Menjadi Bangsawan di Tokyo Imperial Palace

43

Tokyo Imperial Palace

Wajib hukumnya mengunjungi Imperial Palace atau Istana Kerajaan kalau lagi jalan-jalan ke Tokyo, Jepang. Saking wajibnya saya sampai dua kali mengunjungi Tokyo Imperial Palace. Bukan tanpa sengaja saya mengunjungi istana tersebut sampai dua kali. Ada dua lokasi di Istana Kerajaan yang bisa dikunjungi, yang untuk umum adalah East Garden of The Imperial Palace atau taman di bagian timur istana, kemudian ada inner palace yang kalau ingin masuk harus mendaftar di website resmi mereka di sini. Tinggal isi nama sesuai paspor dan berapa orang yang akan berkunjung, tinggal pilih tanggal dan jam yang telah disediakan. Nanti dapat email konfirmasi dan nomor receipt, klik tautan/link yang diberikan di dalam email, masukkan nomor receipt dan nomor telepon, akan keluar tiketnya. Print dan bawa lembaran tersebut untuk bisa ikutan tur di dalam istana. Dan tentu saja itu semua gratis tanpa keluar uang sepeser pun.

Kenapa saya harus dua kali ke istana kerajaan tersebut, karena ketika saya mendaftar untuk bisa ikutan tur dalam istana, tanggal-tanggal yang saya incar semua sudah penuh. Dan hanya tinggal hari senin saja, mau nggak mau saya pilih hari tersebut, sialnya East Garden yang ada di gerbang sebelahnya itu tutup setiap hari senin. Inginnya sih dalam sekali kunjungan saya ingin menjelajah baik Inner Place dan East Garden.

Kunjungan pertama, saya sudah persiapkan lembaran tiket yang saya dapat dari pendaftaran di website resmi mereka dan harus berkumpul 10 menit sebelum jam tur dimulai. Untuk  mengikuti tur tersebut semua peserta harus berkumpul di Kikyo-mon atau Gerbang Kikyo. Tips untuk kamu dan kamu, gerbang di Tokyo Imperial Palace itu banyak, jadi pastikan tidak salah gerbang. Kalau salah bisa berabe karena dari gerbang ke gerbang satunya itu jauhnya minta ampun. Cek peta dan pastikan subway atau stasiun kereta api terdekat dengan gate yang akan dikunjungi. Berhubung saya bertolak dari Chikatetsu-Narimasu jadi saya pilih stasiun Sakuradomon supaya tidak pindah-pindah kereta, jalan dari Stasiun Sakuradomon ke Gerbang Kikyo lumayan bikin kaki gempor ditambah saya bawa ransel yang berat karena hari ini saya akan pindah host atau tempat menginap.

Sampai di Kikyo-mon sudah berjejer antrian orang-orang yang akan mengikut tur. Saya hanya melihat sedikit sekali orang asing, lainnya hanya orang Jepang dan itupun kebanyakan sudah lanjut usia. Mungkin bagi pemuda Jepang mengunjungi Imperial Palace adalah hal yang membosankan. Sebelum tur dimulai kami diwajibkan mengikuti briefing sebentar di dalam ruangan. Untuk orang asing kami dipinjami audio tour yang berisi panduan dalam bahasa inggris dan saya melihat nama saya dalam lembaran daftar pengunjung hari itu. Keren oi.

Pengunjung

Ketika tur akan dimulai gerimis turun, tapi sekali lagi yang namanya orang Jepang nggak mau kalah dengan hujan, dari pihak istana menyediakan payung, beruntung saya juga saat itu bawa. Kami berjajar rapi mengikut setiap perintah dari tour guide meski saya nggak ngerti apa yang mereka bicarakan. Kami berjalan rapi dan tour guide mulai nyerocos dengan penjelasannya, ketika dia selesai berbicara hanya satu kalimat yang sangat diingat kami para pengunjung asing, “Foreigner press number 1 please”, “Foreigner press number 10 please”, “Foreigner press number 3 please” dan number-number yang lain. Yang orang Jepangnya setiap kali bilang “sugoi, sugoi” kita hanya manyun mendengarkan audio tanpa bilang apa-apa. Rasanya sebuah tour akan kehilangan nyawa kalau hanya mendengarkan audio saja tanpa mendengarkan guide langsung berbicara di depan kita. Gerimis pun reda tapi cahaya untuk memotret rasanya sangat kurang, mendung hampir gelap.

