Panasnya Trekking di Taman Nasional Pulau Pinang

29

Hari kedua di Penang saya sengaja bangun agak siang, setelah menghabiskan roti dan pisang menu sarapan ala barat yang disediakan oleh pihak hostel saya keluar sekitar pukul 10 pagi. Setelah kemarin berburu mural art di Georgetown dengan kawan, hari ini saya bepergian agak jauh dari pusat kota dan itu sendiri karena kawan-kawan saya sudah pergi ke Kuala Lumpur sejak kemarin malam. Kali ini saya mau ke tempat yang berbau-bau alam alias saya mau ke pantai di pucuk Barat Laut Pulau Pinang di Teluk Bahang.

Jalur trekking awal-awal

Saya naik bis yang entah saya lupa bis nomor berapa dari Jalan Chulia langsung menuju ke Taman Negara Pulau Pinang atau Penang National Park. Menurut staf hostel yang saya tanya sih hanya satu jam saja sampai tapi nyatanya sekitar dua jam saya baru sampai di tujuan. Begitu sampai saya menuju tempat informasi yang waktu itu petugasnya sibuk melayani turis bule dan saya diabaikan. Karena sangat lama saya langsung menuju ke pintu gerbang yang memang tidak ada penjaga satu pun, oh apakah memang gratis untuk masuk ke kawasan konservasi tersebut? Entahlah, toh memang tidak terlihat petugas cek tiket.

Perjaka ganteng di tengah hutan belantara sendirian

Taman Negara Pulau Pinang sendiri cocok untuk aktivitas trekking, kemping, memancing, atau sekedar bersantai di pantai. Nah untuk menuju pantai ada dua cara yaitu trekking, maklum saja pantainya ada di ujung dan untuk menuju ke sana harus melewati hutan dengan jalan setapak naik turun. Atau kalau tidak mau susah payah naik saja perahu langsung menuju pantai tujuan dari dermaga di pintu masuk. Bisa ditebak saya milih yang mana? Yes tentu saja jalan kaki karena saya duitnya pas-pasan hahaha. Lagipula saya sudah menyiapkan fisik dan mental untuk trekking masuk hutan, halah lebay.

Beberapa meter memasuki pintu gerbang ada petunjuk untuk menuju pantai, ada dua pilihan pantai dengan jalur trekking yang berbeda. Ke Pantai Monyet (Monkey Beach) atau ke Pantai Kerachut, karena saya penasaran dengan Danau Meromiktik jadi saya pilih Pantai Kerachut. Nah kalau ke Monkey Beach ada mercusuar dan harus melewati jembatan kanopi menggantung setinggi 15 meter tapi harus bayar 5 ringgit.

Saya hanya berbekal biskuit dan satu botol sedang air mineral untuk aktivitas trekking ini, karena memang hanya trekking biasa jadi saya tidak menyiapkan sesuatu yang khusus, bahkan saya hanya pakai sandal jepit saja. Biasanya kan kalau trekking saya pakai high heels #dikeplak

Jalan santai sambil menikmati rimbunnya hutan, tidak banyak orang yang saya temui selain orang tua petugas kebersihan dan 4 orang pemuda yang balapan sama saya jalan kaki menuju pantai. Karena mereka bawa barang-barang untuk kemping maka mereka berjalan sangat lambat. Bayangkan seorang perjaka ganteng jalan kaki di tengah hutan belantara sendirian, iya itu saya hiks. Tapi alam menyediakan musik yang luar biasa indah, suara berbagai serangga saling bersahutan membentuk paduan orkestra sepanjang perjalanan. Krik… krik… krik…

Cukup kagum dengan pemeliharan tempat konservasi ini, di jalur trekking disediakan beberapa tempat istirahat berbentuk gazebo dan di sepanjang jalan ada beberapa papan informasi mengenai sejarah tempat tersebut, ada juga informasi mengenai beberapa tumbuhan berkhasiat.

