Melihat Seoul Dalam Sehari

31

Selama di Korea Selatan saya mampir ke Ibukota Negeri Ginseng tersebut hanya selama dua hari saja. Hari pertama saya habiskan setengah hari di Itaewon untuk Sholat Idul Adha dan makan siang, sisanya saya ke Suwon yang jaraknya hanya 2 jam dari Seoul di Propinsi Gyeonggi. Niat ingin mengeksplorasi Korean Folk Village dan beberapa istana dan benteng tapi cuaca tidak mendukung sedari pagi. Padahal saya mengincar untuk melihat 4 pertunjukkan budaya di Korean Folk Village di Suwon tersebut. Sudah tiket masuknya mahal dan sampai sana harus gigit jari karena semua pertunjukkan dibatalkan disebabkan cuaca hujan sejak pagi dan hawa dingin yang beneran menusuk tulang. Ah setidaknya saya bisa mampir ke tempat syuting paling ngetop di Korea, hampir seluruh film atau drama Korea yang berlatar belakang sejarah atau jaman dahulu banyak disyuting di sini. Pantesan banyak foto-foto Janggeum dan beberapa drama terkenal yang nggak saya tahu bertebaran di sana.

Salah satu tempat syuting Daejanggeum

Di hari kedua di Seoul cuaca sangat bersahabat, terik matahari panas menyengat tapi suhu udara dingin khas musim gugur tetap membuat saya agak menggigil kedinginan. Nah di hari terakhir di Seoul saya hajar beberapa tempat yang menjadi top destination para wisatawan. Satu hal yang saya benci di Korea adalah; karena letak geografisnya berbukit bergunung, jadi banyak jalanan atau lokasi wisata yang menanjak naik turun. Kaki nyut-nyutan belum sembuh benar dari naik gunung Seorak masih harus dihajar dengan naik turun stasiun bawah tanah dan beberapa anak tangga di tempat wisata. Oh please no more stairs >_<

Deoksugung Palace

Tujuan pertama adalah Istana Deoksugung, harga tiket 1000 won atau sekitar 10 ribu saja, cukup murah. Ada juga sebenarnya tiket terusan seharga 100 ribu untuk beberapa tempat di Seoul, berhubung saya nggak mengunjungi semua tempat jadi saya beli satuan saja. Istana Deoksugung awalnya milik Wolsandaegun, saudara dari Raja Seongjong dari Dinasti Joseon, ah berasa pelajaran saja hahaha. Area istana nggak sebesar istana-istana yang lain, yang unik adalah istana Deoksugung berada di tengah kota. Jadi ketika memotret akan nampak gedung-gedung pencakar langit yang di luar. Sangat kontras pemandangannya, jaman dulu versus jaman sekarang.

Raja Alid Abdul

Menyusuri arus Cheonggyecheon, sungai kecil yang bersejarah pada jaman dahulu dan sekarang jadi tempat nongkrong paling populer di kalangan masyarakat Korea. Saya mencari gedung KTO (Korea Tourism Organization) untuk berdandan memakai Hanbok, pakaian khas Korea secara gratis. Begitu sampai langsung saja tanya resepsionis di lantai mana bisa memakai Hanbok gratis. Disambut petugas wanita yang ramah saya mengisi buku tamu dan antri dengan turis dari Cina, sembari antri petugas menawari saya untuk mencoba kelas private origami yang berlangsung hanya beberapa menit saja.

Cheonggyecheon Stream

Saya dipersilahkan memilih baju dan entah kenapa kok saya pas milih baju raja karena warna birunya yang mantap di hati, lainnya baju jendral dan prajurit. Petugas mendadani saya dan dipersilahkan narsis sepuasnya memakai baju traditional tersebut selama 10 menit. Belum juga memerintah dayang-dayang untuk menyuapi saya dan belum sempat memiliki selir tahta saya sudah dijatuhkan oleh peringatan petugas “Okay your time is up” waseeeeeeeeeem >__<

Gadis Malaysia ini tiba-tiba nyempil pengen foto sama saya jadi permaisuri :p

Gagah kan muahahaha

Gyeongbokgung Palace

Setelah jadi raja selama 10 menit perjalanan saya lanjutkan ke istana Gyeongbokgung, dari KTO saya jalan kaki dan menikmati pemandangan sibuk kota Seoul. Secara lokasi KTO dan dua istana tadi sangat tempuh-able dengan jalan kaki. Saat itu di depan gerbang Gwanghwamun sedang berlangsung acara inaugurasi “tourist police”.

