Pesona Tana Toraja, Kemegahan Menhir Hingga Kuburan Seram

24

Ketika saya dapat tiket murah ke Makassar, hanya Tana Toraja yang terngiang-ngiang di benak saya. Maklum sejak saya kecil sudah sering melihat keindahan budaya Tana Toraja lewat televisi. Rumah Adatnya, Upacara Adatnya, Alamnya, dan sebagainya. Lunas sudah impian saya untuk menjelajah Tana Toraja. Meskipun perjalanan yang saya tempuh cukup melelahkan tapi semua itu sepadan dengan apa yang saya lihat dan saya rasakan.

Setelah menempuh perjalanan hampir 10 jam dari Terminal Daya Makassar sampailah saya di Rantepao. Saya minta diturunkan di Pasar karena di sana nggak ada terminal. Kondektur akan menanyai satu persatu penumpang mau turun di mana. Waktu itu saya dibangunkan dan ditanya dalam bahasa yang nggak saya mengerti, setengah ngantuk dan bingung serta gelagapan barulah kondektur sadar kalau saya bukan penduduk lokal. “Mau turun mana?” “Terminal Bang”. Dibilang terminal kok saya nggak lihat kendaraan gede alias bus atau angkot sama sekali, lebih tepatnya pasar. Jadi buat yang mau ke Rantepao mendingan minta turun di pool bus atau kantor usaha busnya saja daripada bingung.

Untuk keliling Tana Toraja tinggal cari rental motor di sekitar Rantepao. Beruntung saya dapat Motor Honda Beat warna biru yang sesuai dengan tunggangan saya sehari-hari di rumah #NoIklan. Sekedar informasi saya menyewa motor di Unique Motor Rent, Jl. Ratulangi no. 40. Cukup dengan setor KTP dan uang 60 ribu rupiah saya bisa bawa motor sampai jam 5 sore. Berbekal peta seadanya saya siap menjelajah Tana Toraja.

Tempat pertama yang saya datangi adalah Rante Karrasik, lokasinya di tengah perkampungan. Menhir-menhir besar dari jaman dulu di bukit menanjak begitu menyihir saya ketika pertama kali menginjakkan kaki dan melihatnya, hanya ada satu buah bangunan yang menyerupai Tongkonan (Rumah Adat Toraja). Rasanya begitu wah dan merinding, sayang tidak ada orang yang bisa ditanyai tempat apa ini. Menurut mbah google Rante Karrasik adalah tempat untuk melaksanakan upacara adat.

Rante Karrasik, Bebatuan besar dari jaman dulu atau Menhir

Kemudian ada Buntu Pune, jejeran Rumah Adat Toraja atau Tongkonan yang saat ini masih berfungsi serta ada makam di atas bukit. Kalau mau melihat makamnya harus melalui anak tangga lumayan bisa bikin capek, tapi di atas bukit kita bisa melihat pemandangan seluruh kota Rantepao dari atas. Di Buntu Pune inilah saya dicegat seorang wanita dan ditanyai darimana, kemudian disuruh isi buku tamu, ternyata dia adalah salah satu penghuni rumah di Buntu Pune. Untung nggak dimintai uang donasi atau mungkin orangnya nggak tega minta uang ke saya.

Tongkonan di Buntu Pune

Tengkorak di Makam Buntu Pune

Dari sekian situs-situs rumah adat di Tana Toraja, Ke’te Kesu lah yang paling besar dan terkenal karena masih lengkap komposisinya. Mulai dari rumah, lumbung, kuburan, tempat upacara, sawah, hingga kerbau-kerbau gembala. Tanduk-tanduk kerbau menghiasi setiap Tongkonan yang ada di Kete Kesu, semakin banyak tanduk kerbau menandakan semakin kaya yang punya rumah. Kerbau Toraja terkenal dengan harganya yang selangit. Lumut dan pakis perdu yang menempel tebal di genteng Tongkonan menambah kesan tersendiri. Untuk masuk Kete Kesu setiap pengunjung wajib membayar retribusi sebesar 5 ribu rupiah.

Tongkonan di Kete Kesu

Tanduk Kerbau sebagai hiasan di setiap Tongkonan, semakin banyak tanduk semakin menandakan yang punya rumah adalah orang kaya.

