Kurang Puas Di Ayutthaya

24

Sebelum dapat rejeki tiket gratis ke Bangkok sejak dulu saya memimpikan untuk bisa berkunjung ke Ayutthaya, ya saya memang penggila situs-situs bersejarah yang masuk dalam daftar UNESCO. Niatnya sejak pagi kami seharusnya sudah meluncur ke Ayutthaya tapi kami kesiangan dan sampai di stasiun Hualamphong jam 9, mau tidak mau kami harus naik kereta ke Ayutthaya yang jam 10. Kereta yang akan mengantar kami menuju Ayutthaya tersedia setiap satu jam sekali dan harganya cukup murah untuk 2 jam perjalanan, hanya 5 ribu rupiah kalau dikurskan, walau memang tanpa AC tapi cukup nyaman.

Traveler muslim nggak usah kuatir kalau mau sholat karena di stasiun Hualamphong tersedia tempat sembahyang

Alhasil sampai Ayutthaya jam 12 siang, padahal banyak sekali tempat yang harus didatangi. Kami segera menuju tempat penyebrangan dan cari tuk-tuk untuk mengantar kami keliling. Bukannya tuk-tuk yang kami dapat tapi kami dapat mobil ber-AC dengan harga normal kalau dengan tuk-tuk, kalau nggak salah waktu itu 200-250 ribu untuk muter-muter selama 4 jam. Dibagi berempat masih lumayan hemat.

Jadi Ayutthaya itu adalah bekas kerajaan besar di masa lalu (1351–1767) sebelum diserang oleh Kerajaan Burma (Myanmar sekarang), jadi sekarang ini banyak sekali reruntuhan bangunan-bangunan dari jaman dulu. Dan hampir semua rata-rata bangunan yang masih bertahan adalah kuil-kuil Budha. Saking banyaknya kuil dan susah pengejaan saya jadi nggak hapal kuil mana dulu yang saya kunjungi, yang jelas saya nurut saja sama supir yang tidak bisa berbahasa Inggris. Hanya kumpulan foto dari sang supir sebagai petunjuk kemana kita akan pergi selanjutnya.

Reruntuhan kuil tersebar di lahan yang dikelilingi sungai yang membentuk pulau tersendiri. Bangunan kerucut menjulang tinggi ke atas khas kuil-kuil di Thailand tapi tanpa polesan warna emas tersebut adalah saksi bisu kebesaran Ayutthaya di masa lalu. Saya suka membayangkan dan berimajinasi kembali ke masa lalu setiap berada di situs sejarah, merinding rasanya. Dari seluruh kuil yang ada di Ayutthaya hanya Wat Mahathat saja yang namanya saya ingat karena di kuil tersebut terdapat patung kepala Budha dalam cengkraman akar pohon. Etika kalau foto dengan patung tersebut adalah harus duduk dan sebisa mungkin sejajar atau lebih di bawah daripada tinggi potongan kepala tesebut. Beberapa kuil gratis dan beberapa menarik tiket masuk untuk pengunjung.

Kepala Budha terkenal di Ayutthaya

Mendung mulai gelap

Belum puas mengunjungi semua kuil-kuil di Ayutthaya cuaca sudah tidak mendukung dan akhirnya hujan deras hiks. Kami berteduh lama di suatu tempat dan nggak tahan karena sudah sore, mengingat jam 7 malam adalah kereta terakhir yang menuju ke Bangkok akhirnya kami memutuskan untuk kembali. Ah rejeki si supir karena belum 4 jam kami menyewa jasanya. Ayutthaya saya akan kembali lagi, pasti!

Alwasy travel safe and happy traveling!

24 KOMENTAR

  1. I stayed around two nights here. Loved the small cafés with life music bands and the food market which opens at night. Satu malam dalam 100 baht = Rm10. Ah rugi ko ngak nginep lama2. Hehehe. Next time sewa sepeda aja.

  2. Sayang sekali ujan, kapan lalu waktu kesana. gw sampai jam 9 pagi trus keliling2 ampe item keling karena panas banget.

    Kalo gw bisa bilang, ayuthaya ini miriop2 jogja solo lah yeee. Bener ngak sech ???

  3. Kalau ga puas ya dipuasin dong. :)))

    Ayutthaya ini kalau dibikin foto simetris keren banget lho. Kalau diperhatikan ada kemiripan dengan Prambanan deh..

  4. Warna kaosmu dan warna kulitmu mecing dengan lingkungan sekitar ya Lid. kereeeen!

    Setuju sama Mas Gie. Photo perspective itu kadang membosankan Lid. Coba belajar sama HALO LEDY GAGA koncomu BN2013 kae loh, sak maestro komposisi hahahaha….

    *aku kepingin ke Iceland Lid*

    • Walah ahaha di wikitravel lengkap broo,,,
      dari stasiun Hualamphong bangkok naik kereta ke Ayutthaya, tiap jam ada, perjalanan dua jam. Sampek stasiun Ayutthaya nyebrang jalan ke arah penyebrangan sungai, habis nyebrang disitu banyak tuk tuk ato mobil yg siap di sewa 🙂 good luck

  5. Datang ke situs bersejarah sebenarnya ga enak kalau hanya beberapa jam, ga dapat makna perjalanannya. Lebih baik kalau bisa berlama-lama ditemani pemandu yg paham betul dng seluk-beluk tempat dan sejarahnya.

Tinggalkan Balasan ke Alid Abdul Batal balasan

Please enter your comment!
Please enter your name here