Saya melewatkan sarapan di hostel karena jam makan pagi adalah jam 9, yang bagi saya sudah siang banget. Aneh memang, standar sarapan di hotel setahu saya mulai pukul 6 atau 7 pagi. Ah paling hanya beberapa potong roti tawar dan teh yang disediakan. Maklum saya hanya kuat bayar hostel murah daripada hotel berbintang. Hari itu merupakan hari terakhir saya di Udaipur. Dan sebelum saya cabut naik kereta menuju Jaipur, saya masih ada satu tempat yang belum saya datangi yaitu City Palace. Dari pada menunggu sarapan di hotel, lebih baik sarapan di luar untuk menghemat waktu.
Saya ditemani Vannisa untuk keliling City Palace, sementara Yoanne sudah ke sini kemarin. Saya sengaja mengunjungi City Palace paling buntut, karena jaraknya selemparan batu dari hostel. Setelah kami sarapan gorengan seadanya di kedai dekat City Palace, kami langsung bergegas masuk, mengingat saya hanya punya waktu sampai setengah hari.
Saya harus merogoh kocek 700 Rupee alias 130k Rupiah untuk bisa masuk, sementara Vannisa hanya merogoh kocek 400 Rupee atau sekitar 75k Rupiah. Kenapa lebih murah? Sebab dia menggunakan kartu sakti alias Kartu Mahasiswa. Sebenarnya saya pinjam juga kartu mahasiswa Yoanne, tetapi untuk bisa mendapatkan tarif pelajar harus beli langsung, tidak boleh diwakilkan hiyaaaaaaa. Harusnya saya nyamar pakai hijab bhuahahaha.
Saya masuk sambil menggerutu karena gagal dapat harga murah. Tetapi begitu masuk ke dalam istana, saya nggak berhenti mengucap wah waooooow uwaaaaaahh. Gilsssss nggak rugi bayar mahal, cakep begini dalamnya. Benar-benar istana raja, pengen suatu hari bangun istana megah seperti ini buat sang permaisuri. Tapi dipikir-pikir lagi, kalau punya tanah luas mending dibangun kos-kosan bhuahahaha.
Lokasinya di tepi danau Pichola, kompleks istana ini telah berdiri lebih dari 400 tahun. Dibangun pertama kali oleh Maharana Udai Singh II dan diteruskan oleh 22 raja-raja dari generasi klan Sisodia Rajput. Gaya bangunan campuran dari Rajasthani dan Mughal. Keseluruhan bangunan terbuat dari batu marmer dan granit. Duh mewah sekali. Belum lagi corak-corak temboknya yang berupa mural, mosaik marmer, lukisan di dinding, tempelan kaca dan perak yang membuat semuanya kelihatan berkilau. Aduh rasanya pengen nyuil sebiji buat kenang-kenangan, tapi takut dipenjara ngiahahahaha.
Sumpah istana ini cocok banget bagi pemburu foto. Setiap sudutnya fotogenik sekali. Ada ruangan yang temanya bling-bling sekali sampai menyilaukan mata. Ada yang temboknya dicat biru semua. Belum lagi museum yang isinya barang-barang mewah kerajaan.
Seperti kompleks istana pada umumnya, terdapat banyak bagian-bagian sesuai fungsinya. Ada kamar-kamar, taman, istana khusus untuk keluarga kerajaan, tempat pertemuan, dan masih banyak lagi lainnya. Rasanya nggak akan bosan keliling berhari-hari di istana megah ini.
Sayangnya saya nggak masuk ke Crystal Palace dan Jal Mandir. Untuk masuk ke sana harus merogoh kocek lagi seharga tiket masuk hiks. Duit selama delapan hari di India sudah sampai titik darah penghabisan. Jadi saya urungkan niat untuk masuk ke bagian istana lebih dalam lagi. Bisa-bisa pulang gadai sempak nanti kalau memaksa masuk.
Rasanya belum puas keliling istana, tetapi saya harus segera pergi mengejar kereta api ke Jaipur. Untuk pertama kalinya di India saya booking kereta api kelas 3A 3 Tier AC, biasanya sih kelas rakyat yang sleeper. Nggak ada bedanya dengan kelas sleeper dari segi susunan tempat duduk, hanya ada tambahan pendingin udara saja. Meski tetap saja rasanya ongkep gimana gitu di dalam gerbong, saking panasnya suhu di luar.
