Perjalanan Penuh Drama Demi Halong Bay

40

Saya di Halong Bay, setelah semalam tiba di Hanoi, Vietnam, penuh dengan drama. Dari Kuala Lumpur saya naik Vietnam Airlines ke negeri Paman Ho. Jarang-jarang saya naik pesawat full-service, apalagi ke luar negeri. Ketika check-in di KLIA saya diberitahu petugas kalau pesawatnya delay sekitar dua jam dan diarahkan ke konter sebelah untuk minta voucher makan sebagai kompensasi. Sebagai anak kampung girang dong dapat voucher makan 20 Ringgit atau sekitar 60 ribu Rupiah. Saya habiskan voucher tersebut untuk makan di Burger King dan pesan Whooper super gede kesukaan saya. Ada gitu anak kampung ngerti Whooper dan doyan burger hehe. Namun dibalik kegirangan saya, malapetaka menunggu di hadapan.

Karena delay saya tiba di Bandara Noi Bai di Hanoi tengah malam dan menyadari bahwa bus umum ke pusat kota sudah tidak beroperasi. Hangus dong bookingan hostel saya kalau tidak datang, sudah bayar padahal. Pilihannya hanya dua, ngemper di bandara atau naik taksi. Dan jelas taksi bandara mahalnya bikin bunuh diri. Di sisa-sisa keputusasaan, saya order Uber yang harganya separuh dari taksi resmi bandara. Separuh sih tapi tetep aja kerasa mahal, 150an ribu puff. Saya memutuskan naik taksi daripada ngemper di bandara karena saya juga sudah booking tour ke Halong Bay yang berangkat pagi banget. Jadi untuk hemat waktu terpaksa naik taksi.

Sampai di Old Quarter hampir pukul dua subuh. Sepi, beberapa bar mulai menutup lapaknya. Saya berjalan gontai sambil lihat peta dengan kesadaran yang tinggal beberapa watts saja. Pengen misuh-misuh rasanya ketika berdiri di depan hostel tapi pintu hostelnya tertutup rapat. Anjaaayyy! Pengen bakar saja rasanya. Yakali hotel berbintang lima yang resepsionisnya buka 24 jam, mana mau hostel kecil murah begini nunggu tamu sampai subuh.

Bak zombie saya berjalan menyusuri Old Quarter untuk nyari hotel lain. Nggak lucu dong malam pertama di negeri orang saya harus tidur di emperan toko. Di Old Quarter banyak sekali hotel tapi semuanya sudah tutup. Setelah beberapa blok berjalan akhirnya ketemu juga hostel yang masih buka. Tanpa menawar saya mengiyakan harga kamar permalam. Sudah nggak ada tenaga.

Singkat cerita saya tiba di Halong Bay dengan naik minibus dari hostel tempat saya menginap. Iy. Saya ikutan tur sehari keliling Halong Bay yang ditawarkan, padahal saya sudah booking di hostel pertama. Daripada kesana-kemari lebih baik di sini saja pikir saya. Rasanya nggak bersemangat banget jalan-jalan karena masih super ngantuk, lah tidur cuma beberapa jam semenjak menginjakkan kaki di Vietnam. Tapi kalau nggak jalan hari ini saya akan buang-buang waktu banyak. Cuaca hari itu pun terbawa suasana, mendung dan sedikit gerimis.

Sebenarnya ke Halong Bay bisa berangkat mandiri naik kendaraan umum, tapi karena keterbatasan waktu saya harus merogoh kocek yang lumayan mahal untuk ikutan tur. Enaknya dijemput di hotel, naik bus yang nyaman, naik kapal pribadi, pulang diantar ke hotel masing-masing, ditambah gratis makan siang di atas kapal. Walau saya hanya bisa puas makan nasi putih, mie goreng, dan nugget ayam saja. Padahal menu-menu yang disediakan sangat menggoda selera baik tampilan dan baunya. Hanya bisa lap iler. Lah gimana mau makan kalau mengandung babi semua hiks. Paling ngenes turis dari India yang hanya bisa kenyang makan mie goreng saja, mereka vegetarian.

Kenyang makan saya naik ke geladak kapal paling atas sembari menikmati pemandangan. Sejauh mata memandang terlihat batuan karst berbagai bentuk tersebar di tengah lautan. Indah memang, tidak salah jika Halong Bay menjadi tempat wisata andalan Vietnam.

