Tersiksa Kekenyangan Berburu Kuliner Palembang

Palembang bisa dibilang surganya kuliner, tempatnya memanjakan lidah dan perut. Duh andaikan saja saya ke Palembang nggak pas bulan puasa mungkin saya sudah kalap cobain makanan ini itu. Tapi ngetrip pas bulan puasa itu bisa ngirit ongkos karena nggak harus jajan siang hari hehe.

Setidaknya saya berhasil makan beberapa makanan khas Palembang dalam waktu yang singkat, padat, jelas, dan terpercaya *dih berasa presenter berita*

Martabak HAR

Yang pertama saya coba adalah Martabak Palembang. Omnduut mengajak saya makan martabak yang ada di depan Masjid Agung. Katanya tempat ini pernah jadi jujugan Wakil Presiden Jusuf Kalla.

Saya pikir martabak Palembang seperti di Jawa dengan campuran daging, daun bawang, dan bumbu instant (baca: MSG) di dalamnya. Baru tahu kalau yang dijual di Jawa itu jenis Martabak Mesir atau Malabar. Kalau di Palembang hanya adonan kulit tipis dari tepung terigu digoreng dan diberi telur ceplok 2 biji tanpa bumbu dan garam. Hambar dong rasanya? Enggak dong, disajikan dengan kari kentang. Cara makannya bisa dicocol atau disiram. Rasa karinya nggak terlalu kuat, bahkan cenderung encer. Mungkin sengaja dimodifikasi biar cocok dengan lidah orang Palembang. Martabaknya sih mirip-mirip dengan roti telur ala India yang biasa saya makan di Kuala Lumpur.

Paling legendaris adalah warung Martabak HAR atau Haji Abdul Razak. Katanya sih beliau adalah orang India yang pertama kali buka lapak di Palembang. Masalahnya sekarang adalah hampir semua warung martabak di Palembang ngaku-ngaku sebagai HAR. Yang asli yang mana juga saya nggak tahu, semuanya bilang resep asli dari pak haji. Kenapa ya beliau tidak menyimpan resep rahasianya di brankas besi seperti Mister Krab gitu supaya nggak dicuri Plankton, biar nggak banyak yang ngaku-ngaku seperti sekarang ini. Atau jangan-jangan Pak Haji dan Paula saudara saya karena satu marga Abdul ngiahahaha. Orang yang namanya Abdul emang keren-keren. Camkan itu!

Mie Celor

Yang kedua ialah Mie Celor, saya janjian dengan Mbak Nur untuk buka bersama di warung mie celor paling ngehits bingit di Palembang yaitu; Mie Celor 26 Ilir H. M. Syafei. Katanya dulu warung ini langganan istana negara ketika Megawati menjabat sebagai presiden. Maklum saja Taufik Kiemas suaminya adalah orang Palembang. Pejabat dan orang berduit memang terkadang suka aneh-aneh, dibelain jauh-jauh naik pesawar bolak-balik hanya demi makan mie celor. Saya terkadang suka gitu juga sih, pagi sarapan pecel di Jombang, siang makan bakso di Malang, malam makan sushi di Tokyo dan pencuci mulutnya di laundry sebelah.

Saya menghabiskan satu mangkuk mie celor dengan cepat, entah karena memang saya yang kelaparan setelah seharian puasa hehe. Kuah udangnya begitu nendang dan gurih di mulut. Sluuurrpp!!!

Mienya mirip spaghetti panjang-panjang tapi lebih besar dan kenyal. Rahasia kelezatan mie celor memang berada pada kuahnya yang terbuat dari kaldu dan daging udang yang dicincang halus. Digodok dengan santan hingga mengental.

Pempek dan Es Kacang Merah

Kenyang makan mie celor kami beranjak ke Pempek Vico untuk menuntaskan misi saya berburu kuliner di Palembang. Maklum saja malam itu malam terakhir saya di Palembang jadi mau tidak mau harus malam itu juga makan Pempek. Sebenarnya di rumah Omnduut sudah disuguhi Pempek bikinan rumah tapi kurang lengkap kalau saya belum nongkrong nyicipin semua jenis pempek yang ada.

Mbak Nur membawa saya ke Pempek Vico yang warungnya berhadapan dengan Palembang Indah Mall. Sekalian mencicipi Es Kacang Merah yang juga tersedia di kedai tersebut.

