Hampir saja trip ke Ngawi ini gagal gara-gara drama ala-ala sinetron picisan. Mobil rentalan yang seharusnya siap sedia diambil pukul 4 sore tidak ada. Danik sang empunya trip planner ke Ngawi kalang kabut bukan main khawatir rencana yang sudah dia persiapkan dengan matang beberapa minggu sebelumnya bubar di tempat.
Foto keluarga dulu
Saya yang sejak jam 4 sore sudah ganteng dan wangi pun berakhir menyedihkan. Sendiri berteduh di sebuah minimarket karena hujan deras mengguyur Kota Jombang sambil menunggu kepastian berangkat atau tidak. Berharap dipungut orang tapi minimarketnya pun sepi pengunjung hahaha.
Entah dengan meminjam kekuatan bulan akhirnya kami bertujuh baru bisa bertolak menuju ke Ngawi pada pukul 8 malam. Bayangkan betapa kusutnya saya yang sudah siap sejak jam 4 sore tapi jam 8 malam baru berangkat.
Selama perjalanan saya banyak tidur dan sedikit bercanda dengan teman-trman karena lelah. Sampai di rumah Danik di Ngawi sekitar pukul 12 malam kami semua membersihkan diri dan tepar. Jadi ceritanya Danik yang asli Ngawi, seorang gadis desa sedang kuliah di Jombang dan pulang kampung sekalian ngajak jalan-jalan gitu.
Setelah selesai sarapan kami semua siap-siap berangkat jalan-jalan keliling Ngawi. Tujuan pertama kita adalah Benteng Pendem yang menjadi salah satu landmark penting Kabupaten berlambang tulang dan tengkorak tersebut . Lha kok? Ada yang tahu tidak kalau logo Kabupaten Ngawi di tengahnya ada gambar tulang paha dan tengkorak. Tidak, mereka tidak salah gambar dan mereka bukan bajak laut karena logo tengkoraknya mengadopsi lambang perompak lautan tersebut. Itu dikarenakan di Ngawi terdapat situs penting peradaban manusia purba tepatnya di Trinil.
Benteng Van De Bosch atau lebih dikenal dengan Benteng Pendem lokasinya masih di seputaran kota dan mudah dicapai. Di sebut pendem karena dibangun lebih rendah dari tanah-tanah tinggi di sekitarnya sehingga terlihat terpendam. Di Cilacap juga ada Benteng Pendem peninggalan Belanda, apa juga modelnya dipendem juga? Jangan suka memendam perasaan pokoknya *halah ini apa?*
Benteng yang dibangun pada tahun 1839 hingga 1845 tersebut kondisinya seperti dibiarkan seadanya tanpa perawatan lebih. Benteng ini dulunya dihuni 250 tentara Hindia Belanda yang bersenjatakan bedil, dan ada 6 meriam api serta 60 orang kavaleri alias pasukan berkuda.
Adalah Johannes graaf van den Bosch yang menjabat sebagai Gubernur Jenderal pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Untuk mempertahankan kedudukan serta untuk menguasai jalur perdagangan benteng ini dibangun. Dahulu Ngawi memang menjadi salah satu pusat perdagangan dan pelayaran di Jawa Timur. Benteng Van De Bosch lokasinya memang sangat strategis karena berada di sudut pertemuan Sungai bengawan Solo dan Sungai Madiun. Jangan heran sungai-sungai pada zaman dahulu memang bisa dilewati kapal-kapal besar.
Untuk foto pre-wedding dengan tema jaman dulu sangat cocok. Tembok-temboknya yang putih memudar kekuningan bercorak hitam bekas lumut yang mengering. Tembok yang keropos sehingga kelihatan susunan bata merahnya menambah kesan unik. Bau kotoran kelelewar di beberapa bagian begitu menyengat dan menusuk hidung, jadi siapkan masker kalau nggak kuat bau busuk. Nggak bisa bayangin kalau malam akan berubah menjadi angker dan mencekam. Kabarnya beberapa acara di tivi yang bertema ghaib-ghaib-an syuting di sini. Yang paling menganggu pemandangan adalah banner-banner besar yang ditempelkan di tembok benteng.
Bannernya ganggu sumpah
Puas berfoto ria di beberapa lokasi saya ngotot minta diantar ke Museum Trinil yang lokasinya sekitar 12 km dari pusat kota. Meskipun yang lain ogah-ogahan karena memang bukan tujuan menarik bagi mereka. “Tempatnya kecil dan nggak ada apa-apanya?” Bagaimana tidak ada apa-apanya, lha wong Trinil merupakan situs penting dunia karena di tempat tersebut ditemukan fosil manusia purba Pithecanthropus erectus serta berbagai fosil hewan dan tumbuhan purba. Fosil itu juga yang dijadikan lambang Kabupaten Ngawi, tengkorak dan tulang paha manusia purba.