Raisa
Bukan tanpa alasan saya pesan tiket kereta yang lebih mahal. Sejak tiba di Jaipur di hari pertama di India, jadwal perjalanan saya berantakan gara-gara delay kereta api yang membuat saya ilfil. Jadilah saya memutar rute ke Agra dan Delhi dulu. Padahal Udaipur adalah kota pertama yang akan saya kunjungi, sementara Agra dan Delhi saya taruh di belakang.
Tiket Udaipur ke Jaipur saja saya beli melalui travel agent di Udaipur dengan membayar tambahan ongkos. Nyari harga kereta yang lebih murah sudah penuh semua, jadi terpaksa bayar hampir tiga kali lipat dari kelas sleeper demi bisa pulang. Biasanya setiap ke India, saya selalu mempersiapkan matang-matang dari rumah, dan booking tiket kereta api sebulan atau dua bulan sebelumnya.
Saya lebih banyak tidur daripada melek dalam perjalanan, nggak ada hiburan sama sekali. Sesekali saya melipir ke rangkaian gerbong untuk melihat area rural. Gersang dan panas khas Rajasthan yang memang secara geografis didominasi gurun pasir yang bernama Thar.
Sejam kereta berjalan saya mendadak berkeringat dingin. Perut saya bergemuruh, dan ujung saluran pembuangan sepertinya sedikit demi sedikit menganga, susah payah saya berusaha menahan biar nggak jebol. Saya kebelet boker mmppftt. Selama naik kereta di India saya hanya sekali menyambangi toiletnya, dan setelah itu saya nggak pernah berani melakukan ritual apapun yang berhubungan dengan toilet di kereta api. Bagaimana tidak, toilet kereta api di India terkenal bau pesing dan nggak ada air, apalagi tisu gggrrrr.
Beruntung tisu basah saya masih ada, jadi saya masih bisa selamat melakukan ritual buang air. Air minum saya hemat-hemat. Beberapa menit kemudian setelah buang hajat, perut kembali mulas, saya lari ke toilet dan meledakkan amunisi yang encer. Ketakutan saya benar-benar terjadi, saya mencret alias diare.
Ke India tiga kali, banyak yang mewanti-wanti untuk selalu berhati-hati dalam hal makanan kalau nggak mau terkena diare. Tetapi diare saya bukan karena makanan yang kurang bersih. Perut saya kebal kalau berurusan dengan makanan jalanan. Saya drop karena sejak awal suhu sangat panas, jadi nafsu makan berkurang. Dikit-dikit jajan jus pepaya, jus mangga, dan air tebu. Makan kari nggak nafsu sama sekali, mana nggak ketemu daging sama sekali selama di India. Jadilah asupan karbohidrat dan protein berkurang drastis.
Kalau nggak salah hitung, sudah lima kali saya bolak-balik ke toilet, saya lemas. Toilet basah saya habis, sementara air minum tinggal seiprit, duh gimana saya bisa cebok kalau keterusan mencret. Sementara perjalanan masih jauh kurang beberapa jam lagi. Sungguh sejenis siksa neraka di bumi, kebelet boker di atas kereta di India merupakan salah satu bentuk kesialan paling tinggi levelnya.
Pada saat itu tiba-tiba saja ada perasaan kangen rumah dan segala kenyamanan di kasur sendiri. Sumpah nggak enak sakit di saat melakukan perjalanan. Untungnya diare yang saya alami terjadi di detik terakhir saya kembali ke Indonesia.
Jam 9:30 malam saya tiba di Stasiun Jaipur, saya langsung melipir ke hostel dan pesan mie goreng. Meski masakannya nggak enak, tetap saya paksa makan. Atau memang lidah saya sudah mati rasa untuk mencecap karena nggak nafsu. Saya benar-benar lemas setelah kehilangan cairan banyak. Nggak sabar untuk segera menyambut pagi dan pergi meninggalkan India. Saya masih harus menempuh perjalanan panjang di udara. Menulis ini saya nggak ingat apakah saya sempat sarapan atau tidak sebelum naik pesawat. Tetapi saya sempat ketemu teman lama orang Jaipur yang menjemput saya di hostel dan diantar ke bandara. Begitu mendarat di klia2 untuk layover, saya makan Popeye’s Fried Chicken dengan rakus.