Menurut legenda, dahulu kala ketika zaman perang dewa mengirimkan naga untuk membantu rakyat Vietnam melawan penyusup. Naga-naga tersebut memuntahkan permata dan batu giok ke arah musuh dan muntahan tersebut berubah menjadi batuan karst yang melindungi serangan kapal musuh. Setelah damai naga-naga tersebut tidak kembali ke kayangan, mereka lebih memilih tinggal di tempat tersebut. Maka tempat tersebut dinamakan Halong Bay atau naga yang turun ke bumi. Pertanyaan saya adalah kenapa mereka nggak kembali ke kayangan saja ya? Bumi itu tempatnya iri dengki dan haters berkeliaran di mana-mana *tampar*

Sampai di dermaga desa apung kami diberi waktu sekitar satu jam untuk beraktivitas. Highlight aktitivas di sini tentu saja naik perahu atau kano menyusuri batuan karst dan gua. Saya lebih memilih naik perahu sekalian tukang dayungnya. Saya punya pengalaman naik kano dengan mendayung sendiri bersama dua kawan dan terbalik di tengah lautan wakakaka. Daripada berabe mending cari aman. Lagian bayarnya juga sama ngapain susah-susah mendayung sendiri. Saya generasi yang nggak mau syusyah.

Dulunya dermaga ini adalah desa terapung, tapi beberapa warganya sudah direlokasi oleh pemerintah Vietnam ke daratan untuk kehidupan yang lebih baik. Beberapa rumah kapal masih dihuni warga yang bertahan dan juga untuk homestay serta atraksi turis.

Saya lupa bayar berapa untuk bisa naik perahu, sekitar 50-100 ribu rupiah kalau nggak salah ingat. Benar saya malas mencatat dan mengingat ongkos-ongkos yang saya bayarkan. Maklum duitnya turah-turah *ditoyor*

Dari sekian orang yang ikutan tur hanya saya dan turis Amerika saja yang jomblo traveler. Jadilah saya ajak dia naik perahu bareng karena dia juga butuh teman untuk motret. Saling memanfaatkan gitu. Sayangnya anaknya nggak asik, nggak banyak omong. Padahal saya sudah mati-matian mengerahkan kemampuan bahasa Inggris yang belepotan sampai nelen kamus bahasa Inggris buat ngobrol sama dia tapi jawabannya irit seadanya. Saking lempengnya saya sampai lupa tanya nama dia siapa wakakaka. Sedihnya hasil jepretan dia nggak sesuai dengan yang saya minta tapi giliran saya jepret dia bilang “wow cool, thanks mate”. Suweeeek.

Haters dilarang terpesona

Nggak lama sebenarnya naik perahu, hanya masuk gua yang di dalamnya ada semacam laguna, foto sebentar di atas perahu, kemudian lanjut memutari pegunungan karst. Setelah itu kita digiring naik kapal lagi menuju destinasi kedua yang menurut saya tidak masuk akal dan mengada-ada. Gua Sung Sot atau artinya Gua Terkejut.

Bagaimana tidak mengada-ada kalau mas guide menerangkan serta menggambarkan setiap stalakmit dan stalaktit dengan sesuatu absurd. Misalnya batu besar menyerupai tiang digambarkan dengan alat kelamin pria. Ada juga yang katanya batunya menyerupai naga yang turun ke bumi. Batu-batu kecil digambarkan bidadari yang turun dari langit. Payudara wanita hingga kelamin wanita juga ada. Dan masih banyak lagi hal absurd lainnya. Dilihat secara kasat mata pun bentuk batunya nggak seperti yang diomongkan sama mas guide. Apa memang daya imajinasi saya kurang? Saya seperti masuk ke dalam sinetron naga-naga-an di Indosiar. Turis lain hanya bisa melongo kagum mendengar cerita yang tidak masuk akal tersebut. Wow saya terkejut -__-

Guanya memang cantik, penataannya mirip dengan Gua Maharani di Lamongan. Setiap batuannya dikasih lampu warna-warni. Dan luasnya luar biasa. Paling spektakuler pemandangan di bagian luar gua. Karena bisa melihat lautan dengan batuan kapur dan kapal-kapal bersandar.

Trip kami selesai dan sampai di Hanoi pukul enam malam. Saya bukannya beristirahat tapi menunggu bus pukul delapan untuk menuju ke Sapa. Sambil menunggu jemputan bus saya cek email dan jedeeeeeeerrr. Hostel yang sudah saya booking tapi tidak jadi saya inapi memberitahukan kalau mereka meminta pembatalan 50% tour Halong Bay yang sudah saya pesan beberapa minggu sebelumnya. Karena saya tidak datang dan mereka sudah DP ke agen juga. Sudah bookingan kamar hangus saya harus membayar biaya pembatalan. Vietnam benar-benar merampok saya, ini gara-gara pesawat delay saya tekor waktu, tenaga, dan kocek lebih banyak. Bangke bener hiks!

Happy Traveling!

