Wahai Pawitra, di lubuk hati yang terdalam abang sebenarnya rindu, tapi ketika raga ini sudah di hadapanmu abang tidak berani melangkah lebih jauh lagi untuk menemuimu. Sedih hati abang melihat kau dijamah banyak orang
Sabtu, 19 September 2015, saya memaksa ikut kawan saya Bayu untuk naik Gunung Penanggungan alias Gunung Pawitra yang berarti “kabut”. Karena weekend tersebut saya belum ada rencana kabur sama sekali, jadi begitu dengar dia mau nanjak saya langsung memaksa dia ngajak saya agaga.
Sudah kayak pendaki gunung beneran nggak?
Namanya juga dadakan jadi persiapan juga ala kadarnya. Bukan saya meremehkan alam tapi memang saya pernah nanjak ke Penanggungan sebelumnya. Sehingga tahu medan dan berani naik tanpa persiapan sesempurna mungkin. Yang penting persiapan dasar seperti logistik, ransel, jaket, sandal gunung, itu saja sudah cukup. Tidak lupa ganteng serta keperkasaan juga penting agagaga. Tenda numpang, sleeping bag dan matras pun saya tidak sempat cari pinjaman, ah itu saya masih bisa ndusel cari kehangatan agagaga. Intinya saya masih tetap meremehkan alam huft.
Karena dadakan pula saya tidak kenal teman mendaki yang lain. Dalam pikiran saya yang penting berangkat dulu, kenalan bisa nanti. Siapa sangka dapat teman jalan cewek yang badannya super jumbo. Dalam hati hanya menggumam “apa kuat sampai puncak?”
Pikiran negatif dan sok menghakimi orang lain saya buang jauh-jauh. Siapa tahu dia memang sering mendaki dan sudah terbiasa nanjak dengan tubuhnya yang tambun kuadrat maksimal.
Di atas Puncak Bayangan Penanggungan pemandangannya begini kalau malam
Penanggungan sekarang sudah berbenah, parkiran di pos pendakian lebih luas dan tertata. Toilet umum juga lumayan banyak. Sekarang sebelum naik pun kita di-briefing dulu sama petugas, dijelaskan apa yang boleh apa yang nggak boleh. Kalau dulu setelah daftar langsung nanjak saja tanpa arahan dari petugas. Pos-pos peristirahatan pun sekarang ada 4 dengan bangunan gazebo sederhana. Bahkan di pos 2 ada pedagang makanan kecil dan gorengan. Kalau pagi malah ada yang jual es tebu agagaga.
Jam 20:30 kami memulai pendakian dari pos Tamiajeng, rencananya sampai Puncak Bayangan pukul 22:30 karena normal pendakian memang membutuhkan 2 jam untuk sampai Puncak Bayangan. Tapi rencana tinggal rencana, kami terlalu banyak beristirahat, terlalu banyak menunggu teman jalan kami yang tambun. Di pos 3 dan pos 4 saya malahan tertidur pulas karena lamanya menunggu.
Naik gunung itu memang nggak boleh egois, harus memperhatikan kondisi teman yang lain. Jangan sampai ninggal temen dan terpisah dari grup. Itulah indahnya kebersamaan dan kekeluargaan dalam pendakian. TAPI, kamu juga jangan egois, jika kamu merasa nggak kuat naik gunung dan tahu sekali kondisi tubuhmu jangan sekali-kali nekat nanjak. Kasihan teman jalan kamu yang kelelahan menunggumu. Huff! Walhasil kami sampai Puncak Bayangan jam 3,5 jam kemudian.
Ini bukan pasar tenda yak agagaga
Gunung sekarang kayak mall, ramainya minta ampun. Jalur pendakian jadi riuh ramai sesak, halah lebay. Tapi sumpah beneran, beberapa puluh meter menjelang Puncak Bayangan saya banyak berhenti karena terhalang para pendaki di depan yang sama-sama terjebak. Antrian mengular di jalur trekking dengan kemiringan 45 derajat dan itu jam 23.30. Disiksa lagi debu halus setebal 2 ruas jari berterbangan kemana-mana. Mata rasanya pedih dan hidung terasa sesak. Saya yang pakai masker saja masih engap begini, apalagi saya lihat banyak yang tidak pakai masker. Menumpuknya debu di Penanggungan memang akibat dari musim kemarau yang berkepankanjangan. Tidak hanya di Penanggungan, sekarang ini kalau siang udara panas dan angin yang membawa debu menerjang setiap daerah di Jawa Timur. Pelan tapi pasti tapi akhirnya kami semua sampai juga di Puncak Bayangan.