Saya masih ingat saat masih SMP kelas 1 betapa semangatnya ketika pelajaran sejarah membahas jenis-jenis manusia purba yang ditemukan di Indonesia seperti Meganthropus Paleojavanicus, Homo Erectus, Pithecanthropus erectus, dan ereksi-ereksi yang lainnya *eh*. Jadi tidak mungkin saya melewatkan untuk mengunjungi situs penemuan Pithecanthropus erectus.
Eugene Dubois sang penemu fosil membuat tugu bertuliskan P.e.—175 M.ONO—1891/93 yang berarti 175 meter kearah timur laut Pithecanthropus erectus pertama kali ditemukan pada tahun 1891 hingga 1893. Tugu tersebut masih ada di halaman depan museum dekat dengan tepi sungai.
Memang museumnya kecil dan hanya ada satu ruangan eksebisi saja, selebihnya hanya kantor, aula, dan taman. Koleksinya tidak banyak, lagipula semua fosil yang dipamerkan hanya replika, yang asli tentu saja di simpan di museum nasional dan beberapa sudah diangkut ke Belanda. Tapi saya puas karena dapat penjelasan jelas nan lengkap sama bapak petugas.
Kenyang jajan pentol di depan museum kami menuju ke Kebun Teh Jamus di Kecamatan Sine yang jaraknya lumayan jauh sekitar 40 km dari pusat kota Ngawi. Destinasi terakhir di Ngawi yang kami incar untuk foto-foto narsis maksimal karena pemandangannya yang aduhai. Setelah sampai kami naik ke bukit teh dan baru juga berpose senyum ala-ala tiga jari hujan deras mengguyur haha *misuh-misuh*. Berharap hujan reda sambil berteduh di warung kopi sambil makan tempe goreng. Akhirnya kami semua memutuskan pulang karena kelelahan menunggu tanpa kepastian. Ini pertanda saya diharuskan untuk kembali ke Ngawi lagi.
Baru juga senyum tiga jari disambut hujan deras T_T
Kunjungan singkat kami ditutup dengan ditilang polisi serta mencicipi kuliner unik khas Ngawi yaitu Bothok Tawon yang kalau habis makan badan terasa gatal semua hahaha. Level alergi tiap orang berbeda, saya sendiri beberapa jam setelah makan baru terasa gatal-gatal. Sedangkan kawan saya yang nyambi jadi supir 1 jam setelah makan terlihat bengkak-bengkak kecil memerah di mukanya bhuahahaha. Ada juga yang tidak gatal-gatal karena memang mereka tidak kegatelan seperti saya haha.
Serbu bothok tawon slurrrrrrpp seger sumpah
Always travel safe, wonderful Indonesia and happy traveling!!!
Candi Cetho kok lewat Ngawi, Lid? Isih adoh noh, kudu nembus Magetan, Sarangan, Tawangmangu sik loh 😀
Loh kok Candi Cetho? Sing nulis Candi Cetho iki sopo -___-
Benteng itu juga cocok buat uji nyali haha…
Baru tau ada bothok tawon. Tapi bahaya kalo gatal-gatal akibat makannya.
Haha aku mikirnya juga gitu tadi.
Memang beberapa kali dipakai syuting acara gituan klo ga salah, aku sendiri ga pernah liat tipi haha
Aku 2,5 tahun tinggal di Ngawi tapi belum pernah ke Benteng Pendem, juga Trinil. Trus dulu kemana aja? Cuma main di sawah belakang pondok… huehehe….
Hwaaaaaaaaaaaattttt??? Ciyusan??? Lulusan Gontor ternyata. . Kan banyak tuh santriwati yang manjat pagar buat bolos mbak yu wkkwkwkw… Tapi Gontor ke Ngawi kota kan juga masih jauh ahaha
Iya, aku pernah 2.5 tahun di Gontor… Iya jauh kalo ke Ngawi kota. Kami biasanya main ke Sragen, atau sekalian ke Solo, hehehe…
Ntah apa yang ada di pikiran orang yang masang banner :3
Ngawi cakep ya ternyata. Itu museum kukira Sangiran.
Jarak Trinil dan Sangiran sekitar 70 km dan dua2nya berada deket bengawan solo. Klo Sangiran museum Arkeologi klo Trinil museum Paleontologi. Halah entah apa bedanya ga begitu ahli begituan. Yg jelaS dua2nya situs penting dunia. Hanya sangiran yg udah masuk UNESCO
Mau ono tulisan e Candi Cetho makane aku bingung, wes diedit -__-
Btw lagi ngeh dari fotomu yen sarang walet e tambah akeh. Dulu masih ada bolong-bolong koridor yang bisa buat foto narsis, wes ilang rupanya.
Hwakakakakaka… loh brarti bau gak enak itu kotoran walet?
Bau nggak enak itu bisa timbul dari sosok kasat mata kayak di film Conjuring itu loh… atau memang bau pup walet 😛
Akhirnya ke benteng pendem juga km dul. Hahaha untung km g ikut2an uji nyali.