Souvenir yang dijual di Kete Kesu

Situs selanjutnya yang saya kunjungi adalah situs yang paling horor dan paling susah karena jalannya yang benar-benar biadab dan yang paling mengecewakan karena tidak sepadan dengan rasa deg-degan serta perjuangan untuk menuju ke sana. Pala’ Tokke’, situs Kuburan Gantung dan Peti Mati Purba. Dari deskripsi tempatnya saja sudah bikin ngeri, tapi memang wisata di Tana Toraja adalah kuburan dan rumah adat. Jadi bayangan saya biasa-biasa saja karena pasti nanti banyak pengunjung. Jalanan mulus menuju Pala’ Tokke’ berubah menjadi makadam atau jalan berbatu dan berlumpur karena tadi malam hujan. Saya harus berkali-kali turun dan menuntun motor karena saking licinnya jalan. Takut jatuh dan terpeleset, tiba-tiba saja sudah ditengah sawah hijau nan panas menyengat.

Saya dan motor rentalan

Jalan setapak menuju Pala Tokke, semakin dalam semakin gelap.

Tidak ada orang yang bisa ditanyai karena sepi, tidak gentar melanjutkan perjalanan dan saya tarik gas pelan-pelan supaya tidak jatuh, kalau motor rusak mah masa bodoh karena bukan milik saya hehe. Ada jalan menanjak penuh lumpur licin dan terlihat sebuah rumah. Akhirnya ketemu manusia juga, mereka sepertinya tidak terbiasa melihat orang asing. Ketika saya tanya di mana Pala’ Tokke’ mereka tidak bicara hanya menunjuk saja, saya bilang titip motor dan helm mereka juga mengangguk saja. Saya berjalan menuju arah yang ditunjukkan oleh warga, sepi dan gelap, hampir mirip mirip hutan karena banyak pepohonan tinggi menjulang. Ditambah dengan suara-suara krik krik ngik ngik cit cit ngok ngok, makin merinding saja.

Bukit batu tempat peti gantung purba

Ketika saya sedang konsentrasi tinggi memberanikan diri berjalan di tempat sepi dan gelap tiba-tiba “Hei” WAAAAAAAAAAAAAAAAAWWWW seorang nenek-nenek keriput muncul dari balik semak-semak. “Punya gula-gula?” Buset hanya demi permen dia rela mengagetkan mahkluk paling ganteng sedunia. Masih dengan setengah gemetar setengah hidup saya menjawab “Nggak ada” karena memang saya lagi nggak bawa permen.

Hanya demi tiga peti mati

Setelah berbincang sedikit dengan nenek tadi dan menanyakan arah saya lanjut jalan kaki menuju kuburan yang letaknya di atas bukit batu. Dan apa yang saya lihat, hanya tumpukan tengkorak dan tiga peti mati di atas bukit. Sudah capek-capek, berlumur lumpur, sampai hampir kena serangan jantung cuma demi tiga peti mati yang hampir keropos.
Sekian dulu yak ceritanya, nanti disambung di postingan berikutnya, masih ada kuburan yang lebih seru dan Tongkonan.

Wonderful Indonesia, Happy Traveling.

24 KOMENTAR

  1. Waduuwww,,,, keren sekalee…..
    Gw tunggu postingan selanjutnya….

    Kapan² ajak gw kesitu yaa Bang !!!!!
    Hehehee…..

    Do not ever stop to write !!!!!

  2. baca ini jadi kangen dengan suasana Toraja, bener-bener magis menurut gue. Kota kecil yang bener-bener tenang, sangat terasa ketika pertama kali menjejakkan kaki disana. Semoga lah lain waktu bisa berkunjung ke sana. Masih ada Batutumonga yang belum terjelajahi 😀

  3. Alid, Alid, salut gue sama elo ! Masih muda (berasa tua gue jadinya), elo udah berani kemana-mana. Gue? masih parno aja.

    Gw berdoa, semoga one day gue bisa travelling sama elo !

    untuk tana toraja ini gue no kommen. denger cerita teman secara langsung aja, ga bisa tidur.

  4. Anjrooott… makin ngiler gwe ke sana… fix lah ini mah.. 2013… toraja, akhirnya gwe ke kuburan juga.. kangeenn jalan2 di kuburan >_<

    btw..di sana aman pake motor lid? jarang razia kan? 😀

Tinggalkan Balasan ke aditkecil Batal balasan

Please enter your comment!
Please enter your name here