Setelah drama nyasar dari Begnas Tal, ternyata belum berakhir juga sinetronnya. Masih ada sekuelnya, bukan dua kali tapi tiga kali, berasa trilogi yhaaaa. Untung nggak sampai ribuan kali kesasarnya, yakali mau ngalahin episodenya Tukang Bubur Naik Haji. Ceritanya setelah dari Begnas Tal saya kembali ke Pokhara untuk ke beberapa tempat wisata. Saya berniat ke Davi’s Falls yang merupakan air terjun yang lokasinya tersembunyi di tengah hiruk pikuk warga.
Nama lokalnya sih Patale Chhango tapi terkenal dengan sebutan Davi’s Falls karena di tempat inilah seorang bernama Davi yang berkebangsaan Swiss tewas tenggelam di sini. Saya sudah muter-muter di jalanan yang sama beberapa kali. Dan GPS menunjukkan bahwa saya sudah berada di lokasi yang tepat. Namun saya nggak melihat air terjun sama sekali. KZL!
Saya menyerah dan menuju ke Mahadev Cave. Di dalam gua terdapat kuil Dewa Siwa. Nggak ada yang istimewa di dalam gua selain gelap dan becek. Di ujung gua terdapat suara gemericik air yang super berisik. Nah ini pasti air dari Davi’s Falls, tapi saya nggak menemukan air terjunnya. Saya keluar gua dan melihat jalan raya, nggak melihat papan petunjuk ke air terjun sekalipun. GPS saya pasti busuk. Perlu diketahui gua dan air terjun berada tersembunyi di tengah keramaian pasar. Kenapa saya nggak kepikiran tanya orang sekitar. Oon banget deh! Saya benar-benar pusing bukan main dan memutuskan untuk lanjut ke tujuan berikutnya. Mungkin saya akan kembali lagi ke Nepal demi Davi’s Falls.
Layar di handphone menunjukkan posisi dan jalur yang benar, tapi insting saya kok mengatakan saya salah jalur. Maklum saja jalanan di Pokhara banyak yang meliuk naik turun, itu mungkin yang mengakibatkan GPS suka salah dan PHP. Setelah muter di jalanan yang sama selama 15 menit, ada ibu-ibu yang menunjuk dan mengisyaratkan untuk lurus saja ke atas. Padahal saya nggak bertanya dan beliau di seberang jalan. “Shanti Stupa?” Tanya beliau ketika saya mendekat. Saya mengangguk bahagia. Mungkin ibu tersebut dukun yang bisa membaca pikiran orang. Duh merinding disko.
Pusing pala berbi
Setelah tercerahkan saya langsung ngegas motor menuju Shanti Stupa. Agak ngeri jalanannya karena tanjakan curam, saya ketar-ketir bakalan kepleset jatuh. Mana motor yang saya sewa nggak prima kondisinya. Sampai di parkiran Shanti Stupa saya termenung mikir bagaimana nanti turunnya? Naiknya aja segini curam berarti turunannya bakalan anjlok turun banget hiks. Mohon dimaklumin saya bukan anak geng motor yang jago berkendara hiks. SIM C saja saya beli *ooopppsss*
Tiba di Shanti Stupa sore menjelang malam, tidak ayal banyak orang yang lagi kongkow. Shanti Stupa (World Peace Pagoda) merupakan pagoda Budha yang berdiri di atas Bukit Ananda. Pagoda besar dengan cat putih bersih, di penjuru mata angin ada patung Budha berwarna emas. Karena letaknya di atas bukit, pemandangan dari atas sangat spektakuler. Kalau cerah bisa melihat Pegunungan Himalaya yang tertutup es. Sayang waktu saya datang sedang mendung dan gerimis. Jadi puas hanya bisa melihat kota Pokhara dan Danau Phewa saja.
