Romantis dan Megahnya Dua Kuburan Raja

Sebelum melanjutkan baca postingan ini kalian harus baca tulisan sebelumnya di sini. Kenapa harus dibaca? Ya nggak apa-apa sih, biar tulisan sebelumnya ada yang baca dan kuota internet kalian bermanfaat buat buka blog kece haha *dikeplak*

Yah karena tulisan ini adalah lanjutan dari tulisan sebelumnya. Di mana saya sedang berada di Pagoda Thien Mu di Kota Hue, Vietnam, dengan perasaan super galau untuk melanjutkan perjalanan. Masih kurang dua tempat wisata yaitu Makam Minh Mang dan Makam Khải Định. Mau naik sepeda onthel dan gowes sepanjang 13 km lebih, atau naik perahu dengan membayar 40 dolar. Dua-duanya bukan pilihan yang menarik. Kalau dihitung-hitung jika saya nekat gowes melanjutkan perjalanan, total jendral jarak yang akan saya tempuh sekitar 45 km pulang pergi. Bisa tepar hamba di sana kalau nekat. Sementara kalau mengiyakan tawaran naik perahu yang tepar dompet saya huhuhu. Apa saya skip saja ya? Ngapain juga bela-belain ke kuburan. Ah tapi sudah jauh-jauh sampai Vietnam rugi dong saya skip. Apalagi sudah beli tiket terusan di Imperial City.

Setelah berpikir sangat lama sampai tukang perahu putus asa nungguin saya. Akhirnya saya memutuskan untuk. Kembali ke hotel. Lah kok? Di tengah terik saya genjot sepeda menuju hotel. Ngos-ngosan karena jarak yang cukup lumayan. Begitu sampai hotel saya samperin resepsionis dan ngomel-ngomel meski bukan salah dia sepenuhnya. “I need motorbike right now, why you didn’t tell me that the distance so far away?” Dia hanya plonga-plongo memandang saya.

Bukan tanpa perhitungan saya memutuskan kembali ke hotel dan ganti kendaraan. Pokoknya setelah dikalkulasi dampak kerugian materi dan non materi masih lebih menguntungkan balik hotel dan ganti moda transportasi. Bahkan ketika saya harus modal beli bensin lagi masih tetap menguntungkan dari segala aspek. Haaalaaah omonganku kayak sales apartment Meikarta ajah.

Setelah memenuhi tangki bensin saya gas pelan-pelan motor yang saya sewa. Boro-boro motornya bagus. Butut banget, lebih butut daripada motor saya di rumah. Padahal motor saya termasuk butut di antara motor-motor tetangga. Tapi percayalah sop buntut itu enak. Hlah.

Saya kembali ke jalanan yang sama melewati Imperial City dan juga Pagoda Thien Mu. Menyusuri pinggir Perfume River dan melewati perkampungan. Berharap Google Maps yang telah saya download supaya bisa bekerja secara offline tidak mengkhianati saya. Nyatanya Google Maps memang bazingan kok. Saya dibelokin masuk ke kampung dan kesasar. Ketika sudah nggak yakin lagi dengan peta saya tanya ke warga setempat dengan bahasa tubuh. Dan mereka menyarankan untuk putar balik huvt.

Akibat kesasar ketemu pemandangan begini

Meski engkau telah mengkhianatiku dan melukaiku berkali-kali, entah kenapa aku masih tetap cinta kamu wahai Google Maps. Karena aku sadar kamu tidak sempurna, kita telah melewati masa-masa bahagia. Banyak kenangan indah kita jalin dan ukir bersama. Hmmmppfffttt hentikan telenovela ini.

Bisa dibayangkan kalau saya beneran gowes sepeda dan kesasar hiks. Belum lagi tanjakan yang tidak sempat saya hitung ada berapa. Motor yang saya bawa aja lumayan mengerang dan mengejan ketika menanjak.