40 KOMENTAR

  1. Berapaan kalau ikut tur halong bay alid? kalau misal kamu kabur gak bayar yg DP setengah itu gimana 😀

    emang bener sih bumi tempat yang paling mengerikan, ciyee hatersnya alid pasti bejibun :p

    • Aku lupa pastinya tapi bisa buat nonton film 5x sama gebetan wakakaka. Aku gak mau kabur kan harus tanggung jawab. Lagian mereka punya catatan kartu kreditku buat booking hotel jd mereka minta ijin buat debet dari kartu bhuahahhaa. Mau lari gimana coba.

      Koko termasuk hatersku bukan?

  2. Pertama, aku baca sampe tuntas dari atas sampe bawah. Gak butuh 5 menit ah. Siapa itu yang baca lama banget? Hehe.

    Kedua, di Takengon guidenya juga nerangin bentuk bebatuan di goa seenak jidat, sesuai imajinasi. Ada batu yang disebut batu asmara karena kayak sepasang orang pacaran, tapi pas dilihat sama sekali gak mirip hehehe.

    Ketiga, nemu temen jalan yang gak bisa motret itu emang cobaan.

    • Pertama gak semua orang terbiasa membaca, jadi tulisan itu bisa sejam dibaca kadang-kadang wkwkw.

      Kedua ini juga ada diterangin klo ada yang lagi bersenggama. Omawgad aku masih di bawah umur haha.

      Ketiga NASIIIIIIIIBB!!!

  3. Besok-besok kalau mau mau main bawa asisten, biar ada yang motretin. Jangan bawa calon istri, ntar di kamrea cuma ada foto dia saja buahahahahah.
    Tenang mas, horang kayah kan sudah biasa pesan kamar terus hangus begitu saja.

  4. Hahahaha.. Pas di Madura lho ya gitu di Goa Celeng, bilangnya stalagtit/ stalagmit mirip A B C sesuai dengan imajinasi guide, padahal ya gak juga sih.

    Hahaha.. Ayo mas mana lagi cerita yang lainnya? Aku suka baca- baca cerita keapesan orang

  5. Kok ora digedori wae pintu hostel pertamamu? Kurang mik akua dan kurang bobok mungkin berefek fatal pada daya pikatmu, Lid. Sampe si bule Amerika lempeng trus eneg lihat gaya senyum tiga jarimu. Huahaha.

  6. Sabar ya, semoga di perjalanan berikutnya malah dapat berbagai cerita yang menarik. Meskipun akhirnya biaya 50% itu ditagih juga di kartu kredit, hehe. Perjalanannya seru, yah meskipun pemandunya imajinasinya lebih tinggi tapi pemandangannya memang jadi pantas buat didatangi jauh-jauh. Ada lukisan gua nggak di sana, Mas? (efek nonton film gambar cadas, haha). Terima kasih sudah berbagi, jadi pelajaran buat kita yang belum ke sana, wkwk.

  7. Aggghhhhhhh ini tempat udh dari 5 thn lalu mau aku dtgin, ga jadi2 ampe skr hahahah.. Baru sempet HCMC thok. Halong bay ama sapa udh niaaaat bangetttt mas. Pgn ksana naik trainnya yg cakep itu tuh.. Udh aku cek dr seat61. Ntr deh, kepentok ama planninh traveling yg lain mulu..

    Itu goanya mirip gong di pacitan yaa.. Kalo batu yg mirip penis mah, di goa pindul jg ada :p. Aku pernah ditunjukin, itu lbh mirip penis malah hihihi

    Cerita sapa jgn lupa ditulis yak :D.

  8. Peh peh. Ceritane dirimu ngguwak2 duik tenanan ndik Vietnam yoh. Guone apik pol kui ya. Dadi iling Gua Gong Pacitan. Etapi aku gung tau ndik Maharani. Malih pingin dolan Tuban!

    Peristiwamu ngeneiki raiso nyalahne sopo2 ya. Mosok nyalahne pesawat? Pesawate nyalahne alam? Hohoho. Sebuah pelajaran hidup. Bahwa hidup gak selalu seperti yg kita rencanakan. Tapi tetep ae manfaate akeh. Misal tambah sabar. Mentale tambah kuat. Demikian ceramah dari Gus Ndop. gus abal abal tersohor sekamarnya sendiri.

    • Pesawate delay bukan karena alam cak, karena gurung teko wkwkwk. Nggeh gus wejangannya akan saya masukkan ke usus hehehe.

      Yes aku udah pernah ke Gua Gong di Pacitan. Tapi lali, jek cilik biyeeen haha

Tinggalkan Balasan ke Gara Batal balasan

Please enter your comment!
Please enter your name here