Berat rasanya meninggalkan tempat ini, bukan lantaran betah di sini melainkan memang takut untuk turun. Tapi mau nggak mau saya harus turun. Ya kali masak kemping di mari. Ketakutan saya benar-benar nyata. Jalanan menurun sangat curam, saya nggak berani ngegas, rem saya lepas sedikit saja laju motor langsung melesat kencang. Deg-degan rasanya. Belum lagi kalau pas belok langsung turunan, di tambah kerikil pinggir jalan yang bikin ketar-ketir. Mana sepi lagi. Rasanya 30 menit berkendara di jalanan turun dari Shanti Stupa adalah momen terhoror dalam hidup saya. Tangan dan kaki saya gemetar. Memasuki jalanan landai saya langsung ngegas kencang balik ke pusat kota Pokhara. Saya balikin motor ke tempat rentalan. Untuk menenangkan pikiran saya jalan santai di tepi Danau Phewa.
Hari itu adalah malam terakhir saya di Pokhara, besok pagi saya harus kembali ke Kathmandu yang nggak kalah drama juga perjalanannya. Saya sempatkan mencicipi menu vegetarian di KFC untuk makan malam. Yuck nggak enak sumpah! Tunggu cerita drama selanjutnya. Happy traveling!
ish… why lah tak tanyain org. haha
Malulah haha
ngeri jg ya klo misal motornya sampe kpeleset di jl turunan shanti stupa dan jatoh, bsa2 makin lama tinggal di indianya hihii
Ini bukan Indiaaaaaaaaaaaa wooii
aduh sorii lid, reflek nulis india gegara km suka india san bolywood hahaha
hadeh, cerita sebelumnya drama, cerita ini juga drama,, cerita berikutnya juga drama.. mungkin karena kau lagi traveling ke india anak muda,, negara sejuta drama hihi..
gps kadang suka ngeselin, maka dari itu dalam kondisi ini emang harus dipadukan dengan gps tradisional ya.. gunakan penduduk sekitar 😀
-Traveler Paruh Waktu
Khaaaaaaan yekhaaaaaaan ini bukan India loh :p
Kok bisa kesasar di kota yang terkenal dengan “Permata di Himalaya”. Yah, lain waktu semoga bisa menemukan Davi’s Falls-nya bang… banyak2 berdoa…
Maklum jalannya muter-muter dah hiks 🙁
Ngerasain turunan curam itu pas di Takengon *eh pemandangannya juga mirip.Rasanya ingin jalan kaki aja, takut tiba-tiba rem blong haha.
KFC di India yang vege masih lumayan, walau gak seenak yang ada di sini sih 😀
Ahahaha kita mah bukan anak motor yak jadi ngeri-ngeri sedaaaaappp gitu yak.
Nah untuk makanan masih mending India deh daripada Nepal, padahal masih mirip-mirip. Tapi entah kenapa masih enakan di India haha. Aku justru gak nyobain fastfood di India.
Wkwkwkw nek aku tau muter muter nganggo GPS kate nggolek air terjun, pas ditunjuk sama GPS kalo udah di lokasi aku clingak-clinguk, lha ini mana air terjunnya. Ternyata ada di bawah dan nggak sesuai ekspektasi.
Tapi ya bukan traveler nek gak pernah nyasar. Hahaha~
Gak kotor nggak belajar gitu yak hehe
Kiro-kiro ngono 😀
Sama mas. Aku kalo medan menurun dan berkerikil pasti ketar-ketir, pernah nggledhak karena belok pas jalan berkerikil soalnya 🙁
Ga seru atuh bang kalo ga ada drama nyasar hehe
Tapi untung jalanannya sepi mas. Coba kalo rame:p. Naik sendiri aja serem gitu yaaa.. Kalo aku ksana, kan sewa motor pasti suami yg bawa. Yg dibonceng bakal aman ato hrs turun yak hahahaha.. Ragu juga kalo jalannya securam itu..
Justru sepi malah makin deg-degan hahaha. Mending sewa mobil aja klo bareng keluarga 😀
wkwk saya kesasar mah sering tapi di indoneisa doang ga masalah. nanya warga sekitar beres. lah di pokhara ya… pake gugel translate bisa ga sih. apa jangan2 mbah gugle disana ga ngefek hehe
Masalahnya hapenya nggak ada internet, jadi gimana akses google translate hayo?
Ahahahaha yah gak nemu Davi’s Fall dooong. Padahal lokasinya pinggir jalan besar, jalan yg menuju ke World Peace pagoda. Tapi ceritanya jadi seru kalau pakai drama drama begicu wkwkwk