Selamat pagi alam semesta
Penderitaan belum berakhir, bayangan kami begitu naik akan bisa segera mendirikan tenda dan tidur untuk istirahat. Nyatanya semua lahan sudah dikavling oleh macam-macam tenda berbagai warna, ukuran, dan merk. Berasa pasar tenda hiks. Jadilah kami yang sudah kelelahan dan ngantuk tetapi masih disibukkan dengan pencarian lahan kosong untuk mendirikan istana. Duh nasib! Tanah miring dan gronjal-gronjal (bergelombang) di pojokan pun akhirnya kami tempati daripada kedinginan di luar.
Niatnya sih ingin segera tidur supaya bisa bangun jam 3 pagi untuk melanjutkan pendakian ke Puncak Purwita, meskipun kami tidur sekitar pukul 1 pagi. Saya dan teman-teman akhirnya memutuskan tidur tanpa ada keinginan lagi untuk melanjutkan pendakian. Melihat tenda yang segitu banyak nggak bisa membayangkan bagaimana antrinya pendakian ke puncak nanti. Apalagi medan dari Puncak Bayangan ke Puncak Purwita lebih sulit lagi. Iya saya menyerah untuk tidak menemui Purwita sang pujaan hati.
Kalau sudah begini alam yang menangis. Alam yang menjadi korban akibat ulah manusia demi bisa eksis berfoto di tempat yang ciamik. Foto yang ciamik tersebut diupload ke dunia maya dan mengundang siapa saja yang melihat foto tersebut. Kita tidak bisa membendung mass tourism yang semakin hari semakin parah, manusia saat ini berbondong-bondong memenuhi tempat wisata.
Si ganteng lewat
Iya saya juga bertanggung jawab telah merusak alam karena telah menulis, memfoto, dan membagikan cerita perjalanan ke pembaca yang menggugah mereka untuk berangkat berwisata ke tempat yang sama. Yang bisa saya lakukan hanyalah tidak membuang sampah sembarangan di manapun saya berada. Iya itu tidak cukup memang. Indonesia memang darurat plesir kalau kata simbok di sini.
Keep clean, travel safe, Wonderful Indonesia!
ramenyaaaa manusiaaaaaa….
until now.. I haven’t climb any mountain in Indonesia that is full of people… semuanya sepi orang.. Mahameru juga SEPI ORANG> wahhh.. asikkkk… mungkin kerna bukan weekend. hehehe..
Serius Mahameru sepi? Lucky you. Teman-teman bilang macam cendol saja di Ranu Kumbolo
Gituu yaa bebii kamuu jalann sama siapaaaaa
Jalan sama kuntilanak agaga
Iya ya, secara gak langsung turut bertanggung jawab kalo ada yang baca tulisan di blog trus datang ke sana eeh berbuat seenaknya :p
Cuma positif aja, semoga jumlah orang yang begitu makin hari makin punah #eh
Sayangnya di era sosmed yang makin hari makin canggih semua orang berbondong-bondong pergi 😀
cuma bisa komen satu hal yang paling pantas,……..indonesia getuh loh.
Ah masak
Cuma mo komen… kamera anyarmu jebule apik ya buat ambil gambar-gambar kayak di atas 😀
Kamera lawas kooo -_- ada yang pake hape kok agaga
Tenda2 tuh sdh ada disana tinggal sewa atau bawa sendiri?. Bisa rapih begitu 😀 .
bawa sendiri kok dan rapi apaan, gak beraturan kok hahaha
benerannn rapihhh ko tendanya, warnanya bagus macem2 gitu 😀 .
agagaga-itu maksudnya apa ya?..
Agagagaga kepo ih
ternyata pendaki itu banyak
saya kira sepi *maklumbelumpernahmendaki 😀
eh penanggungan minggu kemarin gak lagi kebakaran mas? aku di trawasnya kok liat asap – asap yoo ._.
eh salah fokus kukira minggu kemarin wkwk
Errr ketoro ga diwoco -_-
wah rame banget tendanya yah. tp pemandangannya sih bagus. atau efek kamera itu? ahahha
Ya akunya aja yg pinter motret agaga
Hahaha. setiap baca blog nya Mas Alid, selalu ada keyword ‘ganteng’ di instagram juga..