Area Tomb of Minh Mang

Setelah drama di jalan akhirnya saya sampai di kawasan Tomb of Minh Mang atau Makam Minh Mang. Dari parkiran motor, saya jalan kaki untuk menuju gerbang masuk. Suasananya lumayan mencekam. Gimana nggak serem kalau jalan setapak yang saya lewati sepi banget dan agak gelap karena rindangnya pohon di kanan kiri. Di tambah gelayutan dahan pohon kena angin di sepanjang jalan seperti melambai memanggil-manggil. Akan tambah mencekam jika jalan kaki sambil dengerin lagu Kelam Malam soundtracknya Pengabdi Setan. “Di kesunyian malam ini, ku datang menghampiri, dirimu yang pernah berjanji sehidup dan semati.” Kemudian bunyi lonceng “klintiiing”. Apasih makin melantur postingan ini -__-

Framingnya apik

Minh Mang adalah kaisar kedua Dinasti Nguyen yang memerintah tahun 1820-1840. Makamnya sendiri dibangun oleh Kaisar Thiệu Trị yang merupakan anaknya. Namanya juga makam raja, jadi bentuknya nggak seperti kuburan pada umumnya. Di sini ada taman yang asri dengan danau buatan dan juga jembatan. Ada bangunan tempat jasad sang raja disemayamkan. Terdapat paviliun dan juga kuil, yang pastinya setiap bagian ada makna-makna tertentu. Kesannya ini bukan kuburan tapi sebuah taman pribadi. Romantis sekali. Apalagi banyak bagian yang sangat fotogenik.

Sangat sepi pengunjung, saya hanya mendapati pasangan turis Eropa yang saya acuh untuk bertanya dari negara mana mereka berasal. Dan juga pasangan turis dari Surabaya. Lidah saya bahagia bisa ngobrol dengan mereka pakai bahasa Jawa setelah beberapa hari ngomong pakai Inggrisan dan bahasa tubuh. Mereka semua berpasangan sementara saya Jomblo Traveler hiks.

Danau buatan di Tomb of Minh Mang

Berat rasanya meninggalkan tempat romantis ini. Tapi saya diburu waktu karena sudah sore. Masih ada satu tempat tujuan yang harus disambangi. Apalagi baterai kamera saya mulai kehilangan daya.

Tomb of Emperor Khải Định atau Makam Kaisar Khải Định lokasinya dipinggir jalan ramai. Segera saya parkirkan motor begitu sampai di lokasi. Mata terbelalak terpesona dengan bangunan di hadapan saya. Sangat megah dan sangat berbeda dengan kuburan raja sebelumnya.

Jombang Next Top Model

Khải Định adalah kaisar ke-11 Dinasti Nguyen. Raja yang tidak populer di kalangan masyarakat Vietnam karena kedekatannya dengan Pemerintahan Prancis yang berkoloni di sana pada waktu itu. Tapi kenapa kuburannya sangat megah? Bagaimana tidak megah kalau beliau sendiri yang mempersiapkan makamnya sebelum mati. Butuh waktu 11 tahun untuk membangun, dan rakyat dibebankan kenaikan pajak 30% demi sebuah kuburan.

Arsitekturnya paduan antara timur dan barat. Di dalam ruangan begitu mewah. Lapisan porselain dan kaca di bagian temboknya. Ada altar sembahyang dan juga patung beliau terpasang di tempat beliau disemayamkan. Sumpah gagah. Pengunjung lebih ramai daripada di makam Minh Mang.

Kalau boleh memilih mana yang paling favorit, saya lebih memilih makam Khải Định daripada Minh Mang. Bagi yang suka tempat yang tenang dan romantis pasti memilih Makam Minh Manh. Kalau saya lebih memilih kekayaan dan kemegahan. Saya anaknya gitu sih. Matre. Namun kalau saya sudah tidak ada di bumi, boro-boro bangun makam megah. Bangun kijingan saja nggak boleh.

