Categories: AsiaCulinaryIndonesia

Wisata Kuliner Surabaya: Pedasnya Sup Ceker Kaki Lima Sampai Rujak Cingur Harga Bintang Lima

Rutin tiap bulan saya ke Surabaya, ngapain? Shopping dong, ngabisin duit gede hehehe serasa emak-emak yang doyan belanja. Tapi kemarin minggu saya ke Surabaya nggak sempat belanja, tapi justru saya punya misi lain. Malakin dan nagih temen-temen yang janji mau traktir makan hahaha. Jadilah sabtu dan minggu kemarin wisata kuliner di Surabaya.

Setelah sekian lama mupeng dan ngiler pengen makan Sup Ceker Ayam TP4 di Pasar Pucang Anom Surabaya, akhirnya kesampaian juga. Korban palak kali ini si model kelas teri yang juga telah nulis di blognya tentang kuliner satu ini, gara-gara dia juga saya penasaran pengen tahu kayak apa rasanya. Untuk menikmati Sup Ceker TP4 ini harus jadi kupu-kupu malam dulu, karena warungnya sendiri buka jam 10 malam.

Dan benar kita datang jam 9:30 malam masih persiapan buka warung, jadilah kita ngemper nunggu lapak digelar. Niat mau bantuin nyiapin dan gelar tikar, kali aja dapat diskon hahaha. Tidak ada yang istimewa dengan tempatnya, kelas kaki lima gitu, warungnya sederhana, gerobak dan beberapa tikar untuk lesehan, tapi yang istimewa suguhan live music-nya, gak kalah sama cafe atau nightclub kelas atas. Hehehe street singer alias pengamen dengan pakaian seksi dan dandanan heboh bin menor. Ayo tebak ayo! Siapa yang nyanyi? Siapa lagi kalau bukan lady boy yang keluarnya malam dengan dandanan menor.

[pullquote]Disajikan panas dengan telur puyuh empat butir, makanya namanya TP4 alias telur puyuh empat[/pullquote]Makan Sup Ceker TP4 ini dijamin bagi siapa saja yang lagi pilek langsung sembuh, yang sariawan dijamin teriak kesakitan. Bagaimana tidak, rasanya sangat pedas menusuk kalbu. Hahaha terlalu lebay dah bahasanya, tapi beneran, rasa pedas bumbu pala dan merica sangat kuat, ditambah lagi rempah-rempah lainnya, saya menemukan butiran-butiran kapulaga dalam kuah sup. Disajikan panas dengan telur puyuh empat butir, makanya namanya TP4 alias telur puyuh empat. Cocok untuk disantap saat malam memang, apalagi kalau lagi musim penghujan, dingin-dingin gimana gitu. Sialnya waktu itu lagi panas-panasnya Surabaya, benar-benar terpanggang.

Harganya? Berhubung ditraktir saya nggak begitu memperhatikan, katanya sih tujuh ribu perak.

Besoknya saya nodong mbak yu centil yang satu ini untuk traktir rujak yang katanya legendaris, cobeknya besar dan belum pernah diganti sejak buka. Tapi sayang saya nggak sempat ngintip tukang rujak beserta cobeknya. Lokasinya di belakang pasar Genteng Kali, atau lebih tepatnya di Jalan Genteng Durasim. Dari luar warung rujaknya kecil, tapi begitu masuk ke dalam lumayan luas. Suasana penerangan warungnya agak suram karena lampunya kurang jreng. Tidak hanya Rujak Cingur saja yang jadi andalan menunya, tapi juga Sup Buntut.

Melihat tampilan rujaknya tidak ada yang istimewa, hitam pekat khas bumbu petis. Hahaha anak kecil juga tahu kalau rujak petis itu hitam. Ada yang aneh menurut saya, rujak petis kok dikasih mie, atau memang penyajian rujak di Surabaya itu pakai mie. Rasanya pekat kental dan enak sih, la wong ditraktir hehehe, biasa ajah. Minuman yang saya pesan jamu beras kencur pun rasanya kurang manis bagi lidah saya.

[pullquote]masih terngiang-ngiang harganya bukan terngiang-ngiang rasanya[/pullquote]Yang bikin shock waktu bayar, empat porsi rujak, satu cendol, satu es teh, satu cendol, satu botol air mineral, total jendral Rp. 81.000,- buseeeetttt itu adalah rujak termahal yang pernah saya makan seumur hidup. Kita pesan Rujak Cingur biasa aja harganya segitu, apalagi yang spesial, nggak berani bayangin yang spesial dah, ngeri. Sumpah kapok makan di situ, Dalam perjalanan pulang naik bis ke Jombang saya masih terngiang-ngiang harganya bukan terngiang-ngiang rasanya. Untung ditraktir hehehe.

Serius, rujak cingur di Jombang banyak yang enak, dan paling mahalpun hanya Rp. 4000,- kalau disuruh kembali lagi ke Rujak di Genteng Kali saya masih mikir-mikir, meski ditraktir kasihan juga yang ntraktir. Bisa jebol bandar.

Denger-denger malah ada rujak yang harga seporsinya Rp. 50.000,-

Alid Abdul

Travel Blogger asal Jombang yang hobinya traveling dengan gaya backpacker. Blog ini adalah kumpulan cerita dari mimpi-mimpinya yang menjadi kenyataan.

View Comments

Recent Posts

Reuni di Gunung Tanggung

"Hid weekend ini nganggur nggak? Kamping yuk!" Saya mengontak seorang kawan bermain saat kecil dahulu,…

Maret 1, 2021

Oh Ranu Kumbolo

Tahun 2020 sungguh ambyar pokoknya, ajuuuuuur juuuuuuummm. Apalagi kalau bukan karena Koronamaru. Semua mimpi dan…

Februari 24, 2021

Danau Toba, Saya Datang!

“Cabin crew, prepare for landing!” Begitu pilot mengumumkan akan segera mendarat, saya langsung menegakkan sandaran…

Juli 27, 2020

Mencret di India

Saya melewatkan sarapan di hostel karena jam makan pagi adalah jam 9, yang bagi saya…

Juli 21, 2020

Kepanasan di Udaipur

Banyak plang-plang bertuliskan "Watch Octopussy Movie Every Evening 7 pm" di gang-gang jalanan Udaipur. Film…

Juni 10, 2020

Kangen Jogja

Hari ini adalah Lebaran hari ketiga, sumpah Lebaran tahun ini sungguh sangat aneh. Beberapa masjid…

Mei 26, 2020