Myanmar Sudah Move On

33

Saya paling benci ketika ditanya “next trip kemana?” kalimat tersebut secara tidak langsung menyakiti hati saya sebagai traveler yang selalu memuja-muja tiket promo. Ya kalau saya sedang punya simpanan tiket promo bisa dengan enteng menjawab kemana selanjutnya saya akan pergi, nah kalau tidak punya emangnya situ mau sponsorin trip saya, enggak kan? Intinya kalian selalu menuntut saya untuk selalu jalan-jalan, terus kapan saya bisa beli rumah dan mobil buat modal kawin kalau jalan-jalan terus #eh

Polisi Turis Myanmar

Biasanya juga sebelum trip saya selalu pamer dan koar-koar di sosial media biar banyak yang iri. Kalau saya jawab saya akan pergi ke Jepang atau Korea pasti responnya “Wah keren, duh pengen, akkkk kawini saya pliiiissss”, kemarin itu ada yang tanya dan saya jawab Myanmar terus lempeng komentar “Hah mana tuh?” pengen ngeplak deh. Nggak bisa nyalahin juga sih karena Myanmar bukan negara favorit tujuan wisata, jadi banyak yang nggak tahu, tapi tetap saja salah haha. Di sekolah nggak pernah diajari geografi ya -_-

Justru karena nggak favorit bagi kebanyakan pelancong saya makin merasa tertantang untuk pergi ke sana, menurut kitab suci dari barat (baca: Lonely Planet) bahwa Myanmar masih begitu tertinggal dari yang namanya modernitas. Mobil-mobil dan bis yang katanya dari tahun 60-an masih ada, telepon dan komunikasi susah, internet apalagi, jalan tidak mulus serta banyak berlubang, jauh dari kemudahan dunia sekarang pokoknya.

Mobil sudah banyak bagus-bagus

Lebih nyesek lagi adalah ke Myanmar itu membutuhkan visa, padahal mereka anggota ASEAN dan seharusnya warga negara Indonesia dan negara ASEAN yang lain tidak perlu lagi visa untuk memasuki Myanmar. Harga visanya sih murah cuma 200 ribu tapi alangkah baiknya kalau gratis layaknya negara ASEAN yang lain. Ah tidak mengapa, toh stiker visanya keren, lebih keren daripada visa Korea Selatan, lumayan untuk menghiasi paspor saya yang akan expired setahun lagi.

Sebelum traveling saya selalu buat rencana perjalanan atau bahasa kerennya itinerary. Tentu saja saya selalu mengandalkan internet untuk mencari referensi mengenai tujuan wisata yang akan saya kunjungi. Sialnya tidak begitu banyak resource atau sumber yang mencatat Myanmar di internet, ada beberapa tapi tidak begitu lengkap, saya semakin tertantang. Tibalah hari saya berangkat dan apa yang saya persiapkan? Hampir nggak ada, bahkan saya tidak booking hotel sekalipun, duit juga pas-pasan (bukan rahasia umum). Cukup bawa backpack terus isi baju seperlunya, tak lupa jaket karena di sana lagi musim dingin, yang penting kamera tidak lupa dan saya siap menjelajah Myanmar.

Bahkan ada mobil sport bagus bersanding dengan kereta kencana

Seminggu di Myanmar rasanya ingin sekali merobek-robek buku panduan yang saya baca, Myanmar yang katanya begini dan begitu ternyata sudah berubah drastis. Kalau dibandingkan dengan Jakarta, Surabaya, atau kota besar lainnya di Indonesia, ya kita masih lebih baik. Tapi Myanmar sudah berbenah dan jauh dari kesan tertinggal. Yang katanya jalanan banyak berlubang itu bohong, karena jalan tolnya sudah mulus, jarak tempuh semakin lebih cepat 2 jam dari yang tertulis di buku panduan. Apalagi Myanmar juga baru saja menjadi tuan rumah even olah raga terbesar di ASEAN yaitu Sea Games, jadilah banyak pembangunan guna mendukung kegiatan tersebut. Bis dan mobil banyak yang dari tahun 60an, itu juga bohong, kalau boleh bilang bis antar provinsi di sana jauh lebih baik dari yang di sini. Kebanyakan bis diimpor dari Korea dan Jepang, jadi jangan heran kalau ada bis dengan tulisan kanji atau hangul di sana. Bahkan ada mobil sport mahal dan keren saya temui di pulau kecil Ava. Telepon dan internet susah, itu juga bohong, emak-emak di sana pakai handphone model terbaru dengan teknologi layar sentuh, Huawei menguasai hampir seluruh pasar handphone di sana. Internet pun cukup mudah ditemui di beberapa tempat umum seperti di hotel dan bandara, bahkan di Shwedagon Paya yang merupakan kuil kebanggan orang Myanmar pun tersedia wifi gratis. Yang lebih bohong lagi adalah semua harga yang tertera di buku panduan sudah naik hampir dua kali lipat, waseeeeeeeemmmm. Iya salahin terus buku panduan yang dicetak tahun 2010 hahahaha.