Ini adalah tulisan terakhir tentang perjalanan saya di India. Suatu hari nanti saya pasti akan kembali ke India lagi membawa obat mencret.
Happy traveling!
Ahahaha, paling males kalau kebelet pup di transportasi umum sih. Pernah sekali naik kereta dengan perjalanan 16 jam dan terus-terusan berdoa semoga enggak ada keinginan untuk pup di kereta. Untung doanya terkabul. Soalnya aku penyembah toilet bersih hahahaha.
Kirain temen lama yang orang Jaipur itu fotonya yang di bawahnya hahaha
Kalau kereta di Indonesia sih masih pup-able hahaha. Temen lama di Jaipur malah nggak sempet selfie hahaha.
Aku ngelewatin bagian istana itu tapi nggak kepikiran foto ala Raisa. Doh! padahal kan kalau foto di sana bisa ngaku-ngaku adeknya Hamish. Tapi kalau gaya artis dan mencret susah juga atur ekspresi muka hwhw.
Btw, ini nggak main ke area belakang yang tembus ke danau, kah?
Rasanya aku nggak sampai ke belakang, di tengah saja udah nyasar saking gedenya hahaha. Adiknya Hamish itu Amis yaaaaaa haha.
Yang saya suka dan kukangenin dari India adalah, meskipun trafik dan suara klaksonnya terkadang menyebalkan, istana-istananya pancen jempolan. Pertama kali saya kesana juga dibuat amazed sama bangunan2 dan style arsitekturnya.
Udaipur masih jadi bucketlist sih mas karena yang baru saya kunjungi golden trianglenya saja, maklum first timer. Haha.
Waaduuh, kebelet di kereta India. Itu termasuk dalam daftar hal sial ya mas? wkw ku noted. PR juga nih kalau mau coba backpackeran ke India dan naik kereta, pastikan sudah pup duluan dan plong dari urusan pertoiletan ya. Seenggaknya saya lebih siaga habis baca ini. wkw.
Ditunggu lah episode cerita trip humor lainnya mas..
Jangan lupa bawa obat mencret banyak-banyak buat jaga-jaga ahahahaha.
Aku sendiri masih pengen balik lagi ke India dan explore Rajashtan dari ujung ke ujung. Bangunannya cukuplah buat stok foto buat pamer di Instagram ahaha
Ya ampunnn saya cuma lihat fotonya udah wuah wooo wuihhh…
Gimana kalau ada di sana langsung ya.
Tapi kalau baca cerita tempatnya kurang bersih kek toilet bau pesing, gimana tu… klo bawa anak ke sana trs dia kebelet, kasihan juga hahahaa….
Aduh kebanyakan tiket masuk pening juga ya
Sempak bisa tergadaikan 😀
Wah ini ada videonya kagak nih? harus diunggah di youtube pula
Hahahahaha ya gimana sempakku mahal. Kebetulan aku gak bikin video huhu.
Marga Rajput ini berarti udah lama banget ada yah
keren euy istana-istana di India….
Tolak angin dan diatabs, selalu bawa itu kalo traveling 🙂
Setahuku Rajput bukan marga, tetapi klan atau suku atau ras. Orang Rajput terkenal dengan ksatria dan berani mati membela sesuatu.
Aku tambah asam mefenamat buat nyeri-nyeri di kantong obat ehehe
Jadi ingat Sushant aku Lid, hikz….
Aku gak paham kenapa dia naruh Rajput di belakang. Kemungkinan hanya nama panggung. Sebab marga dia Singh yang berarti Singa, aku baca di biografinya orang tuanya dua-duanya bermarga Singh. Dan aku gak menemukan keluarga kerajaan dari dinasti Rajput atau raja-raja di Rajashtan mempunyai nama-nama embel Rajput.
I see…nice info. Kemaren juga liat di yutubnya Nessie Judge tentang teori meninggalnya Sushant kalo bapaknya Singh, bukan Rajput
Duuuuh itu ga terbayangkan memang mas :D. Mencret aja udh musibah. Apalagi kalo kejadian di India. Di dalam kereta api pulaaaak, triple sial :D. Jadi aku bakal prepare juga kalo kesana suatu saat , obat diare, muntah dan segala sesuatu yg berhubungan Ama perut, hrs ada sih yaaa 😀
Sbnrnya perutku juga LBH kebal sih. Tp pak suami perut ya bermasalah. Makanya kalo ke tempat2 yg kebersihannya kurang, dia hati2 banget dah :D.