Di sebelah kiri jalur trekking ada semacam sungai kecil selebar sekitar 1-2 meter dan itu disebut dengan Jalan Penarikan, menurut papan informasi jalur yang menyerupai sungai tersebut dulunya digunakan masyarakat Aceh untuk membawa balok kayu dari atas ke bawah untuk membangun rumah. Memang tahun1940-an banyak Orang Aceh di Indonesia migrasi ke Pulau Pinang di Malaysia ini. Jaman dulu enak ya kalau migrasi tinggal nyelonong ajah, sekarang harus ijin ini ijin, ribet.

Yeay Finish

Hanya 1 jam saja saya berhasil mencapai titik finish jalur trekking, memang jalurnya tidak susah kok, untung bukan musim hujan. Coba kalau musim hujan pasti belepotan lumpur. Di garis finish saya disambut jembatan yang menghubungkan Danau Meromiktik dan pantai. Yeay…

Nangis-nangis danaunya kering

Kecewa seribu kecewa karena Danau yang ingin saya saksikan mengering tidak ada air sama sekali hiks. Apa sih Danau Meromiktik itu? Danau dengan lapisan air berbeda yang terkumpul jadi satu tapi tidak tercampur satu sama lain, danau di pinggir Pantai Kerachut ini lapisan air laut yang asin berada di bawah sementara air tawar berada di lapisan atas. Di Asia sendiri fenomena danau meromiktik hanya ada di Penang di Malaysia, Tibet di Cina, dan di Republik Palau. Gigit jari deh karena kering kerontang.

Ah masih ada pantai di depan untuk dinikmati tapi sekedar informasi saya sampai di Pantai Kerachut pukul 1 siang di mana matahari di atas ubun-ubun, jadi satu dua tiga menit saya langsung tumbang kepanasan. Gilaaaaaaaaaaaakkkkkk!!! Ini pantai sepi pengunjung, hanya beberapa orang yang saya lihat dan bisa dihitung dengan jari. Pasirnya putih dan airnya biru tapi nggak ada satupun orang yang berenang karena panasnya gila-gilaan, kemudian karena ada peringatan bendera merah yang artinya tidak boleh berenang. Aneh, padahal ombak tenang tidak ganas begitu.

Saya bukan pecinta pantai dan memutuskan untuk cabut setelah 30 menit di situ, penangkaran penyu pun juga sepi tidak ada penyu yang bertelur. Beberapa pemudi tanya ke saya apakah baliknya mau naik perahu dan patungan 10 ringgit, saya jawab saja saya kembali dengan jalur trekking yang sama, mereka nyeletuk “wah sihat, fit sangat awak” dalam hati saya hanya bisa menjerit “uang saya tinggal 10 ringgit dodol” hahaha. Jadi terpaksa menyiksa diri lagi jalan kaki satu jam menuju pintu gerbang. Always travel safe and happy traveling!!!

29 KOMENTAR

  1. Asyik beneer dengerin orkestra di hutan. 😛 Pantainya cantik, Mas. Birunya bikin kangen tuh. . .

    Btw, kamu semangat banget sih, Mas. Semangat ngirit maksudnya. 😀

  2. Sebenenernya punya tiket ke Penang buat beberapa hari lalu, tapi karena ada beberapa sebab batal berangkat hiks. yang penting udah punya referensi tambahan ini, siapa tahu next time rencana ke sana lagi 🙂

  3. waktu kesono gw sebenernya pengin banget nyebur ke lautnya
    eeeh ternyata yang boleh nyebut itu di monkey beach
    yauda cuma bisa jeprat jepret doang..

    tapi yg jelas pulang dari kerachut gw bisa naik perahu dong
    wkwkwk gempor kaki kalo jalan kaki lagi
    :p

  4. Huahahhaa.. ini adalah postingan liburan sialmu yg kesekian kalinya. Mungkin itu kode ben ngajak ngajak aku Lid? hahaha

    Gak juga ding, aku pas ning karimun yo sial kok. Ombak sing biasane tenang, pas enek aku lha kok dadi guwedhe hahahaa…

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here