Qutub Minar Menjulang Tinggi di Antara Reruntuhan

7

Hari masih pagi, tetapi suhu udara sungguh panas menyengat dan membuat berkeringat. Kaki saya balut celana denim, dan tubuh bagian atas saya pakai kaos dan juga kemeja panjang. Sungguh perpaduan yang sangat menyiksa di tengah musim panas India. Dari Stasiun Qutub Minar saya memutuskan jalan kaki ke Qutub Minar yang jaraknya hanya sekitar 2 km saja. Niatnya sih ngirit duit, tetapi kemudian saya malah sarapan sandwich Subway di depan gerbang masuk Qutub Minar yang harganya lumayan, huvt! Setelah menyantap sandwich yang rasanya nggak banget di lidah, saya beli tiket masuk ke Qutub Minar.

Saya bayar tiket dengan setengah hati, mengingat harga tiket ternyata lebih mahal dua kali lipat dari harga sarapan saya. India memang murah, transportasi dan akomodasi sangat merakyat. Yang bikin bangkrut di India adalah tiket masuk tempat wisata yang rata-rata dipatok 94% dari harga orang lokal. Siapa yang nggak geram jika orang lokal hanya bayar 30 Rupee atau sekitar 6500 Rupiah, sedangkan orang asing membayar 500 Rupee atau sekitar 100.000 Rupiah. Kzl banget. Saya jadi tahu perasaan turis asing yang membayar mahal demi bisa masuk ke Borobudur, Prambanan, dan juga Gunung Bromo.

Begitu saya masuk disambut bapak security berseragam yang super ramah. Basa-basi tanya saya dari mana dan lain sebagainya. Saya makin senang ketika dia menunjukkan tempat terbaik untuk foto-foto dan menawarkan diri untuk menjadi fotografer pribadi. Akal busuk ternyata belakangan dia minta duit. “Tips sir, tips”. Terang saja saya menolak mati-matian dengan alasan kalau dia berseragam dan digaji untuk menjaga keamanan, bukan untuk memalak turis. Dia ngambek dan pergi sambil misuh-misuh bhuahahaha. Baru jalan beberapa menit saya dihadang security lain. Modusnya sama, dan saya menolak dengan halus untuk ditemani beliau. Andai kata dia nggak pakai seragam, mungkin akan saya kasih beberapa Rupee.

Karena sejak masuk sudah direcoki sama petugas keamanan berseragam, saya sampai lupa untuk menikmati Qutub Minar. Padahal sejak awal saya ingin berjalan menikmati sisa kejayaan Kesultanan Delhi sambil memutar lagu “Chand Sifarish” dari film Bollywood berjudul “Fanaa” dan teriak “Subhanallah subhanallah”. Biar kesannya saya seperti di dalam film tersebut gitu, nari-nari sambil nyanyi hehehe. Maklum saja, Qutub Minar menjadi salah satu tempat pengambilan film yang dibintangi Kajol dan Amir Khan tersebut. Demi agar angan-angan saya tercapai, saya memulai lagi dari rute awal. Pasang headset di iPhone, dan kemudian memutar lagu Chand Sifarish. Sayangnya saya nggak berani nyanyi kencang, bisa-bisa sisa reruntuhan bangunan bersejarah di Qutub Minar bisa runtuh beneran bhuahahaha.

Yang paling kentara dari reruntuhan bangunan yang dibangun abad ke-13 ini adalah tentu saja menaranya yang menjulang ke langit setinggi 73 meter. Yang paling mengagumkan adalah ukiran kaligrafi huruf Arab bergaya kufik menghiasi dinding menara dari bawah sampai atas. Masih menjadi misteri sebenarnya kenapa dibangun monumen megah ini. Antara simbol kemenangan atas perebutan kekuasaan Dinasti Rajput, atau sebagai tempat adzan untuk memanggil umat Islam untuk beribadah. Secara di kompleks tersebut terdapat Masjid Quwwat-Ul-Islam. Uniknya masjid tersebut dibangun dari reruntuhan Kuil Jain. Sisa-sisa corak Jain terdapat pada pilar-pilar di sepanjang bangunan.