Gedung Rumah Tangga

Pengunjung Jepang sibuk mendengarkan guide berbicara dan kita orang asing sibuk foto sana foto sini. Ah saya juga sudah tidak perduli sang guide berbicara apa, sudah malas juga mendengarkan informasi di audio tour. Saya malah sibuk ngobrol dengan dua kawan baru yang dua-duanya adalah orang Indonesia yang sedang menuntut ilmu di Jepang, saya sapa mereka ketika mereka ngerumpi dalam Bahasa Jawa. Intinya beberapa tempat yang ditunjukkan kepada guide adalah tempat-tempat atau ruangan-ruangan untuk berbagai pertemuan dan perjamuan. Bahkan kalau sang raja berulang tahun, rakyat bisa menyaksikan langsung keluarga kerajaan berkumpul di sebuah balkon di salah satu tempat dalam istana.

We are only Indonesian in there ^_^

Dulunya pusat pemerintahan kerajaan Jepang berada di Kyoto, sang penguasa Shogun Tokugawa yang memerintah Jepang dari tahun 1603 sampai 1867 digulingkan pada tahun 1868 sehingga ibu kota dan pusat pemerintahan dipindahkan ke Tokyo berikut dengan istananya. Tak heran di Kyoto juga ada Istana Kerajaan. Mungkin bagi penggembar komik Jepang nama Tokugawa sudah sangat familiar, karena nama tersebut sering kali disebut-sebut, bahkan dalam animasi Doraemon pun nama Tokugawa berkali-kali disebut. Pada Perang Dunia Kedua istana banyak mengalami kerusakan tapi bukan orang Jepang kalau tidak bisa memperbaiki persis aslinya. Ciri khas sebuah kastil, benteng, atau istana di Jepang selalu dibangun di tengah parit. Dan setiap gerbangnya ada jembatan yang sangat khas.

East Garden dengan pohon-pohon yang mulai berubah warna karena musim gugur

Rumah Samurai

Sistem pemerintahan Jepang menganut Sistem Parlementer dan Monarki Konstitusional, jadi sampai sekarang keluarga kerajaan Jepang masih ada dan diakui, tapi kalau saya melihatnya mereka tidak begitu berkharisma layaknya keluarga kerajaan Inggris. Mereka hanya simbol tradisional sebuah negara.

Bekas pondasi menara, betapa besarnya sampai saya kelihatan kecil, saya berkali-kali lari untuk bisa mengambil foto utuh dengan saya di tengahnya, timer kamera yang 10 detik rasanya kurang karena obyek foto begitu jauh.

Gerbang Ote atau Ote-mon

Di kunjungan kedua saya memasuki Taman Istana di bagian timur atau East Garden yang memang dibuka untuk umum, bebas masuk tanpa perlu booking tur, hanya saja tutup pada hari senin. Saya mendambakan bisa berfoto dengan bangunan-bangunan kuno khas Jepang tapi namanya juga taman jadi isinya memang tanaman melulu yang ditata sedemikian rupa, hanya ada bekas pondasi dari menara yang terbuat dari tumpukan batu besar. Di dalam sangat luas sekali, jalan kaki dari ujung gerbang ke gerbang lainnya rasanya kaki bener-bener gempor. Jadi jangan sekali-kali masuk dan keluar ke East Garden dari gerbang yang sama. Saat masuk kita akan diberikan semacam kartu pengunjung yang terbuat dari plastik dan harus dikembalikan lagi di gerbang manapun anda keluar. Saya sedikit lupa keluar dari gerbang mana tapi saya masih ingat saya masuk dari gerbang Ote atau Ote-mon.

