Ngenes di Hong Kong

49

Macau dan Hong Kong bukanlah negara yang menjadi prioritas utama tujuan jalan-jalan bagi saya. Istilahnya menjadi pilihan terakhir ketika tidak ada lagi pilihan lain. Tapi ketika ada tiket super murah Surabaya – Macau pulang pergi siapa yang tahan menolak godaan.

Jadilah saya dan seorang kawan sebut saja namanya “Mawar” berangkat ke Macau untuk mengawali ngetrip di tahun 2016. Ke Macau tanpa ke Hong Kong seperti makan bakso tanpa mangkuk, kuahnya tumpah kemana-mana. Nggak afdol gitu ke Macau nggak mampir ke Hong Kong, begitu pula sebaliknya. Toh jaraknya hanya selemparan batu.

Hong Kong Alid Abdul -1

Sing penting wis nyampek Hong Kong

Satu minggu menjelang keberangkatan saya belum mempersiapkan segalanya. Belum nyari hotel, belum bikin itinerary, belum juga nyari hutangan buat uang saku #eh. Sekarang semakin malas saja buat riset, nggak seperti dulu yang bisa dua bulanan atau lebih saya googling sana googling sini.

Dan dalam satu minggu tersebut saya shock begitu mengetahui harga kamar termurah di Hong Kong nggak manusiawi. Di Macau malahan harga permalamnya bikin bunuh diri. Tiket kapal ferry Macau-Hong Kong-Macau pun harganya mendekati harga tiket pesawat saya pulang pergi. Intinya di Hong Kong dan Macau semuanya serba mahal dan tidak manusiawi bagi kantong saya T___T

Hong Kong Alid Abdul-1

Loket tiket ferry

Singkat cerita kami mendarat di Bandara Internasional Macau, proses imigrasi lancar tanpa masalah. Segera saya nyari ATM untuk membobol duit hutangan tabungan untuk bekal selama di Macau dan Hong Kong.

Siang itu cuaca mendung berkabut-kabut gimana gitu. Suhu udara sekitar 17° yang lumayan bikin menggigil dan mengkeret. Kami berdua naik bis gratisan menuju The Venetian untuk berjudi. Nanti deh saya tulis terpisah tentang kunjungan saya di Venetian.

Seharusnya setelah dari Venetian kami ke reruntuhan gereja yang paling ngehits di Macau, tapi saya memutuskan untuk menuju Hong Kong langsung karena gerimis.

Setelah membeli tiket, segera kami naik kapal ferry menuju Hong Kong. Ini adalah kapal ferry termahal yang pernah saya naiki. Hanya 1 jam perjalanan tiket sekali jalan harganya kalau dikurskan ke rupiah sekitar 300 ribu. Harga berubah ketika weekend dan akan mahal sekali kalau malam hari. Jadi kalau mau ke dua negara tersebut lebih baik datang di Hong Kong dan pulang dari Macau atau sebaliknya. Sehingga bisa menghemat ongkos kapal ferry sekali jalan. Tidak seperti saya yang pulang pergi dari Macau jadi harus merogoh kocek hampir 650 ribuan hanya untuk kapal ferry *elus-elus dompet*

Hong Kong Alid Abdul-2

HUJAN T____T

Macau dan Hong Kong disebut negara bukanlah negara karena mereka adalah bagian dari Tiongkok. Tapi mereka masing-masing punya sistem sendiri, bendera sendiri, dan mata uang sendiri. Mata uang Dollar Hong Kong laku dipakai di Macau sedangkan Pataca milik Macau tidak laku di Hong Kong. Pusingkan? Yaudah daripada pusing ngurusi rumah tangga mereka mendingan ngurusi rumah tangga kamu aja yang berantakan.

Mereka pun menerapkan sistem imigrasi sendiri. Keluar masuk Macau ada pengecekan paspor, begitu pula dengan Hong Kong. Sialnya pengecekan paspor tersebut meniadakan stempel di paspor. Kita hanya diberi secarik kertas yang menandakan bahwa kita diijinkan memasuki teritori mereka. Meskipun masih wilayah Tiongkok tapi kita tidak membutuhkan visa apapun untuk berkunjung ke Macau dan Hong Kong. Khusus hanya dua wilayah itu saja, untuk wilayah lain di Tiongkok membutuhkan visa.

Ngomongin imigrasi di Hong Kong saya sempat dicekal. Begitu kapal ferry sandar di pelabuhan kami langsung menuju pengecekan paspor. Kawan saya lolos dengan mudah sedangkan paspor saya dibolak-balik oleh petugas. Setelah beberapa lama saya disuruh minggir karena antrian di belakang sudah panjang.

Nasib saya dioper ke petugas lain, tidak ada pertanyaan satupun, saya hanya dibiarkan sendirian menunggu lama. Nggak apa-apa, saya tegar, saya kuat, saya sudah terbiasa menunggu kok.

Tidak ada ruang tunggu dengan kursi empuk, saya dibiarkan berdiri tanpa dikasih makan #ngarep. Entah apa yang salah dengan paspor saya, padahal fotonya ganteng loh. Apa tampang saya dicurigai sebagai TKI yang mau kerja ilegal? Tidak, tidak, jualan batu akik saya laris manis kok di Indonesia, jadi kenapa saya harus mengungsi jualan batu akik di Hong Kong.