Detail ukiran kaligrafi bergaya kufik di dinding menara

Jain adalah agama di India Kuno yang keberadaannya berdampingan dengan Hindu. Tidak diketahui mana dulu yang muncul, apakah Hindu dulu atau Jain. Tetapi di Hindu tidak menyebutkan sama sekali tentang Jain di kitabnya. Sedangkan cerita Ramayana diceritakan lengkap dalam kitab Jain dengan versinya sendiri.

Kompleks Qutub Minar termasuk dalam Situs Warisan Dunia UNESCO. Dahulu pengunjung bisa naik sampai ke atas menara batu tersebut. Tetapi pada tanggal 4 Desember 1981 terjadi kecelakaan mengerikan. Tangga di dalam menara ambrol dan sekitar 300-430 pengunjung terjebak di dalam. Mengakibatkan korban tewas sebanyak 47 orang yang kebanyakan anak-anak sekolah. Sekarang tidak ada satupun pengunjung yang diperbolehkan naik demi alasan keamanan.

Makam Alauddin Khilji

Di kompleks ini juga terdapat makam Alauddin Khilji, Sultan Delhi kedua yang punya pengaruh kuat pada masanya. Dalam film Bollywood Padmavat, Khilji menjadi tokoh antagonis yang bengis, berperang merebut Kerajaan Mewar di Rajashtan. Kebetulan saya bakalan mengunjungi bekas Kerajaan Mewar di Chittogarh nanti. Jarak dari Delhi ke Chittogarh kalau naik kereta sekitar 13 jam. Bayangkan dahulu mereka pawai membawa ribuan prajurit berkuda berapa hari ya? Belum ada jalan tol lagi. Terus jajannya gimana? Itu yang naik kuda, terus prajurit yang jalan kaki gimana gempornya. Wis emboh.

Saya membayangkan makamnya akan semegah Akbar’s Tomb di Agra, mengingat betapa berkuasanya Alauddin Khilji yang juga disebut-sebut Alexander the Great versi Asia. Ternyata hanya ruang kosong tanpa makam, kemungkinan jasadnya sudah dipindah ke lain tempat. Selain Alauddin Khilji, ada beberapa makam tokoh-tokoh penting lainnya yang saya kurang familiar. Yang jelas kondisinya lumayan lebih baik daripada sang sultan.

Bonus foto artis

Saat saya datang masih agak sepi karena masih pagi, begitu menjelang siang sudah terlihat banyak pengunjung. Terlihat beberapa turis asing yang bisa dihitung dengan jari. Saya melanjutkan menyusuri pilar-pilar masjid yang terbuat dari sisa kuil Jain sambil nyanyi India sambil lari-lari tanpa pasangan. Tulisan ini bersambung yak, capek lari-lari, eh capek ngetik.

Happy Traveling

7 KOMENTAR

  1. Dulu aku ke sana bayar 250 rupee “saja” dan kayaknya semakin mahal aja tiket masuk ke tempat wisata di India ya. Untuk biaya-biaya lain dapat ditekan (kayak akomodasi). Dan memang kalau liat Qutub Minar, ingetnya Chand Sifarish hahaha.

    Ntah dulu karena aku gak ngeh, atau emang gak ada tandanya, aku gak tahu itu makam Alauddin Khilji. Pengen sih balik lagi ke sini, soalnya dulu pas ke sini batere kameraku habis >.<

    Btw, Ajiii mana Aji hahaha. Gegara mpeeet sama India, Aji lantas melewatkan Qutub Minar ini. 😀

    • Hiks memang benar semuanya naik, bahkan kitab suci Lonely Planet yang aku baca terbitan dua tahun lalu tidak berguna untuk menghitung budget.

      Mungkin jika aku ke sana pas tahun tersebut juga nggak bakalan ngeh klo ada makam Khilji. Lah Khilji aja nggak tau siapa dia kalau bukan gara-gara film Padmavat wkwkwkw. Tandanya ada kok di belakang ehehe.

      Eleeeeeeeh jangankan Qutub Minar yang deket dengan bandara, lha wong wisata di sekitar Delhi aja Aji kagak samperin. Padahal tinggal cusss.

Tinggalkan Balasan ke Alid Abdul Batal balasan

Please enter your comment!
Please enter your name here