Narsis Bentar

Suatu kebanggan dan kehormatan bagi saya bisa masuk dan menginjakkan kaki di Tokyo Imperial Palace, Istana Negara di Jakarta saja saya belum pernah masuk hehe. Happy traveling guys…

43 KOMENTAR

  1. “melihat nama saya dalam lembaran daftar pengunjung hari itu. Keren oi.” — yg lain nama org jepun ek?

    and what are the names of ur new friends met there? hehe. ingat ke tidak tu. tinggi la mereka! =P

    again.. pasal timer.. still wondering why couldn’t u just ask ur new frens to help snap a picture? =.=”

    • Hehehe I just saw foreigner name hehehe…
      Kind forgot their name haha, but I remember the tallest one, Singgih. I give them my fb but until now they don’t add me yet.

      Eyyy, I met them in Imperial Palace not in East Garden :p so I’m all alone in East Garden :p

  2. mboook… aku baru nyadar pas liat quote foto pondasi menara.. aku pikir itu pager batu hahahah sumpaaahh gede bangett pas gw pentelengin lo ada disitu kwkwkwkw… btw tulisan yang ini soulnya dapet banget.. the mature alid hahahah

    • aw aw aw mature hihi…
      iye tuh gue lari-lari buat foto hehehe. gue nyempil kecil gitu,,, bolak-balik lari lari kayak orang gila hahahaha… itung2 ngilangin hawa dingin disana haha

  3. Mungkin “pagi” pemuda Jepang mengunjungi Imperial Palace adalah hal yang membosankan. #sebenarnya tau maksudnya tapi jadi ngak enak aja kalo typoo.
    gw kurang ngeh dg yg dikata Si Ericka “btw tulisan yang ini soulnya dapet banget.. the mature alid hahahah” ini ma bukan maturenya alid. malah kek denger guru sejarah nyerocos..jadinya bosen, ngak ada joke nya.

  4. Ibaratnya Ke yogya tuh harus ke kraton gitu ya…. masa sih raja di sana kalah pamornya.. kayaknya di sana begitu menghormati rajanya loh.. Kayak Tuhan begitu mereka..

    • klo masalah hormat menghormati samalah kayak di Thailand dan Kerajaan Inggris. Mereka hormat banget kok, apalagi karakter orang Jepang yg emang sangat menghormati orang lain. yg saya maksudkan itu penampakan rajanya ituloh kok rasanya gak berkarisma seperti raja dan ratu inggris hehe

  5. how lucky YOU are, Alid Abdul. Berada di negri Sakura di saat musim Gugu. Itu Keraton Jepang ada rajanya gak seh? oh ya kapan kembali lagi? aku ikut ya Alid, hehehe

  6. Itu foto yang terakhir kok merusak foto2 lainnya ya? Huahahhahah…. 😆
    Btw, gue paling suka liat foto pohon dengan daun2nya mulai berubah warna akibat musim gugur.
    Keren aja gitu, cantik warnanya 😀
    Oh ya, itu Imperial Palacenya ciamik ya.
    Kayaknya terawat 😀

    • Justru foto yang terakhir itu paling cetar membahana weeeeekkksss :p

      iya terawat banget, di beberapa bagian dipamerkan foto waktu kerusakan kena gempa dan perang dan hasil renovasinya luar biasa 🙂

  7. Keren… Jepang kelihatan bersih banget ya. Peninggalan sejarah nya juga di rawat dengan baik, kelihatan banget kalo orang Jepang itu sangat disiplin.

  8. Kenapa narsisnya harus bergaya Cherry Belle? -__-

    Btw itu di pondasi menara ternyata ada dirimu ya.. ga keliatan haha.. kirain itu cuma butiran debu.. *kemudian nyanyi galau*

  9. Dulu saya sempat belajar bahasa Jepang selama 1 tahun. Sampai bisa berkomunikasi dengan sensei dari Jepang.

    Tapi sampai sekarang belum kesampaian jalan jalan ke negeri Nihon.

    Kalau lihat foto-fotonya bikin ngiler… mmmm…. pasti indah

Tinggalkan Balasan ke Alid Abdul Batal balasan

Please enter your comment!
Please enter your name here