Dengan tenang saya menghadapi cobaan ini, jikalau nanti ditanya macam-macam saya pun siap dan pede menjawab. Akhirnya setelah lama menunggu paspor saya dikembalikan dan diperbolehkan melenggang masuk. Hah? Cuma begitu saja? Duh padahal saya sudah siap bacok-bacokan.

Keluar dari pelabuhan kami langsung menuju Mirador Mansion tempat di mana hostel kami berada. Sampai lobi saya menyerahkan lembar bookingan dan malapetaka terjadi. “Your booking is not valid, your credit card you entered is not accepted”. Sehari sebelumnya saya memang menerima email bahwa kartu kredit saya ditolak tapi saya langsung mengganti dengan kartu lain dan terkonfirmasi.

“But our system hasn’t received your new credit card detail”. Suweeekkkkk!!! Malas berdebat saya akhirnya bertanya apa ada kamar kosong dan mereka menawarkan dengan harga mahal. Duh sialan!

Melipir pergi mojok cari wifi untuk booking hotel lain. Untungnya di Hong Kong surganya wi-fi gratisan. Tanpa masalah saya dapat hostel lain di Chungking Mansion dan langsung check in dan mandi, terus tidur.

Eh saya ke Hong Kong bukan mau pindah tidur tapi gerimis memang nggak mau berhenti, mana suhu 16° lagi. Setelah agak reda kami segera meluncur menuju Tsim Tsa Tsui Promenade untuk menyaksikan Symphony of Light yang setiap hari pada jam yang sama yaitu jam 8 malam pertunjukkan laser dipertontonkan secara gratis di panggung terbuka.

Hong Kong Alid Abdul-3

Walau dingin tapi banyak penonton yang memadati arena. Pertunjukkan belum juga mulai gerimis sudah menyerang. Beberapa bertahan ditempat dan beberapa bubar. Dingin, gerimis, dan anginnya sumpah semriwing.

Tepat pukul 8 malam lampu mulai menari-nari dan musik dengan lagu berbahasa Kanton terdengar kencang. Tapi yah gitu doang pertunjukkannya, tidak seperti yang saya bayangkan. Lihat foto-fotonya di internet kok meriah dan berwarna-warni. Apa mungkin karena hujan sehingga lampunya dikurangi biar nggak korslet.

Gerimis semakin lebat, ada gitu gerimis lebat? Anggap saja itu kata lain dari hujan #dikeplak. Perut keroncongan karena sedari mendarat di Macau belum makan apa-apa.

Di Hong Kong susah cari makanan halal. Kata siapa? Di Chungking Mansion banyak imigran dari India dan Pakistan. Warung masakan India pun bertebaran di mana-mana. Masuk ke Chungking Mansion berasa nggak seperti di Hong Kong karena banyak ras Asia Selatan.

Sialnya semua warung tidak ada daftar harga. Karena curiga kami pesan Nasi Biryani 1 porsi dengan 2 sendok tanpa pesan minum. Begitu selesai makan dan bayar kami segera cabut dari warung tersebut dan menangis sejadi-jadinya. Yakali nasi biryani dengan porsi seupil seharga 60 Dollar Hong Kong alias 100 ribu T___T untung saja nggak pesan 2 porsi, bisa nangis darah.

Itu masih ngenes hari pertama, hari-hari selanjutya makin apakah makin ngenes? Ngetrip itu jangan dilihat indahnya dan enaknya doang. Musibah dan ketidak-beruntungan bisa datang setiap saat. Tapi percayalah jalan-jalan itu banyak bahagianya kok daripada susahnya.

Happy Traveling!

 

49 KOMENTAR

  1. Cobaan, ujian, dan tantangan itu memang bisa menimpa siapa saja dan dimana saja kok, Lid. Tapi hatimu memang tabah. 🙂

  2. Suka banget kalimat bagian terakhirnya :”percayalah jalan-jalan itu lebih banyak bahagianya daripada susah…” dan ngenes di negeri org kadang tetap merasa bahagia…
    happy traveling mas 🙂

  3. Ditunggu petualangan ngenes hari selanjutnya Mas :haha. Sabar, orang sabar pasti postingannya banyak yang share #eh. Eh kemarin aku ke Jombang lho… tapi nggak lama, cuma numpang buang air kecil di stasiun :haha *kabur* *siapa yang tanya?*.

  4. Kui bukingan hotel sing invalid berati duike hangus ngono ya? Biyuuuh.. lid. Arep nyokorne kok aku ra tego ya. HAHAHHA

    Tapi ancen awakmu langganan ngenes kok, justru kui menjadi cirikhas hidupmu. Ndang nggawe film: Alid, Traveler kecil dan ngenes. HAHAHA

  5. Hahaha. Buat jadi pelajaran next time, mas. Kalau ke luar negeri jangan lupa cari informasi dulu yang banyak, apalagi kita ini kan sama-sama budget traveler. (Kita?). Kalau buat trip dalam negeri, aku juga malas bikin itinerary, yang penting udah tahu mau ke mana aja di sana. Tapi kalau trip overseas, aku masih semangat susun itinerary. Boro-boro yang udah fix, yang masih di angan-angan aja aku udah getol cari info ke sana kemari, wkwkwk.

Tinggalkan Balasan ke Gara Batal balasan

Please enter your comment!
Please enter your name here