Lagi-lagi Ngenes di Hong Kong

41

Shock begitu keluar dari kamar hostel dan melihat cahaya di luar masih gelap. Duh jam 6 pagi di Hong Kong ternyata masih gelap tapi tidak begitu gulita. Ngenesnya lagi gerimis pekat mengguyur. Ah mungkin nanti siang gerimis pasti reda. Setelah sarapan di McD terdekat, saya dan Mawar teman jalan saya naik subway menuju Disneyland.

alid-abdul-in-hong-kong.jpg.jpeg

Sampai di stasiun Disneyland ternyata gerimis makin deras. Duh bisa gagal dong hepi-hepi di Disneyland. Sembari berteduh di gazebo dekat gerbang Disneyland kami menunggu hujan reda sambil foto-foto syantik di gerbang bertuliskan Welcome to Disneyland Hong Kong. Semakin berharap hujan reda semakin deras saja. Setelah beberapa lama kami memutuskan untuk tidak masuk Disneyland daripada sudah beli tiket mahal-mahal tapi tidak bisa menikmati wahana di dalam karena hujan tidak kunjung berhenti. Lumayan nggak jadi belanja tiket seharga 539 Dollar Hong Kong atau sekitar Rp950.000. Anggap saja saya sudah ke Disneyland walau hanya foto di gerbangnya saja haha. Nggak peduli walau dikatain “halah paling cuma foto di gerbangnya doang”.

Gagal masuk Disneyland kami meluncur menuju Ngong Ping. Dari stasiun Tungchung ada dua cara menuju Ngong Ping. Naik bis dengan durasi 1 jam atau cable car alias kereta gantung yang hanya 30 menitan. Tentu saja pilihan yang sesuai dengan kantong kami cuma naik bis karena selisihnya harganya bisa buat beli mie ayam sebulan.

Katanya naik bis ke Ngong Ping seru sebab pemandangannya bagus terus jalannya menanjak dan meliuk-liuk khas jalanan di dataran tinggi. Iya seru, saking serunya sampai mendekati level horor. Kondisi hujan dan kabut pekat dengan jarak pandang yang menurut saya hanya semeter di depan tapi supirnya santai dan lihai mengemudikan bis. Paling merinding ketika di tikungan, jantung rasanya mau copot. Saya masih perjaka Tuhan, belum mau mati hiks.

alid-abdul-in-hong-kong-4.jpg.jpeg

Sampai di Ngong Ping disambut hujan yang makin deras dan angin kencang. Tidak ada pilihan lain kami beli jas hujan plastik seharga 50 ribu di kedai terdekat. Saya mengumpat sejadi-jadinya, di Indomaret padahal hanya 8200 hiks. Untung saja toilet di Hong Kong gratis nggak harus bayar 2000 seperti di Indonesia. Kalau bayar mendingan saya pakai pampers deh biar nggak bolak-balik pipis.

alid-abdul-in-hong-kong-2.jpg.jpeg

Po Lin Monastery

Hujan semakin menggila dan angin kencang benar-benar membuat saya menggigil kedinginan. Lengkap sudah kombinasinya; musim dingin, hujan deras, angin kencang. Jas hujan yang saya pakai tidak bisa melindungi secara sempurna. Celana saya basah kuyup sampai dengkul dan sepatu boot saya benar-benar tidak terselamatkan kemasukan air sampai jerohan.

alid-abdul-in-hong-kong-3.jpg.jpeg

Big Buddha dari kejauhan

Show must go on, kepalang tanggung sudah di Ngong Ping. Sebenarnya banyak sekali yang bisa dikunjungi di Ngong Ping, tetapi karena cuaca yang tidak bersahabat kami hanya sempat mengunjungi Po Lin Monastery saja. Bahkan kami tidak naik tangga menuju Big Buddha padahal pintu masuk ada di depan mata. Kata orang pemandangan dari atas Big Buddha bagus tapi daripada buang duit beli tiket masuk tapi tidak bisa motret apa-apa. Berfoto di depan gerbang kuil saja harus balapan sama hujan.

alid-abdul-in-hong-kong-5.jpg.jpeg

Kayak anak muda alay yang labil, hujan di sana juga seperti itu. Sebentar reda tapi kemudian deras, reda sebentar dan derasnya lama. Jadi kami mencuri-curi momen yang sebentar tersebut dan secepat-cepatnya lepas jas hujan dan bergaya demi bisa foto dengan gerbang yang menurut saya ikonik tersebut. Selanjutnya yasudahlah kami pergi meninggalkan Ngong Ping dengan hati tidak rela dan sepatu nyemek-nyemek.

alid-abdul-in-hong-kong-9.jpg.jpeg

Hujan masih saja belum berhenti ketika kami sampai di hostel. Padahal rencananya mau melipir berfoto dengan patung Bruce Lee di Avenue of Star. Belanja di Ladies Market di Mongkok saja harus berjuang melawan gerimis dan angin tipis-tipis yang dinginnya menusuk jiwa. Sedihnya lagi kantong belanjaan oleh-oleh saya ketinggalan semua di Hong Kong bhuahahaha. Capek belanja oleh-oleh kami kembali ke hostel dan tidur, berharap besok pagi cerah ceria.

