Setelah tiga hari menjelajah Penang saya masih melanjutkan perjalanan ke negara berikutnya, yeah tujuan selanjutnya adalah ke Laos, bukan bumbu masak loh ya ahahaha. Dari Penang menuju Laos tidak ada pesawat yang langsung ke sana jadi saya menuju dulu ke Bangkok di Thailand. Kemudian dari Bangkok saya melanjutkan perjalanan darat ke Laos. Lumayan nambah tiga cap (Malaysia, Thailand, Laos) di paspor ehehe.
Welcome to Laos
Ke Laos saya tidak sendiri tapi saya sudah ditunggu Jard teman jalan saya di bandara Bangkok. Dia mendarat satu jam lebih cepat dari Kuala Lumpur dan dia juga yang beli tiket kereta api ke Nongkhai di Thailand Utara. Kami naik kereta api dari Stasiun Don Muang yang berada tepat di depan Bandara Don Muang. Ini pertama kalinya saya naik kereta api kelas eksekutif di luar negeri, mahal bingit, saya harus bayar 679 Baht atau sekitar 250 ribu rupiah untuk 12 jam perjalanan menuju Nongkhai. Tapi sepadan sih dengan apa yang saya dapatkan. Kereta apinya tipe sleeper, jadi bisa leyeh-leyeh tidur puas tanpa diganggu orang lain. Gerbongnya ber-AC, ada gordennya juga jadi bisa tidur tanpa dilihat penumpang lain. Kasurnya empuk terus dapat bantal serta selimut, hanya nggak dapat makan itu saja kekurangannya hahaha.
Gordennya ijoooooo
Saya dapat ranjang di atas dan berbeda gerbong dengan Jard. Beruntung saya dapat ranjang paling atas karena saya sangat lelah sekali jadi ingin tidur sepuasnya tanpa terganggu oleh orang yang lalu lalang. Suara mesin kereta api pun hampir tidak terdengar, halus banget jalannya. Karena paling atas jadi saya tidak dapat pemandangan apapun, jendela kaca ada di ranjang bawah, jadi kalau mau lihat pemandangan pilih ranjang yang bawah.
Harga segitu dengan jarak tempuh serta fasilitas tempat tidur lumayan murah bila dibandingkan dengan kereta api di Indonesia. Kereta eksekutif paling mahal di Indonesia tidak ada tempat tidur walau kursinya bisa disandarkan beberapa derajat, memang kereta api di tempat kita tidak ada model sleeper hehe. Yang paling nyesek saya dulu pernah naik kereta api kelas bisnis dari Bandung ke Jombang dengan harga 250 ribu untuk 12 jam perjalanan hanya dapat gerbong berkipas angin dan kursi yang harus dibagi dengan penumpang lain. Tapi kereta api kita sudah berbenah kok, kelas paling ekonomi pun sekarang sudah ber-AC.
Pagi kami sampai di Stasiun Nongkhai dan langsung naik tuk-tuk ke perbatasan yang jaraknya selemparan batu, tahu gitu jalan kaki saja untuk menghemat ongkos. Menyebrang perbatasan antar negara merupakan suatu pengalaman unik tersendiri. Kondisi perbatasan Thailand-Laos kontras sekali dengan perbatasan Singapura-Malaysia yang begitu modern, yang ini tak ubahnya terminal lawas. Pos petugas pemeriksa paspor hanya ada dua dan antrian didominasi warga Thailand dan Laos yang wajahnya tak ubah layaknya muka orang Indonesia, berasa di pasar jadinya hehehe.
Antri pemeriksaan paspor di perbatasan Thailand-Laos
Setelah keluar dari Thailand kami diharuskan naik bis penyebrangan ke gerbang masuk negara Laos, jadi batas negara Thailand-Laos di Nongkhai ini hanya dipisah oleh sungai Mekong. Ada beberapa perbatasan yang dibuka dan tersebar di berbagai wilayah, berhubung saya menuju ke Vientiane jadi saya menyebrang dari Thailand-Laos Friendship Bridge. Negara Laos ini kasihan sekali karena teritorinya landlocked yang artinya negara mereka diapit oleh negara-negara lain jadinya mereka tidak punya laut.
