“Alid kamu kok bisa kenal banyak orang asing sih?” “Alid kamu kok bisa ditraktir orang yang baru kenal gitu?” “Alid kamu kok ganteng sih?” Okeh abaikan pertanyaan terakhir ahaha. Apa yang saya lakukan kok bisa sampai seperti itu? Berdiri di perempatan sambil bawa banner “culik saya”, oke tolong diabaikan lagi. Saya memang paling suka membaur dengan warga lokal di manapun saya jalan-jalan. Blusukan dan pasang tampang sok kenal sok dekat, pasang tampang muka bingung, pasang tampang melas, dan yakinlah orang di sekeliling akan mendekat dan mengajak kita untuk ngobrol. Jurus tersebut cukup ampuh bagi saya untuk bisa mengenal lebih dekat kehidupan, lingkungan, dan budaya setempat.
Di antara kerumunan orang Nepal
Banyak sekali keuntungan dan keberuntungan dari mengenal masyarakat setempat. Misalnya, ketika orang-orang antri sejak pagi berbaris rapi antri demi untuk bisa naik ke Twin Tower Petronas, saya yang datang jam 10 pagi langsung bisa naik tanpa ikutan antri karena kenalan saya kerja di situ. Di Myanmar saya beruntung beberapa dollar karena tukang ojek yang saya sewa memberitahu tempat dan pintu masuk belakang yang nggak perlu bayar tiket ke pemerintah hehe. Di Korea teman saya yang asli sana ngajak mblusuk cari kuliner yang katanya paling terkenal di kotanya. Di India kalau nggak punya teman lokal mungkin saya nggak bisa menyaksikan pesta kawinan ala India. Selain itu kawan lokal saya biasanya juga rela bersedia meluangkan waktunya ngajak jalan-jalan keliling daerah kekuasan dia, jadi nggak kuatir kesasar, malah saya bisa menemukan tempat baru yang tidak tertulis di buku panduan. Itu semua karena orang lokal.
Pengantin India
Dulu sekali saya pernah ikut program homestay di Sabak Bernam, Selangor, Malaysia selama dua hari. Saya terkejut saat pesta penyambutan rombongan kami disuguhi tarian jaran kepang, sungguh tidak menyangka kalau warga yang bermukim di Sabak Bernam rata-rata keturunan suku Jawa generasi ketiga dan mereka belum pernah menginjakkan kaki di tanah leluhur mereka di Jawa, kontan saja saya bisa berdialog dengan mereka pakai bahasa Jawa walaupun ngoko (kasar) karena generasi yang ada hampir tidak bisa Jawa halus. Yang agak geli ketika ada orang tua di sana bicara dengan bahasa Jawa halus dengan saya, dan saya pun gelagapan menanggapi karena Jawa halus saya juga hancur hehe. Tinggal dengan mereka selama dua hari serasa di kampung sendiri, bayangkan saja mulai dari makanan, budaya, dan bahasa persis dengan kehidupan sehari-hari saya, yah walau sudah tercampuri dengan budaya Melayu juga. Dan pengalaman tersebut cukup bagi saya untuk mengerti bahwa pemerintah Malaysia tidak serta merta mencaplok atau mencuri budaya Jawa karena memang warga mereka ada yang bersuku Jawa, hanya saja mereka dengan baik mengemas dan menjual budaya tersebut untuk dikenalkan kepada turis.
Kalau kamu mau jalan-jalan dan ingin mblusuk bersama orang lokal sekarang nggak perlu repot-repot lagi, karena ada website yang menawarkan hal tersebut. Withlocals, startup garapan orang Belanda tersebut menawarkan jasa kepada setiap traveler yang selalu mendambakan bisa berinteraksi dengan masyarakat lokal serta mencicipi kuliner lokal dan beraktivitas layaknya orang lokal setempat. Yakinlah kalau membaur dengan masyarakat lokal pengalaman traveling yang didapatkan akan lebih bermakna dan lebih berharga daripada sekedar foto-foto tempat wisata “I was here”.
Destinasi wisata withlocals saat ini masih tersebar di kawasan Asia khususnya Asia Tenggara yang menjadi fokus utamanya karena budayanya begitu beragam. Indonesia negara kita tercinta dengan keberagaman budayanya tentu saja masuk daftar utama. Withlocals sendiri juga menawarkan program kerjasama bagi siapa saja yang ingin mendapatkan uang dengan menjadi host. Jadi kalian bisa memperkenalkan budaya kalian kepada khalayak asing dan kemudian mendapatkan uang, menarik bukan?
Traveling tidak hanya sekedar jalan-jalan saja, setiap perjalanan harus bermakna dan menambah wawasan bagi setiap pelakunya. Happy traveling!!!
Seru kalau bisa berinteraksi sama orang lokal, apalagi kalau dapet tumpangan gratis. Hehhee ini modus sih.
Hnah ituuuuuuuuu :p
Aku yo rapati iso boso kromo alus kok lid, haha ngoko wae rapopo ben luwih akrab hahaha..
Pas aku ndik bali biyen, ternyata tonggo kosku malah wong nganjuk, hahaha.. walhasl serasa nyaman nek merantau enek wong sing sekota dengan kita
Membaur dengan masyarakat lokal emang wajib hukumnya.
Apalagi tak kenal maka tak sayang kan? 😀
Tapi soal membaur, masing2 orang beda2 sih.
Ada yang gampang membaur dengan orang baru, tapi ada pula yang sulit membaur 😀
knowing local people is more precious than having all pictures around them..
nice post 🙂
*nyontek postingan*
kayanya withlocal yang di indonesia masih ada di bali aja ya lid
dulu sempet pernah ngecek sih gatau lagi kalo udah banyakan sekarang..
dan memang masih bali doang
eh mas, btw uda pernah ke suriname???
*penasaran banget ama daily life nya orang2 jowo di sana
Wah pengennya sih ke sana ahaha, selama ini lihat di tivi doang, seru kali yak klo ke sana 🙂
Huh berarti kamu ga sopan dong ga bisa bahasa jawa halus :p
tergantung lawan bicara :p
Keren, bisa kemana-mana mas, belum punya cukup waktu luang untuk menyalurkan hobi Travelling, semoga nantinya bisa seperti mas alid.
Keren Abisssssss
seru seru, pengen keluar negeri, masak ke bandung, jakarta, semarang, sip pengalamannya di luar negeri
Makasih
tertarik bgt nih aku…
info websitenya menarik. terima kasih ya. adaptasi memang bikin suasana perjalanna lebih berarti… 🙂
yup, perjalanan akan lebih berarti dengan memetik kearifan lokal ^^
Wah thanks banget sudah berbagi tentang Withlocals dotcom, selama ini saya mengandalkan Couchsurfing. Dan setuju banget, dengan berinteraksi bersama orang lokal kita bisa mendapatkan pengalaman yang lebih menarik. Pengalaman di India nya mirip banget, saya juga waktu itu bisa menghadiri pesta pernikahan orang India, bahkan sampai dua malam berturut-turut. Makan enak, perut kenyang dan terhibur hehehe …
Salaam kenal dari Bogor ….
Saya juga CS-er loh kak 🙂
Wah mantaaap. Boleh couch request dong ya kapan2 🙂
open welcome kak, monggo, tapi bawa asinan bogor loh ya hahaha
*langsung bungkusin asinan satu kardus*
wah bener nih, saya kalo traveling lebih sering diem sama foto2, msti diubah prilaku saya nih