Narsis Maksimal di Georgetown

31

Akhirnya kesampaian juga menyambangi Penang di bulan April lalu, dan seperti biasa saya malas menulis sehingga baru kesampaian sekarang nulisnya hahaha. Hampir setahun saya menantikan perjalanan ini karena tidak hanya Penang saja tujuan saya tapi lanjut ke Thailand dan kemudian ke Laos. Terima kasih sekali lagi kepada maskapai sejuta umat AirAsia. Jadi saya dapat tiket murah dengan rute sebagai berikut: Surabaya – Kuala Lumpur, Kuala Lumpur – Penang, Penang – Bangkok, lalu ke utara dengan kereta api dan bis dari Bangkok – Nongkhai – Vientiane (Laos), balik lagi ke Udon Thani (Thailand) dengan bis, Udon Thani – Bangkok naik pesawat, lanjut Bangkok – Kuala Lumpur – Surabaya. Pfiuh capek tapi seru.

Di Penang saya menghabiskan 3 hari 2 malam saja dan secara kebetulan teman jalan saya di Penang adalah si @aditkecill yang saat itu juga sedang trip ke Kuala Lumpur dengan dua teman lainnya. Nah sebenarnya mereka hanya akan keliling Kuala Lumpur saja tapi niat jahat saya muncul ketika beberapa hari sebelum berangkat AirAsia ada promo tiket dari Kuala Lumpur – Penang seharga naik bis dengan rute dan tujuan yang sama. Jadilah tanpa persetujuan mereka saya belikan tiket dan menyeret mereka ke Penang untuk menemani saya selama sehari, lumayan bisa jadi tripod hidup saya hahahaha.

Sampai di Penang kami segera menuju hostel tempat saya menginap di Georgetown untuk menaruh ransel sekalian minta peta wisata Georgetown. Selain bangunan-bangunan tua khas jaman kolonial di Georgetown ada Street Art Mural yang selalu diburu turis. Jadilah hari itu kami berniat untuk berburu seni mural atau lebih tepatnya rencana saya karena mereka hanya nurut kemana saya berjalan haha.

Ada dua cara untuk keliling Georgetown, yang pertama adalah jalan kaki dan masih masuk akal karena lokasi dari gambar mural ke gambar lainnya berdekatan jaraknya. Atau bisa juga sewa sepeda onthel yang banyak dijajakan di Jalan Chulia, kalau kami lebih memilih sewa sepeda seharga 10 ringgit dan harus menaruh deposit 50 ringgit, tapi akan dikembalikan kok kalau sudah selesai. Jadilah kami menyewa dua sepeda untuk empat orang, boncengan bergantian gitu. Satu hal yang membuat saya dan kawan-kawan tidak menyangka adalah suhu udara di Penang ngalahin Surabaya yang begitu panas menyengat, maklum saja Penang adalah sebuah Pulau.

Adalah Ernest Zacharevic seorang artis seni berdarah Lithuania yang memulai proyeknya menggambar di jalanan Georgetown yang kemudian diikuti oleh artis-artis lokal demi untuk meramaikan dan mempromosikan wisata Georgetown. Saya sendiri tidak tahu mana yang karya Ernest atau karya artis lainnya, soalnya tidak ada mark atau tanda yang menyimbolkan artis penciptanya. Yang jelas di sini saya dan Adit narsis maksimal, satu obyek mural bisa kami pakai foto dengan pose berbeda-beda hahaha, sementara dua teman kami kalah dengan matahari dan tepar, jangan sewot kalau foto yang saya pajang banyak narsisnya :p. Tapi karena mural art adalah highlight wisata di Georgetown tentu saja kami harus mengalah untuk bergantian berfoto dengan turis lainnya, dan terkadang satu obyek yang antri bisa mengular.

Sayangnya beberapa gambar sudah hilang karena dimakan usia dan cuaca, ada beberapa yang sudah pudar dan menghilang begitu saja tanpa perhatian lebih. Saya menyadari hal tersebut ketika melihat petayang saya bawa dari hotel tertulis di peta tapi aslinya tidak ada di tempat. Selain gambar-gambar mural ada juga patung-patung dari besi bertebaran di lorong-lorong jalan, patung tersebut berbentuk karikatur dengan cerita kehidupan masyarakat Penang, nah kalau yang ini saya nggak banyak motret.

Setelah capek lompat ini adalah hasil terbaik dari yang terbaik haha

Kalau mau memburu semua gambar di Georgetown bisa menghabiskan dua hari, kalau saya sih mengincar yang menjadi masterpiece saja. Yang menjengkelkan adalah kenapa banyak sekali gambar kucing, saya kan benci kucing. Baru ngeh kalau hampir kebanyakan penduduk Penang adalah keturunan Cina dan kucing adalah hewan keberuntungan bagi mereka. I hate cat.