Duuuh aku bisa bayangin mewahnya ini istana. Apalagi kalo dlmnya pake batuan granit dan marmer. Kayaknya India kalo bikin istana memang ga pernah setengah2 😀 . Lah bikin makam aja udh kayak istana hihihi..
Beneran deh kudu prepare obat-obatan dan harus bener-bener fit kalau ngetrip ke India. Ayo mbak yu, corona berakhir, langsung cus ke India deh ehehehe. India menunggumu.
Astaga mas, di kereta di Indo aja aku nggk sanggup buang air meski toiletnya bersih dan ada air melimpah. Nggk kebayang kalau di India. Astaga dragon dah. Baca tulisannya aja sudah terbayang gimana aroma dan pemandangan toiletnya haha.
Kereta api Indonesia bagiku layak sih ehehe. Jangan dibayangkan, bikin mukok nanti haha
Wkwkwkwkwkwwkkwk. Skrg sudah layak mas. Nek sepur jaman dulu, nah itu.
Dulu tahun 2006, aku naik Mutiara Selatan turun di Jombang. Ada bapak-bapak ikutan turun padahal dia tujuannya masih ke Gubeng. Katanya, dia udah gak tahan mau ngebom. Sedangkan di wc kereta gak ada air. Dan zaman itu, apapun yang terbuang dari jamban kereta, akan lgsg tumpah ke rel wkwk.
OMAIGAAAAAAAAAAAATTTTTTTTTT dan tahu nggak, Kereta api di India juga getuuuuuuuu. Yang keluar dari jamban yaaa keluar di rel kereta wkwkwkw.
Kukira di sini bakal ada kuis “temukan perbedaan antara Raisa dan Raimu” Kan mayan dapat obat mencret hadiahnya.
Harusnya kamu mengulas toilet kereta di India mas, yakin dah hahahahhaha.
Bhuahahahahahaha terus yang baca mukok-mukokkkkkk klo aku mengulas toilet.
Bahahahha.. I feel you.. nahan pup emnk nggk enak kalau lagi travelling..
Ya Allah aku uwoow uwahh iwow aja ngeliat bangunan yg super megah.. heheh maklum saya mah kudet. Kaga pernah keluar negara.
Emnk di India nggk ada macam indomaret atau alfamrt gitu yah? Kan kalau disini gemah rimpah rojinawe itu minimarket.
Bentar apa hubungannya Indomaret dan Alfamart bang?
Yah nggk ada sih.. cuma kepo aja.. hahah
Yah siapa tau bisa persiapan amunisi macam obat2an, air, tissue basah…
Di sana kebanyakan toko kelontong biasa. Franchise minimarket hampir tidak kelihatan. Saya ke mana-mana selalu sedia amunisi sih,
ngising di kereta emang nggak enak banget. sambil goyang-goyang gitu. opo maneh nek mencret.
meskipun sudah beli tiket kereta yg kelasnya lebih bagus, toilet e tetep podo ae yo mas?
Wakakakaka makanya kudu pegangan erat dan atur keseimbangan saat mengejan dalam kereta berjalan hahaha. Eh ini bukan kelas bagus loh, tetep terhitung kelas biasa ahahah.
Dari awal aku ngebayangin gorengan sarapanmu mas. Kayak apa sih kira-kira bentuknya?
hehehe
Gorengan biasa aja kok, samosa, kek pastel itu loh 😀
kebelet boker di atas kereta di India merupakan salah satu bentuk kesialan paling tinggi levelnya. Jadi inget sebuah video yang mengulas kebiasaan boker masyarakat India pinggiran. Sangat kontras dengan masyarakat yang “berada” ya Mas?
Etapi, jika saya di istana itupun, tentu saya akan punya banyak cerita. Saya suka sekali bangunan-bangunan kuno. Selalu ada nilai historis dan filosofis. Eh, nomong apaan si aku? Hahaha…
Di beberapa tempat saya masih bisa menemukan orang yang memang boker sembarangan hehe. Bahkan di stasiun, mereka boker di rel kereta api dengan santuynya bhuahahaha.
Klo suka sejarah, kuy ke India, dijamin ternganga 😀
Waduh, sakit di negeri orang nggak enak banget ya. (Sakit di kantor ada nggak enak, apalagi di tempat yang jauh banget!) Tapi itu istananya keren banget, jadi pengin ke sana. (Hmm .. kapan ya?)
