Sleng. Surup2 tepat sebelum tutup ke sana. ga ngeh kalo ternyata segitu seremnya. Balik hotel merapal dzikir terus baju langsung dilondri semua

  9. wuih, malem-malem gini mbaca beginian jadi takut tidur bang… klo bukan karna penasaran td ga mampir gua . hahaduw… thanks udah berbagi pengalaman mas .

  10. ihh aslinya emang serem banget disini!..tapi karena tadi nyebut kamp auschwitz, wahh ini gak ada bandingannya sama auschwitz!, di auschwitz horornya maksimal, apalagi kalo kesananya musim dingin..gw sampe pengen pipis saking takutnya! (errr..kedinginan juga sih)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here