Walau perut kenyang sehabis makan mie celor tapi saya nekat order Pempek Kapal Selam. Nggak afdol rasanya meninggalkan Palembang tanpa menelan makanan paling berbahaya tersebut. Yaiyalah kapal selam dimakan ahahaha.

Bentuknya saja yang besar dan mirip kapal selam, di dalamnya terdapat satu butir telur ayam, kenapa nggak dua biji sih? Cara menyajikan direndam cuko banyak-banyak sehingga benar-benar mirip kapal selam di lautan.

Kapal Selam

Selain itu di piring besar disajikan Pempek Adaan yang bulat-bulat, Pempek Kulit yang luarnya dilapisi kulit ikan, Pempek Pistel yang bentuknya mirip Pastel di Jawa, dalamnya berisi pepaya muda. Kemudian Pempek Telur yang seperti kapal selam berisi telut tapi tidak satu biji sendiri tapi diiris-iris. Pempek Keriting yang bentuknya mirip kerupuk uyel. Favorit saya adalah tentu saja semuanya haha.

Yang paling heran hampir di setiap sudut jalan ada saja yang berjualan Pempek. Bahkan saya lihat satu lorong jalan semuanya berjualan Pempek. Apa semuanya laku? Sepertinya Pempek sudah menyatu dengan kehidupan warga Palembang, merasuk ke dalam raga dan sukma mereka *halah*

“Kami orang Palembang nggak akan bosan makan ini setiap hari. Pagi, siang, dan malam selalu makan Pempek” rata-rata itu jawaban yang saya dapat ketika tanya ke mereka. Orang Palembang saja nggak bosan sama Pempek tapi kenapa kamu bosan dengan hubungan kita *curhat*

Pempek tanpa Cuko tidak lengkap rasanya tapi beberapa orang suka makan Pempek tanpa dicocol dengan saus yang terbuat dari gula aren tersebut. Semakin pedas cuko semakin nendang di lidah. Katanya kandungan Saus Cuko berkhasiat untuk memperlancar peredaran darah, mencegah infeksi, menurunkan kolestrol. Andai saja bisa menyembuhkan luka hati ini *curhat lagi*

Perut sudah tersiksa kekenyangan dihajar Mie Celor dan Pempek tapi masih ada satu gelas Es Kacang Merah yang siap dihajar. Mana komposisi Es Kacang Merahnya terdiri dari bahan yang mudah mengenyangkan; santan kental, kacang merah, gula, susu. Gleeekkk… eh tapi saya habis satu gelas wakakaka, dasar emang saya maruk. Mungkin saya akan nambah seandainya nggak kenyang begini. Sumpah rasanya enak!

Malam itu saya tersiksa bahagia kekenyangan dan saya pun rela meninggalkan Bumi Sriwijaya esok hari. Suatu saat nanti saya akan kembali untuk makan lagi, Tekwan, Laksan, dan Celimpungan menunggu saya.

Keep eat and safe travel, wonderful Indonesia!

Alid Abdul

Travel Blogger asal Jombang yang hobinya traveling dengan gaya backpacker. Blog ini adalah kumpulan cerita dari mimpi-mimpinya yang menjadi kenyataan.

View Comments

Share

Recent Posts

Reuni di Gunung Tanggung

"Hid weekend ini nganggur nggak? Kamping yuk!" Saya mengontak seorang kawan bermain saat kecil dahulu,…

Maret 1, 2021

Oh Ranu Kumbolo

Tahun 2020 sungguh ambyar pokoknya, ajuuuuuur juuuuuuummm. Apalagi kalau bukan karena Koronamaru. Semua mimpi dan…

Februari 24, 2021

Danau Toba, Saya Datang!

“Cabin crew, prepare for landing!” Begitu pilot mengumumkan akan segera mendarat, saya langsung menegakkan sandaran…

Juli 27, 2020

Mencret di India

Saya melewatkan sarapan di hostel karena jam makan pagi adalah jam 9, yang bagi saya…

Juli 21, 2020

Kepanasan di Udaipur

Banyak plang-plang bertuliskan "Watch Octopussy Movie Every Evening 7 pm" di gang-gang jalanan Udaipur. Film…

Juni 10, 2020

Kangen Jogja

Hari ini adalah Lebaran hari ketiga, sumpah Lebaran tahun ini sungguh sangat aneh. Beberapa masjid…

Mei 26, 2020