I hate cat

Puas di Georgetown saya masih ingin menyiksa dua kawan yang sudah tepar kelelahan karena kepanasan hahaha, setelah makan siang di sekitaran Jalan Penang saya ajak mereka gowes sepeda sejauh kurang lebih 5 km ke Wat Chayamangkalaram atau Kuil Budha bergaya Thailand, namanya saja sudah dalam Bahasa Thai. Saat itu matahari benar-benar sedang di atas ubun-ubun dan kami empat perjaka dengan gilanya naik sepeda di Penang, di saat kami kelelahan kami diberhentikan gerombolan Polis Diraja Malaysia yang sedang patrol. Dalam keadaan lelah tentu saja kami semua terkejut dan takut ditangkap, masak naik sepeda onthel saja diminta SIM segala, dan kami bukan TKI ilegal muahahaha.

“Darimana adek semua ni?” “Indonesia” “Nak pegi mana?” “Temple” “Buat apa kat sini? Study?” “Holiday” “Simpan beg baik-baik, jangan letak di basket depan basikal, takut orang ambil nanti, jalan lurus je, enjoy Penang, bye bye” gubraaaaaaaaaaggg!!!!! Bagaimana nggak deg-degan tiba-tiba diberhentikan dan diinterogasi lebih dari 5 polisi dan ternyata mereka hanya memperingatkan untuk hati-hati bawa tas.

Sampai di kuil kami semua nggak masuk ke dalam melainkan tidur pulas di kursi depan kuil hahaha, ada mungkin 1.5 jam kami tertidur. Asli saya sendiri kalah oleh sengatan matahari. Puas tidur baru kemudian kami beranjak masuk ke dalam kuil dan tiba-tiba kedua teman saya merinding ketakutan dan tidak mau foto-foto, mereka bilang ini pertama kalinya mereka masuk ke tempat ibadah selain Masjid dan melihat banyak patung begitu jadi kesannya gimana gitu bagi mereka, kalau saya dan Adit sudah terbiasa. Apalagi di belakang patung Budha tidur terdapat pajangan abu dari orang meninggal yang disimpan dalam wadah keramik dan itu banyak sekali jumlahnya, mungkin itulah yang makin membuat mereka bergidik ngeri.

Abu orang meninggal

Saya perhatikan banyak sekali mobil dengan plat nomor Thailand yang berkunjung ke kuil ini, dan memang banyak rombongan yang berbahasa Thai. Jangan heran dari Penang ke Thailand bagian selatan hanya berjarak 4 jam naik kendaraan.

Rencananya kami kembali ke Georgetown menunggu matahari sedikit ramah tapi saya ingat kalau jam 6 sore di Malaysia masih terang benderang hahaha, dan kami harus kembali sebelum jam 6 sore karena toko di mana kami menyewa sepeda tutup jam 6 sore, jadilah kami mengayuh sepeda lagi melawan matahari. Petualangan mereka di Penang berakhir ketika bis menuju Kuala Lumpur berangkat dari Komtar sekitar pukul 11 malam, saya masih ada 2 hari lagi di sini dan sendirian hiks. Always travel safe and happy traveling!!!

31 KOMENTAR

  1. aiih asik kayanya fotoan disana kaka..kepengen deh 🙂

    btw kok takut kucing sih, kan lutjuu #PencintaKucing

  2. Bagi saya Penang menarik untuk escape dari rutinitas dan macetnya Jakarta, disana pace kehidupan terasa lebih lambat dan suasana tempoe doeloe nya masih sangat terasa.

    • Wah klo saya lihatnya sama kayak kota-kota lain hanya tanpa gedung pencakar langit dan lorong2nya tertata rapi. urusan kehidupan kok saya lihatnya sama ramenya sama crowdednya hehe :p

      • Mungkin waktu saya kesana lagi bukan musim liburan jadi ngga terlalu ramai, ngga ketemu macet dan jam 9 jalanan sudah sepi.

  3. Oke. Jad rupanya kita berdua lagi sama-sama bahas Penang nih di blog hehe.

    Eh, mas, itu yang banyak mural di mana sih? Kok gue nggak tahu ya, padahal kayaknya populer bgt setelah baca. Terus sayang bgt kemarin nggak sempet ke Lorong Burma karena keterbatasan waktu 🙁

  4. emang panasnya gila hahaha
    gw makin item sepulang dari penang lid

    -.-

    muka lo muka napi sampe diberentiin polisi segala sih
    wkwkwk

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here