Someday bisa ke sana, kalau ada kemauan ehehe
Makasih foto istana nya keren bgt, nggak kalah sama raisa pokoknya gaya fotonya hehehe…aduh klo saya juga paling malas ke toilet klo diperjalanan.kecuali sangat2 terpaksa..apalagi di India,aduh kebayang deh ah
Mencret ini juga terpaksa ahahahah. Makasih sudah mampir dan komen mbak 🙂
(((((amunisi yang encer)))))
Monmaap ngakak haha.. too much info jadi kebayang teksturnya kan wakkakakak…
Kirain sebab mencretnya gara-gara makanan kotor, seperti yang dialami kebanyakan orang. Ternyata ada faktor cuaca panas juga, bikin lemes dan malas makan.
Ngomong-ngomong kerajaan dan dinasti-dinasti di India ini lumayan banyak dan sangat berkembang pada masanya. Entah kenapa jarang banget kita temui di buku sejarah. Kalau buku pelajaran sekolah dulu palingan bahasnya peradaban Mohenjo Daro doang yang dibanyakin.
Bhuahahaha toloooooooong jangan dibayangkaaaannn. Bener mas, aku drop gara-gara kurang nutrisi dan kepanasan.
Waduh jelas saja di buku pelajaran sekolah nggak dibahas dinasti-dinasti India, kan nggak ada urusannya sama negara kita wkwkwk. Mohenjo Daro dibahas pun gak banyak, hanya sekilas karena menjelaskan garis besar Peradaban manusia di bumi. Mesopotamia, Mohenjo Daro, Harappa, dan kota-kota kuno lainnya disebut tanpa banyak penjelasan saja di buku sejarah hehehe. Laaaah malah ngelantur ngomongin sejarah -_-
Wakakak… kalau encer dan bertubi-tubi ((wazik bertubi-tubi)) biasanya penanganan pertamanya bisa minum teh pekat/pahit yang dikasi garem, Mas Alid. Semoga besok-besok ga kejadian lagi amunisi encer begini pas lagi jalan yak hahaha..
Bener juga sih ya, lebih banyak bahas Mohenjo Daro. Tapi seru sih, ternyata itu salah satu peradaban manusia tertua di dunia kan. Dan paling bagus juga sistem kotanya, udah ada sanitasi kota segala.
Wkwkk ga masalah lah sesekali ngelantur…
Foto Raisa di City Palace gak bocor itu karena dia booking satu palace buat dia dan Hamish apa pegimana ya haha. Btw, Alid tetep optimis yaa bukannya gak mau balik lagi, malah tetep akan balik lagi ke India tapi bawa obat diare. Sungguh cintanya terhadap India gak terkalahkan!
Yadooong sultan gituloh ehehe. Wakaka lagian panas beuddddddd dan itu gerbang luar, jadi gak banyak orang yang ngeh foto di situ. Tetep India aku akan kembali dong 🙂
Oh, jadi Mas Alid kemarin ke sana sama Raisa? 😀
Kirain pertama mencret karena kebanyakan makan, ternyata insidental. Saya bersyukur perut saya bisa diajak kompromi. Nggak mulesan kalau lagi sakit. Sampai sekarang untungnya lumayan kenal sama karakter perut. Pokoknya kalau mau naik transportasi seharian, pagi sebelum berangkat mesti dikosongin dulu. 😀
Haii mas Alid. Salam kenal yaaak… Memang agak mahal yaa masuk ke sana. Tapi ternyata emang tak rugi rugi amat yaaak ketika udah masuk. Tempatmya indah sekali. Keren untuk berfoto ria hiiihi
Benar, nggak rugi merogoh kocek mayan mahal ehehe
Ahahaha,, aku kok ngakak ya bacanya.
Pelajaran pertama yang aku ambil dari cerita kamu, siap-siap bawa obat mencret dan sedia tisu basah kalau-kalau obat mencretnya nggak mempan.
Masalahnya mencretnya pada situasi dan kondisi yang nggak pas banget. Misal cuma di penginapan sih nggak apa-apa. Lah ini dalam perjalanan mmmpppffft. Untung naik kereta, bayangkan klo naik bus. Masak turun tengah jalan haha.
aku kok kebayang video-video fyp orang india jualan itu ya hehe
krb7t5