Seoul penuh

Inaugurasi Polisi Turis

Katanya Istana Gyeongbokgung adalah istana terindah dari 5 istana yang ada di Seoul, areanya luas sekali dan bisa bikin kaki gempor. Karena waktu terbatas saya nggak banyak mengeksplore, cukup beberapa bangunan yang kelihatan besar dan nampak di mata saja. Kalau sedang di tempat wisata yang banyak turisnya dan banyak turis asing cara paling tepat untuk lebih mengenal tempat sejarah adalah curi dengar tour guide yang sedang ngoceh. Lumayan, soalnya saya nggak kuat bayar tour guide hahaha. Tiket masuk seharga 3000 won atau sekitar 30 ribu rupiah saja sudah menguras kantong, iya saya turis pelit.

Penjaga Istana tidak bergeming walau saya grepe-grepe *dikaplok*

Singgasana Raja, area ini tidak boleh masuk, cukup lihat dari luar

Changdeokgung Palace

Dari istana utara Gyeongbokgung lanjut ke istana Changdeokgung di timur, untuk menuju ke sini bisa dengan jalan kaki sebenarnya, tapi saya memilih untuk naik kereta bawah tanah yang merupakan pilihan buruk karena harus naik turun tangga huhu, kaki nyut-nyutan, seandainya jalan kaki pun rasanya sama saja nyut-nyutan tapi tanpa naik turun.

Dari sekian istana hanya Changdeokgung saja yang saya idam-idamkan, maklum saya penggemar situs-situs UNESCO, secara istana ini masuk dalam daftar UNESCO jadi wajib bagi saya untuk ke sana. Tapi entah kenapa kok saya lebih suka istana Gyeongbokgung. Rasanya setelah dua istana dalam beberapa jam kemudian ke Changdeokgung kok jadi biasa saja. Berasa seperti dalam film Korea memasuki gang-gang kecil dalam istana sampai tersesat tanpa tahu pintu keluar. Semua bangunan dirawat dengan apik, nggak rugi rasanya bayar 3000 won atau setara 30 ribu rupiah.

Namsan Tower

Muak dengan istana-istana saya lanjut ke Namsan Tower, kaki capek diputuskan naik taksi ke menara yang begitu ikonik tersebut. Aih backpacker itu haram naik taksi, tapi ternyata tarifnya kalau dibagi berdua sama saja kayak bayar sendiri jika naik kereta bawah tanah. Soalnya stasiunnya lumayan jauh dan harus transfer yang kemudian harus naik turun tangga lagi, nggak kuat nyut-nyutnya.

Kota Seoul dari ketinggian

Dan keputusan naik taksi berubah jadi senjata makan tuan, niat menghindari tangga tapi begitu sampai di lokasi Namsan Tower taksi tidak boleh masuk sampai parkiran. Jadi kami harus naik gunung Nam tersebut dengan jalan kaki, mateeeeeeekkkk!!! Seharusnya kalau nggak mau bersusah payah itu bisa naik shuttle bus dari stasiun Chungmuro atau stasiun Dongguk University, nah shuttle bus tersebut berhenti di tempat parkir Namsan Tower. Ah nasi sudah jadi lontong, perjalanan harus dilanjutkan. Ada cable car untuk menuju ke atas dan diputuskan demi masa depan yang lebih baik naik cable car saja walau harus merogoh kocek 60 ribu rupiah sekali jalan. Tapi begitu mau menuju tempat cable car seseorang yang sedang jogging bilang “30 minutes to go up, come on you’re young”. Gairah langsung membara dan jalan kaki menuju ke atas walau ngos-ngosan dan kaki tambah nyut-nyutan.