Bling-bling

Sebenarnya di Hue ada tujuh makam raja, tapi saya memilih dua ini saja karena keterbatasan waktu dan juga uang. Tiket masuknya yang bikin ngeri. Dua ini termasuk tiket terusan yang saya beli di Imperial City. Tapi cukuplah dua saja, nanti kalau ketujuhnya saya kunjungi berasa napak tilas dan ziarah wali tujuh 😀

Hari mulai gelap ketika saya berkendara kembali ke pusat kota Hue. Pukul tujuh lebih saya sampai di hotel. Tanpa mandi saya makan malam di restoran India dekat dengan hotel. Biryani Chicken Tandoori menutup petualangan saya di Hue. Besok pagi saya akan pergi ke Hoi An.

Happy Traveling!

 

Alid Abdul

Travel Blogger asal Jombang yang hobinya traveling dengan gaya backpacker. Blog ini adalah kumpulan cerita dari mimpi-mimpinya yang menjadi kenyataan.

View Comments

  • Sepintas fotone mau tak pikir ndek Ratu Boko. Tapi terus tak amati, kok bedo. Oh ancen dudu. wakakaka

  • Jane koe rene kudu karo Koh Halim, ben tambah suwi rek ngematke kuburan buahahhahah.
    Kuburan neng kono kok keren yo, malah kotok istana hahahhahaha

    • Dekne langsung gali kubur di sini pisan wkwkwkw. Keren soale raja, nek dirimu mengkijing ae gak boleh

  • Aku jg suka yg kedua mas.. Ingetin ama reruntuhan gereja yg di macau yaa :D. Itu raja, mau mati aja nyusahin rakyat banget dah.. Naikin pajak segala. Di indo udh di demo dia hihihi..

  • Kuburan megah tapi menyengsarakan rakyat dengan kenaikan pajak, haha. Kadang saya berpikir, yah demikianlah jika menjadi raja. Bisa mengkomunikasikan keinginan supaya segera terlaksana, hehe. Keren ya makamnya Khải Định. Raya banget hiasan dan ornamennya. Padahal entah, si raja tahu apa tidak dirinya dimakamkan di tempat sebagus itu (aturan tahu sih, kan dia sendiri memerintahkan pembangunannya, haha). Sekarang-sekarang apa masih ada peziarah yang datang ke sana, Mas? Atau sudah jadi objek wisata sebagaimana umumnya? Hehe...

    • Ketika Khai Dinh meninggal makamnya belum kelar dibangun haha. Anaknya yang ngelarin pembangunannya.

      Saya lihat sih nggak ada yang sembahyang kirim doa ke beliau-beliau. Tapi katanya tiap tahun ada doa bersama untuk peringatan sih. Wisawatan asing yang mendominasi daripada yang lokal.

      • Ah, kasus pembangunan yang belum selesai banyak kejadian juga di Indonesia, seingat saya.
        Wisatawan asing mendominasi acara doa bersamanya? Menarik sekali.

  • Niat bener ya, dibela-belain balik hotel lagi buat ngapelin kuburan :p
    Kalau ke Makam Minh Mang dan Makam Khải Định nggak perlu ganti baju ala-ala kemben dan sebagainya ya mas?
    Tuu berkostum ala-ala model aja boleh :')

Share

Recent Posts

Reuni di Gunung Tanggung

"Hid weekend ini nganggur nggak? Kamping yuk!" Saya mengontak seorang kawan bermain saat kecil dahulu,…

Maret 1, 2021

Oh Ranu Kumbolo

Tahun 2020 sungguh ambyar pokoknya, ajuuuuuur juuuuuuummm. Apalagi kalau bukan karena Koronamaru. Semua mimpi dan…

Februari 24, 2021

Danau Toba, Saya Datang!

“Cabin crew, prepare for landing!” Begitu pilot mengumumkan akan segera mendarat, saya langsung menegakkan sandaran…

Juli 27, 2020

Mencret di India

Saya melewatkan sarapan di hostel karena jam makan pagi adalah jam 9, yang bagi saya…

Juli 21, 2020

Kepanasan di Udaipur

Banyak plang-plang bertuliskan "Watch Octopussy Movie Every Evening 7 pm" di gang-gang jalanan Udaipur. Film…

Juni 10, 2020

Kangen Jogja

Hari ini adalah Lebaran hari ketiga, sumpah Lebaran tahun ini sungguh sangat aneh. Beberapa masjid…

Mei 26, 2020