Free Wifi di Shwedagon, kuil terbesar di Myanmar

“We’ve been open to the world since four years ago” begitu kata supir ojek yang saya sewa di Mandalay. Sebelumnya memang Myanmar menutup diri dari dunia luar sehingga tertinggal dari negara-negara lain. Sejarah politik dan pemerintahan Myanmar memang begitu kelam, mereka baru bisa bangkit beberapa tahun belakangan ini. Itu dulu, sekarang mereka begitu terbuka dengan dunia dan geliat ekonomi warga Myanmar perlahan mulai tumbuh. Pariwisata di Myanmar juga meningkat dengan pesat, saking pesatnya hampir di setiap pojokan banyak turis (bule) berkeliaran. Bagaimana tidak, para turis yang selama ini penasaran dengan Myanmar berbondong-bondong datang ke negeri yang katanya tertinggal tersebut. Hotel dan restoran ala barat mulai dibangun dan tercecer di mana-mana, masyakarat sudah semakin terbiasa dengan turis dan itu yang menyebabkan harga semua naik hiks. Pariwisata Myanmar sudah ternoda keperawanannya, mass tourism memang tidak bisa dicegah. Untuk menunjang pariwisata warga di sana banyak sekali yang pintar berbahasa Inggris, anak-anak kecil di tempat wisata pun cukup lancar berdialog demi menjajakan dagangannya.

Baru kali ini ada yang ngajakin minta foto karena saya turis asing, padahal muka ya sama kayak orang Myanmar

Ah selanjutnya nantikan cerita saya selama seminggu di Myanmar, happy traveling!!!

33 KOMENTAR

  1. ini taun berapa, pake buku panduan taun berapa (-_-)/| ya pasti beda di harga. eh ini mulai banyak yang main ke myanmar deh. tapi katanya visa hanya bisa dipake masuk lewat udara ya? perjalanan darat enggak bisa?

    • hahaha makanya kan catatan2 ttg Myanmar yg terbaru masih belum update smua getuuu, semua masih tentang Myanmar yg tahun tahun ke belakang.

      Yup, semua border ditutup dan hanya boleh lewat udara. KECUALI Tachileik bisa masuk lewat Mae Sae di Thailand, TAPI paspor akan ditahan dan hanya dikasih lembaran surat doang jadi gak bisa kemana mana hahaha. Hanya bisa di Tachileik doang :p

  2. Belum tertarik ke luar negeri kecuali iceland hahaha..

    Btw, kok pas banget ya sopir ojeke omong nek myanmar wis move on sejak 4 tahun yg lalu. Sementara buku panduan sing mbok woco tahun 2010.

    Sopir ojeke melek sejarah.

  3. Kalau saya sih lebih suka ke daerah yg belum terkenal, bisa menjelajah dan mencari keistimewaannya tersendiri. Bagi mereka yg suka traveling ke tempat2 terkenal paling hanya mau berfoto ke objek wisata trus langsung ngabur ke objek wisata berikut, bukan menikmati perjalanan malah jadi ajang buat berfoto saja 😀 .

  4. Gw menyimpan keinginan besar untuk ke myanmarr dan bhutan, semoga kesampean tahun ini. Kalo kagak yaaa tahun depan 🙂

    Btw masih musim yaa foto dengan pose angkat 2 jari tanda piss ??? #kaburrr

  5. Enggg… ini beda-beda informasi yg aku dapat. Blog sebelah bilangnya udah bebas visa, di sini masih pakek visa. 😐
    *brb googling lagi*

Tinggalkan Balasan ke Fahmi Batal balasan

Please enter your comment!
Please enter your name here