Sunrise Memesona di Puncak Gunung Sikunir

35

Dari sekian highlight wisata Dieng, sunrise atau melihat matahari terbit adalah yang paling ditunggu-tunggu. Yang namanya alam sangat tidak bisa diprediksi, saya ke Dieng pada saat musim hujan, banyak teman-teman traveler yang menyarankan untuk menunda kunjungan saya ke Dieng karena takut sudah jauh-jauh tapi nggak bisa menyaksikan indahnya sunrise karena matahari tertutup awan mendung. Tapi alam berkata lain, justru selama wisata saya ke Dieng matahari selalu cerah ceria secerah wajah saya yang amit-amit. Sungguh beruntung, hujan turun hanya ketika waktu maghrib, saya yang sudah ketar-ketir khawatir besoknya mendung, tapi abang tukang ojek bilang kalau malam hujan berarti besoknya pasti cerah, bahkan awan akan terlihat menghitam merah indah. Mantap.

Janjian dengan abang tukang ojek untuk berangkat dari penginapan jam 4 subuh, suhu benar-benar sangat ekstrim. Cuci muka aja malas, apalagi harus mandi, jangankan cuci muka, cebok saja rasanya tersiksa, airnya minta ampun dinginnya. Dengan berbalut rapat dari atas kepala sampai ujung jempol, berangkatlah kita ke Gunung Sikunir untuk menyaksikan sunrise. Meski sudah berbalut rapat tapi tetap saja dinginnya nggak nahan, naik motor pagi buta dengan menantang angin dingin Dieng benar-benar sensasi tersendiri. Semriwing rasanya.

Asli semriwing dinginnya, kaos tangan nggak ada, kaos kaki pun jadi hehe

Sekitar 20-30 menit kita sampai di tempat parkir Gunung Sikunir, perjalanan masih dilanjutkan dengan jalan kaki ke puncak gunung. Kondisi saat itu masih gelap gulita, untung Mas Dayat tukang ojek kita sudah siap dengan senjatanya yaitu senter. Kita juga gabung dengan rombongan turis Rusia, semakin ramai semakin mengurangi perasaan takut. Bayangkan kalau kita jalan sendiri, gelap gulita, jalan menanjak, di kiri jurang, di kanan semak belukar, ngeri rasanya kalau jatuh ke jurang atau kesasar di semak belukar. Sedikit ngos-ngosan untuk menuju puncak, permen karet adalah senjata paling ampuh ketika naik gunung untuk setidaknya mengurangi tenggorokan yang cepat kering karena jalanan menanjak.

Dan ternyata rombongan kita adalah rombongan yang paling pertama sampai di puncak, keadaan masih lumayan gelap dan sepi, saya langsung cari spot dan pasang tripod kamera, siap-siap membidik pemandangan paling spektakuler. Sedikit demi sedikit warna hitam pekat dibelah oleh warna emas sang surya. Tampak gunung-gunung gagah berjejeran, Gunung Sindoro, Gunung Sumbing, Gunung Merbabu, Gunung Merapi, entah saya kurang memperhatikan urutan letak gunung-gunungnya, yang penting gagah dan memesona. Memang saya nggak dapat gambar matahari yang bulat tapi saya cukup puas.

Indahnya traveling, selanjutnya biarkan jepretan saya yang berbicara.

Sumpah nggak afdol rasanya kalau nggak narsis hahaha

Tengah Mas Dayat, Tukang Ojek kita selama 2 hari.

Happy Traveling, Wonderful Indonesia

35 KOMENTAR

  1. hahahahahah… tuh sarung udah menduina keknya.. xixixi ga pernah kelewatann udah kaya idung luu nempeeeell teruss hahahaha… aduhh ampyunn deh kalo wisata beginiaaann nyeraaahh… 😀 dinggiiinnn

  2. gwe suka ini “cerah ceria secerah wajah saya yang amit-amit” =)) kenapa sih lo suka memuji diri sendir yang kemudian sadar diri gituh? #dijejelinPurwaceng :))

    sempet ngeliatin langit pas subuh2 ga lid? gwe sampe bingung gimana mo ngegambarinnya… that was the very starry sky i’ve ever seen >_<

  3. Naik ojeg memang menjadi alternatif kendaraan di sana, tapi saya dulu dapat tukang ojeg yang rambutnya bau banget, maklum jarang keramas… airnya seperti di kutub barat…

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here