OK Sip. Ngawi siap diinvasi 🙂
hiyaa ampun,lumayan juga loh ya dari jam 4 berangkat jam 8 hehe…bentengnya bagus ya mas,ngeri2 sedap ya makan bothok tawon….g kebayang gatelnya hehe
Tapi seger sumpah mbak, aku aja kurangen dan mau lagi ahaha
Ya ampun aku kemana saja selama ini, sering lewat ngawi ternyata ada benteng tua kece kayak gini. ada museum juga. kalau nggak baca blog kamu kayaknya nggak kenal sama nih benteng. BTW, kayaknya ada penamampakan di belakang.
Pingin jelajah India ujung ke Ujung? aku bertahun tinggal di India belum khatam2, banyak spot kecenya.
Hiyaaashhh…itu posternya ga bangeeeettt 🙁
Mending kasih fotoku aja ya mak ahaha
Sedihnya, museum dibilang ngga ada apa-apanya. Hiks hiks ..
Btw, bothok tawonnya unik ih, tapi aku mesti ngga berani nyoba, gilo. Ah, memang nyaliku sak uprit .. 🙁
Wah asyik nih kelihatannya tempatnya.
Nanti bisa ke sana juga nih..
Kalau ke Solo/Jogja, pasti saya sering lewat Ngawi. Tapi selalu saja gagal menyempatkan mampir ke tempat-tempat wisatanya, bahkan Trinil sekalipun!
Kuwi sop bothok tawon? TAWON? Rasane segere piye Mas :3
itu banner apa sampah mas..hehehe..mengganggu banget pemandangannya..btw salam kenal ya mas..travel blogger sungguh menginspirasi banget :)..saya termasuk newbe kalau masalah travelling hihihi
ngawi tidak popular ya … tahunya disana ada benteng yang keren … photogenic banget .. he he ..
Trinil yang ngetop di buku2 sekolahan .. ternyata ada di daerah ngawi ya … kuper deh saya
Kamu kurang pergaulan kak, dan kurang digauli agaga
Bagus ini buat objek foto-foto. Sodara aku yang fotografer bilang tempat ini amazing. Benteng pendem, namanya unik ya 😀
nama aslinya sih Van De Bosch sesuai nama penguasa wilayah pada waktu itu. Ya namanya lidah Jawa jadilah begitu ehehe
bentengnya serem amat. liat aja dah merinding
Ah masa
kayaknya seru nie liburan di Ngawi, ternyata banyak juga ya tempat wisatanya. Padahal rumah saya di Cepu terhitung cuma 1 jam pejalanan saj, tapi malah saya gg pernah ke kota ini 😀
Saya kalo pulang ke Blora seringnya lewat Ngawi, tapi belum pernah ke tempat ini, udah sering denger juga tentang keunikan tempat ini 😀
Mampir bro lain kali, keren kok tempatnya 🙂
Ah, ternyata di Ngawi ada tempat sekeren ini ya!
Sayang banget, biasanya aku cuma numpang lewat doang kalau mau pulang ke kampung halaman (Tuban)
lain kali mampir juk 😀
Kok udah ada yang nge-review, padahal baru kepikiran nih mau buat. hehe
Baru kemarin nih kesana, emang bener tempatnya keren banget dan terjaga kebersihannya
buruan direview nanti aku gantian baca eheh
Semuanya oke buat aku. Kecuali banner nggilani kui karo botoke. Wis prei ae wis preiii. Hahahaha.. Mbayangne tawon dipangan. Waduuuuw.. Mending pizza ae wis..
enak loh sumpah 😀
wahhh ternyata keren ya benteng pendem-nya. Tapi bannernya itu ngezelin hikss, boleh dicabutin aja gak? dan ehh botok tawon, baru ngebayangin aja udah gatel iniiii *tapi emang belum mandi sih*
emang pernah mandi? agaga
Wah 😀 kalau tempatnya indah-indah banget kyak gini ya ga bisa kalo bentar di ngawi 😀 hehe
Pertama lihat gambar awalnya, saya kira itu ada di luar negeri mas, ternyata di Ngawi, keren deh
Lebih serem daripada lawang sewu jaman dulu.. :/
masak sih? gak ada yang serem kok 😀
banner nya di copot aja dulu kalo mau foto hua hua
huwaaaa ntar aku dimarahin petugas 🙁
Bang Abdul,
Saya udah beberapa waktu tinggal di dekat Ngawi
Tapi baru tau ada benteng keren di sana.
Wah jadi pengen ke maen ke sana juga.
🙂
Loh loh loh kok bisa kelewatan nggak tahu sih haha, padahal ngehits banget itu benteng 😀
Bothok Tawonnya nampak menggiurkan!
hahaha, emang mantap yang bothok tawon mas. jooosss 🙂
lagi ngerti aku mas logo Ngawi enek tengkorak.e..:)
timbang logo Jombang seng asline background.e merah hijau kadang berubah warna dadi kuning hijau 🙁
Baru tahu saya mas logo Ngawi ada tengkoraknya..:)
Dari pada logo Jombang yang aslinya berbackground merah hijau terkadang berubah warna menjadi kuning hijau 🙁
Ngawi kota kecil yang penuh kenangan.
Thanks mas udah ngereview kota ngawi 🙂