Narsis dulu di perbatasan, mungkin ini pertama kalinya saya bebas berfoto narsis di check point pemeriksaan paspor, biasanya di bandara dilarang haha
Ketika sampai di gerbang perbatasan Laos kami kebingungan mencari formulir kedatangan, tanpa mengisi itu kami tidak akan bisa masuk ke Laos. Nah kalau di Thailand disediakan berceceran di meja jadi pengunjung tidak bingung mencari. Lucunya di Laos ternyata banyak calo yang nawarin kertas penting tersebut dengan barter duit, yasalam dijual. Terang saja saya nggak mau, lha wong di negara manapun formulir tersebut gratis kok. Beruntung ada bapak-bapak yang ngasih tahu untuk minta langsung ke petugas imigrasi yang tengah sibuk mencap paspor para pengunjung. Bukan kami saja yang dipusingkan dengan formulir tersebut, begitu saya mulai mengisi formulir beberapa turis tanya dimana saya dapat formulir kedatangan. Setelah beberapa lama antri akhirnya dapat juga cap negara Laos di paspor dan saya resmi menginjak negeri bunga kamboja, Laos.
Begitu keluar dari gerbang kami langsung menukar uang supaya bisa segera foya-foya hahaha. Saya hanya berbekal 100 USD dan dapat segebok mata uang Laos yaitu KIP. Sebelum bertolak ke ibu kota kami memutuskan untuk mampir dulu ke salah satu tempat wisata yang paling dekat dengan perbatasan yaitu ke Xieng Khuan atau Buddha Park.
Patung Budha tidur paling besar di Xieng Khuan
Di depan gerbang perbatasan banyak orang nawarin transportasi ke Buddha Park, harga resminya 80.000 Kip atau sekitar 115.000 Rupiah. Seingat saya sih berhasil nawar sampai separuhnya. Transportasinya semacam bak terbuka tapi ditambahi atap atasnya, biasanya dia cari penumpang yang searah dan pulangnya jemput turis di Buddha Park. Jaraknya sih cuma 6 km tapi jalannya ancur-ancuran dan berdebu, heran deh jalan lebar begitu tapi tidak diaspal.
Namanya saja Buddha Park tentu saja isinya tidak jauh dari patung-patung Budha, tapi ada juga patung-patung Hindu, kalau ditotal ada sekitar 200an patung Budha dan Hindu. Model patung-patungnya tidak mengkilat dan terkesan dibiarkan dan lumutan sampai menghitam. Tapi justru itu yang menambah daya tariknya, misal kalau dicat klimis saya yakin tidak akan menarik lagi.
Mungkin bagi sebagian orang tempat tersebut terkesan menyeramkan karena bentuk-bentuk patungnya banyak yang seperti monster, yah mungkin itu makhluk dalam mitologi Hindu dan Budha. Tiket masuknya lumayan murah hanya 5000 KIP atau sekitar 7500 Rupiah tapi ada biaya tambahan kalau bawa kamera sebesar 3000 KIP. Saat itu lumayan sepi pengunjung jadi kami narsis-narsisan sampai puas walau kadang ngeri juga karena saking sepinya. Tunggu episode selanjutnya yak ahaha, happy traveling!!!
Nggak main ke Krabi atau Thailand Selatan lainnya, mas? Pantainya kece banget, ada tebing-tebing kayak Raja Ampat gitu.
Klo pantai milih wisata di negeri sendiri deh 😀
Benar sih. Indonesia memang jauhlah. Tapi krabi juga bagus koq untuk dikunjungi, ketimbang phuket yang udah rame bgt.
aye bukan anak pantai hahaha
Enaknya tempat wisata sepi kayak gitu tuh berasa punya sendiri! Hehe.
iya sih tapi ini agak serem hihi
kalo dari jakarta ke jogja ada kereta macam tipe sleeper pasti enak tinggal tidur bae haha
itu biaya masuknya turis asing sama lokal sama harganya?
sementara sama dengan orang lokal hehe, tapi yg di vientiane dibedain -_-
wisata di Laos emang cuma Buddha park aja Lid? kok kaya ga terawat gitu ya? sayang banget.