Gunung sekarang sudah kayak mall ya mas? G semua gunung kan?
Aduh gimana lagi, aku emang ganteng kok agaga
duh. salah bilang deh aku -__-
Cakep viewnya pas malam, Baru denger nama Gunung Pawitra btw lokasinya dimana ya? Kalo udah rame gini gunung yang mengkhawatirkan adalah kelestarian alamnya apakah tetap terjaga, diharapkan para pendaki tidak nyampah di gunung.
Pawitra nama lain dari Gunung Penanggungan di Mojokerto 🙂
Akibat 5cm kali yak? sekarang stiap weekend saya pulang ke Tuban via kereta, jadi banyak anak2 Jkt yg mau nanjak ke gunung2 di Jatim, semoga kegiatan mereka berkah
Loh di Tuban ada gunung ehehehe…
wah jadi pencinta alam juga yaa..
Aku pecinta wanita agaga
tenda banyak gitu susah kalo mau boker
Gampanglah, aku aja boker dua kali agaga
hihiii kereeeeenn, bikin iri nih mas, itu pasar tendanya ga kurang banyak ya hehehe
Duh asiknya punya jiwa serang traveling.. naik turung gunung kya ninja hatorii hehe seruuuuuu duhh
Wow sampai sesesak itu ya yang pada naik gunung? Btw Purwita atau Pawitra sih namanya?
Pawitra om ehehe, kemarin typo, untung saja bukan munawaroh agaga
Munawaroh apaan sih? 🙂
anggaran dananya gak ditulis nih mas?? hihihiihii
Kayak bikin proposal aja broo 😀
Udah jadi gunung wisata ya. Kayak Papandayan sama Prau. Mungkin karena gunungnya nggak terlalu tinggi. Kalau yang macem Cikuray sih, masih jarang wkwkwk.
Suka banget sama foto tenda berlatarkan gunung itu. Birunya magis!
Ini nggak tinggi tapi medannya berat loh
full tenda sih, tapi hasil fotonya tetep asik kok, Lid. masalah kamu tidur di atas tanah gronjalan ya derita elo. hahahaha .. 😀
duh jahatnya 🙁
wah sumpah mas ini keren banget fotonya…(kepo gimana caranya moto begituan) 😀 #tenda
Tinggal jepret aja kok 🙂
Foto-fotoe apik Mas. Pas cerah yo, sek belum kebakaran berarti. Ayo munggah seng gunung ngarepe Penanggungan kuwi 😀
rame benerrr …kalau rame begini .. nanti pengusaha property masuk dan ngapling2 … ha ha ..
sayangnya kesadaran kita kebanyakan sangat rendah ya … mengaku pecinta alam … tapi membuat kerusakan dan meyampah .. ck ck ck
sedih hati hayati 🙁
Wow, rame pol. Aku malah seneng nek rame ngono sih. Aku khan extrovert hahaha..
Tapi aku egois sih wonge. Munggah gunung jarene gak oleh egois. Peh aku kudu piye ya? Hahaha..
Ndekem ae ndik kamar ndop!
iyo cak, ndekem ae nang omah hahaha
fotomu apik apik sing gunung iku lid..
guaya tok munggah gunung saiki ya
ayok mantai kapan?
Hallooo wong gantenggg .. lagi clingak clinguk nengokin blog teman-teman, dan aku rindu padamu duduk disini hahaha .. piyee kabaree?
Wakakaka aku wapik pooolll, bar teko India meneh aku 😀 kowe piye kabareeeeeeeee
apaaaaaahhh!!!???? sumpaaaah koeeennn teko Indiaaa???? Mateeeekkkk tenaaan… mbujuukk konnn … bencii akuu hahahaha manaa fotonya??? manaaa tulisannya?? kwkwkw .. aku mau pindah lid ke eropaah ixixixix
kawin oleh bule ta?
jujur aku ngga minat banget kalo naik gunung lalu nenda rame rame kaya cendol
bilang aja emang gak kuat nanjak om haha
Saya mah kuat maklum kalo naik gunung gini pake tandu (horang kayah
Artikel yang keren, Informatif sekali dalam pembahasan opini dan kritikan. terima kasih dan sukses selalu info seputar pendidikan dan kebudayaan juga ada disini