Semenjak kecil saya lahir dan tinggal di Jombang tapi belakangan baru tahu ada yang namanya Festival Unduh-Unduh di Mojowarno. Gaung acara heboh tersebut beberapa tahun belakangan ini saya dengarnya, tahun lalu saya ketinggalan info tapi tahun ini saya hadir karena seminggu sebelum acara saya sudah mengantongi info yang valid. Kenapa harus heboh? Karena menurut sejarahnya festival tersebut sudah ada sejak 100 tahun lalu. Tambah penasaran lagi karena yang menyelenggarakan acara tersebut adalah umat Kristiani di wilayah Mojowarno dan acaranya dipusatkan di Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Mojowarno. Dan memang Gereja tersebut adalah gereja tua di Jombang karena umurnya sudah lebih dari 100 tahun.
Riyaya Unduh-Unduh (Hari Raya Unduh-Unduh); Unduh atau mengunduh atau panen atau sekarang bahasa kerennya berarti download, adalah sebuah perayaan rasa syukur atas panen dari hasil bumi kepada Tuhan. Karena mayoritas umat Kristiani di wilayah tersebut adalah petani. Saya tidak begitu tahu ihwal sejarah Unduh-Unduh di Mojowarno, waktu itu MC membacakan sejarah awal Unduh-Unduh tapi saya sibuk melihat pawai jadilah informasi penting tersebut terabaikan, saya mencoba mencari referensi di situs resmi GKJW tidak ada catatan satupun. Yang jelas saya ingat tahun dimulainya festival tersebut adalah pada tahun 1881, berarti sudah 131 tahun perayaan Unduh-Unduh diselenggarakan.
Acara dimulai sejak pagi yaitu pada jam 6 pagi, jadi saya bela-belain sejak jam 5:30 sudah di Mojowarno. Bentuk acaranya adalah arak-arakan persembahan yang dibentuk dan dihias sedemikian rupa khas Kristen seperti tokoh Yesus Kristus, Adam dan Hawa, Goliath, Roh Kudus, dan lain-lain. Hiasan dari bentuk-bentuk tersebut terbuat dari padi dan hasil bumi seperti ketela pohon, umbi-umbian, sayuran, dan lain sebagainya. Isi dari masing-masing persembahan juga bermacam-macam parcel yang nantinya akan dilelang. Setiap blok berusaha semaksimal mungkin dalam menghias persembahan karena akan dinilai siapa yang terbaik dan akan menjadi juara satu. Ada 6 blok yang mengeluarkan persembahan, antara lain: Blok Mojojejer, Blok Mojoroto, Blok Mojowarno, Blok Rumah Sakit Kristen Mojowarno, Blok Mojowangi, dan terakhir dari Blok Mojodukuh.
Tidak hanya persembahan saja yang ditampilkan, ada juga barongsai, drum band, grup band di atas truk. Yang saya suka dari pawai tersebut adalah semangat setiap peserta. Menyanyi dan berjoged selama berpawai.
Setelah mencapai garis finish di Gereja, kegiatan akan dilanjutkan dengan kebaktian dan pelelangan. Persembahan-persembahan yang harganya murah tapi di pelelangan bisa menjadi mahal. Karena memang nanti hasil lelang akan dimasukkan GKJW sehingga intinya adalah menyumbang secara ikhlas. Sebelumnya pada tanggal 7-19 Mei dilaksanakan lomba-lomba seperti lomba layang-layang, khotbah, jalan sehat, pameran atau bazar. Puncaknya adalah Unduh-Unduh pada tanggal 20 Mei dan malamnya ada pagelaran wayang kulit semalam suntuk.
Sempat merasa takjub dengan festival tersebut, ternyata Jombang memang benar-benar pantas untuk menyandang sebutan sebagai Kota Plural karena warganya mempunyai tingkat toleransi antar umat beragama yang tinggi. Dan tradisi pluralisme tersebut sudah berlangsung hampir satu abad lebih. Warga yang menyaksikan Unduh-Unduh tidak hanya berasal dari kalangan Kristiani saja tapi banyak juga warga muslim yang antusias untuk menyaksikan. Jombang dengan sebutan Kota Santri dan warganya punya sikap toleransi yang tinggi terhadap agama lain, saya bangga menjadi Warga Jombang.
Wonderful Indonesia, Happy Traveling 🙂
Festival ini kok kurang ngetren ya, Mas?
Apa saya yang katrok? 🙂
Warga Jombang juga banyak yang gatau kok hehehe, mungkin kurang promosi kali yak. tapi sekarang dengan adanya internet akan lebih dipromosikan, saya sendiri tahunya juga dari internet ehehehe… jadi sy yg warga jombang sendiri juga katrok deh :p
Wah ada hasil bumi juga mas yg diarak. perlu dipublikasihan lagi mas, biar temen2 fotografer luar kota bisa tahu event ini 🙂
Yup harus lebih dipromosiin, salah satunya dengan tulisan saya ini hahaha…
semoga tahun depan banyak temen2 fotografer luar kota yang datang 🙂
makasih
semoga toleransi ini tidak hanya terjadi di Jombang saja, tapi juga ke daerah lain…
Semoga masbro karena kita menganut Bhineka Tunggal Ika tapi hanya di kaki burung garuda saja tapi bukan di hati 🙁
ingin melihatnya sendiri … setiap apa itu di rayakan ?? terima kasih …
setiap tahun setelah panen, umumnya sih mei juni 🙂
menarik tulisannya ya…makasih udah share ya
nice info and post..thanx
menarik…
Wes oku bagianmu Lid gali budaya jombang…mene nek nang kramat onok sedekah desa tak kbri soale enek wayang kulit
aseeeeeeeeekkk
Tahun ini perayaan undhuh-unduh dilaksanakan tgl:08.mei.2016.
Pas long weekend..
Samping gereja tempat saya sekolah dulu jadi kangen..
unik banget ini dan jarang2 juga karena dilakukan oleh saudara kita dari umat nasrani. gerejanya kece banget dan setuju, pluralisme harus terus dipelihara di bumi Indonesia
Yuk ke sini Mei minggu pertama nanti, tak ajakin ke sini 🙂
ooo ternyata digelar tiap bulan mei toh…