Eh justru klo dicat dan dirawat daya tariknya ilang 😀
kan ini masih hari pertama haha 😀
Kalo dicat warna warni, jadi kayak boneka Lid. Pasti ga serem lagi :_D
Akk keren! Mau! 🙂
patung budha paling keren dan mistis….duhhh kalah deh myanmar hehe
saia juga pernah lihat Laos, tp di dapur hehehe
kok saya malah jadi pengen jalan-jalan ke sna ya
250 ribu rupiah untuk 12 jam perjalanan <~ lid ini murah banget kalau ukuran naik kereta 😐 di indonesia tau enggak gajayana sekali jalan bisa 600 ribu, gak bisa buat tidur karena nggak ada kereta sleeper~ 😐
Hwehehehe tiket kereta paling mahal di Indonesia yang pernah saya beli itu 250rb dari Bandung ke Jombang ehhehe
jombang – bandung 250 ribu naik apa deh? mutiara selatan kah? 😀
patung patung nya eksoktis banget ya, ada budha yg sedang leyeh leyeh segalaa..
itu patung peninggalan jaman dahulu atau patung buatan manusia jaman sekarang?
buatan manusia tapi sejak jaman dahulu 😀
Kamu jago nawar juga ya, Mas? Hahah
Patung Budha Tidurnya so cute. 😀
enggak juga, suka gak tegaan nawar orang, lebih cute aku dong :p
Iya ya, baru tahu.
Emang-emang patungnya kotor seperti itu, eh, tapi justru menambah kesan berbeda. Jadi kepengen ke sana. 😀
nah kan klo dibersihkan justru hilang daya tariknya
old banget yak patung-patungnya, kalo sendirian serem tuh :S
it’s always interesting to cross the border !!
etapi lid, kenapa fotomu sama semua ketawanya? emang ciri khas mu gitu kali ya haha. nek ciri khas ku foto miring :p
aku kan bahagia maksimal kak fahmi ahaha
Banyak banget patung budha dan hindhu-nya, walau berlumut dan hitam malah bikin patung2 itu makin eksotik
Menanggapi komentator atasku, Alid ini memang di segala keadaan suka duka dan aral melintang, akan selalu sumringah. Jadi kalau dia cerita sedih di postingan, saya yakin dia nulisnya sambil sumringah hahahaha..
Bener id, nek pantai mending negoro dewe. Laos mending dijangan wae, enak #eh
aku kan selalu bahagia maksimal cak hahaha
Waaaa… menyenangkan sekali.
disana bahasanya se ribet thailand gak lid?
*nunggu cerita tempat wisata lainnya
**buka postingan selanjutnya
gue gak pernah tuh merasa diribetkan dengan perbedaan bahasa ketika jalan2 hahaha… justru itu serunya 😀
lg nyari semua info yg berhubungan ama Laos.. 🙂 Dec bsk aku mw kesana.. tp masalahnya kita brangkat ntr dr Chiang Mai.. Tapi at least jd tau wisata2 asyik di laos baca blogmu mas 😉
wah seruu,,, goodluck yak dengan tripnya ^^
jadi iri gak bisa ke luang prabang 🙁
ya ampun 250 ribu itu nggak dpt kereta eksekutifnya jak-jogja pas weekend di sana udah bisa i feel free rebahan di gerbong
;)))
kereta di kita gak ada yang sleeper sih 🙁
*terharu dikunjungi blogger dan penulis buku kondang*
Keren, backpackeran memang menyenangkan
nampak sepi ya? memang peak seasonnya kapan?
Wah… pengen ke Laos jg tpi blm kesampean ni.. T_T
tak doain semoga cepetan nyusul 🙂