alid-abdul-in-hong-kong-7.jpg.jpeg

alid-abdul-in-hong-kong-6.jpg.jpeg

alid-abdul-in-hong-kong-8.jpg.jpeg

Belanja ngabisin recehan di Ladies Market

Dan kemudian menyadari harapan dan doa semalam tidak terkabul, langsung lemes melihat hujan mengguyur lagi pagi itu. Astajim, apa Hong Kong sedang dilanda kesedihan yang teramat dalam sehingga menangis 2 hari tanpa henti. Padahal saya sudah terlanjur check out dari hostel dan menenteng ransel. Perlu diketahui nginep di Chungking Mansion kamarnya tidak berjendela dan berada di lantai atas, jadi nggak tahu kondisi cuaca di luar, tahu-tahu hujan. Perlu diketahui juga Chungking Mansion itu sebuah rumah susun dengan banyak penghuni, toko, warung makan, dan lain-lain, jadi berasa dalam pasar. Dan terakhir yang perlu diketahui ada film dengan judul Chungking Express pada tahun 1994 yang membuat rumah susun tersebut menjadi terkenal karena syutingnya di situ. Filmnya sendiri saya nggak tahu sebab belum pernah nonton hahaha.

alid-abdul-in-hong-kong-9.jpg.jpeg

alid-abdul-in-hong-kong-10.jpg.jpeg

Senyum harus tetap merekah walau Hong Kong sedang berkelabu

Hari itu adalah hari terakhir di Hong Kong dan rencananya kami akan ke The Peak yang merupakan titik tertinggi di Hong Kong. Hujan masih rintik-rintik, tidak separah kemarin yang sangat deras dan labil. Tapi langit diselimuti kabut putih yang sangat tebal. Gedung-gedung pencakar langit bahkan tidak kelihatan puncaknya. Jadilah diputuskan tidak mengunjungi The Peak karena bisa dipastikan tidak akan kelihatan apapun. Lha wong atraksi The Peak melihat gedung-gedung pencakar langit tersebut dari ketinggian.

alid-abdul-in-hong-kong-11.jpg.jpeg

Duh nasib-nasib, akhirnya kami muter-muter tidak menentu karena sudah tidak ada tujuan. Melipir ke daerah Times Square sambil melihat harga-harga bandrol di warung-warung sampai pingsan. Iya sampai pingsan lihat harga yang mahalnya bujubuneng dan berlipat-lipat dari harga di kampung hiks. Harga potong rambut kelas kaki lima saja bisa buat potong rambut 10 kali di sini hahaha.

alid-abdul-in-hong-kong-12.jpg.jpeg

Trem dari jaman kolonial Inggris masih menjadi transportasi murah warga Hong Kong

Orang bilang “selalu ada alasan untuk kembali lagi”, iya saya akan kembali lagi ke Hong Kong untuk menuntaskan segala misi yang belum tercapai. Suatu saat nanti pasti ada orang yang akan membayari saya gratis ke Hong Kong. PASTI!

Happy traveling!

41 KOMENTAR

    • Nggak juga bro, emang sengaja ke Hong Kong pas musim dingin. Mana tahu kalau hujan tiap hari hahaha. Sering kok aku ngetrip pas musim penghujan dan biasanya selalu cerah ketika aku datang hahaha. Hong Kong emang parah klo lagi hujan, langganan badai pulak 😀

  1. Duhai, perjuanganmu yaa, repot emang sih kalau ketemu hujan jadi ga bisa tuntas gitu ya jalan2 sama explorenya. Saya doakan semoga bisa jalan2 ke sana lagi deh 🙂

  2. Ahh ngomong wae memang seko awal gak arep mlebu Disneyland HK. Mesakke simbok Olen melu mikir kreditmu yen koe nekad mlebu kono. Mlebu Disney Sea ne Jepun sik wae Lid 😛

  3. Ada positifnya sih pas di Hong Kong ujan terus. Jadi bisa irit kan Lid? Gak jd masuk disneyland, gak jadi ke The Peak, gak jadi ke Big Buddha.. udah irit berapa tuh? Banyak kan? Bisa balikin hutangan uang saku tuh. Haahaa

  4. Wahahahaha.. Seneng banget moco postingan iki. Soalnya aku dadi gak iri blas. HAHAHAHA.

    Bar iki tak posting liburan spektakulerku ndik Kediri ah. HAHAHAH.

    Liburan ndik Kediri ndop?

    Liburan cap opoooo kui! Ngenes banget!

    Yoben! HAHHAHAHA

  5. Ngenes banget ceritanya, udah jauh2 ke hongkong eeee ternyata gak seperti yang diharapkan. Itulah mimpi buruk seorang traveler 🙁

Tinggalkan Balasan ke dianeato Batal balasan

Please enter your comment!
Please enter your name here