Sampai atas, ah menaranya begitu saja ternyata, yang bikin terkenal kan cuma beberapa film Korea saja yang syuting di situ. Memang Menara yang berada di Gunung Nam tersebut salah satu tempat wajib kunjung kalau berada di Seoul. Salah satu spot yang terkenal adalah gembok cinta, deuh banyak gembok berbagai jenis dan ukuran. Mitosnya kalau pasang gembok di situ bersama sang kekasih nanti cintanya nggak akan putus sampai mati eeeaaa. Kalau mau lihat kota Seoul dari atas menara bisa bayar lagi 100 ribu, ah tapi saya traveler kere, sampai bawah tower saja sudah puas kok.

Namdaemun Market

Tujuan terakhir sebelum meninggalkan Seoul saya berbelanja oleh-oleh, beruntung dari tempat parkir ada shuttle bus langsung menuju pasar pusat oleh-oleh tersebut. Dari beberapa tempat oleh-oleh Namdaemun katanya yang paling murah. Entah kenapa banyak pedagang yang bisa bicara “seribu tiga seribu tiga, Indonesia, terima kasih”, terang saja banyak turis Indonesia yang berbelanja di sini dan mereka termasuk turis royal dan kaya raya. Beda dengan saya, walau sudah muter-muter di pasar hanya beli beberapa gantungan kunci saja untuk orang-orang terkasih. Pembaca dilarang komentar “oleh-oleh buat saya mana?”, awas kalau komentar tak cipok sampai basah :p

Sampai jumpa di Pulau Jeju, always travel safe and happy traveling!!!

31 KOMENTAR

  1. korea?
    awesome >.<

    tapi capek ya jalan kaki melulu, naik turun tangga. Fisik orang sana kuat-kuat yak 😀

    terus-terus istana-istananya bener-bener terawat, baik dari kebersihan dan bangunannya ya, keren. kenapa beda sama kita? 🙁

  2. wah asyiknya jalan2 di Negeri Ginseng. Liat foto kerajaan jadi inget pelem I am King tempo hari. Menarik, menarik..semoga bisa ke sana suatu saat 😀 Terima kasih ceritanya asyik banget…jadi mupeng.

  3. Ditempat2 oleh2 manapun selalu saja orang bisa bahasa indonesia karena orang indo selalu kepo beli oleh2 yg murah hahaha.
    Sampai2 di hard rock pattaya aja ada ucapan selamat datang dalam bahasa indonesia :0

    • Ginseng? beli gantungan kunci aja jual diri dulu hahaha… mahal tante…
      Entahlah kain itu buat apa, mungkin sama seperti di Bali klo ada pohon besar di kasih kain kain gitu.
      Yah tante kan ditulis klo pake hanbok itu gratis 🙂

  4. Dan setelah dirimu posting tentang luar negeri beberapa kali, ternyata yg paling parah kerapiannya memang Indonesia ya… Iri tuh lihat foto kali yg bersih ddan gak bau.

    Coba di sini dikasih kali bersih begitu, sudah pasti banyak anak anak ababil coret2 tembok pakek pilok dengan dalih “ekspresi diri” halah pret! hahaha

  5. beruntung lo pergi bareng jard ye bisa naek taksi kemana-mana dibagi dua.. kebayang kalo solo traveling tuh wkwkwk

    pengen banget gue pergi ke sungai ceon ceon yang direnov itu lid
    ampundeh namanya susah bener diketik

  6. Wkwkwkwk….lgs ga enak ati naik cable car yak, abis disindir masih muda ;p .. aku catet tempat2nya nih…tapi dipikir2, hari keduanya, kalo aku keukeuh datangin semua, kayaknya si kecil bakal rewel to the max ;p.. susah nih kalo bawa anak kecil -_-

Tinggalkan Balasan ke Alid Abdul Batal balasan

Please enter your comment!
Please enter your name here