Suatu Pagi di Bangalore

75

Tiba di stasiun Bangalore City Junction masih subuh dan gelap, tapi stasiunnya begitu ramai orang lalu lalang seperti tidak pernah mengenal kata istirahat. Terlihat di beberapa sudut banyak orang tertidur lelap meringkuk di lantai entah menunggu kereta berangkat atau menunggu pagi. Meskipun naik kereta ekonomi super murah tapi saya mendapatkan 1 berth (tempat tidur) sendiri sehingga bisa merebahkan tubuh secara sempurna.

Untuk cara memesan tiket kereta api di India secara online sudah pernah saya tulis di sini. Walau sempat merebahkan badan tapi saya tidak bisa tidur lelap karena perjalanan cuma 6 jam dari Chennai ke Bangalore. Kalau kebablasan tidur dan terlewat stasiun tujuan bisa berabe. Mana di India tidak pernah ada pengumuman posisi kereta berada di stasiun mana ketika berhenti jadi harus siap siaga.

suatu-pagi-d-bangalore-5.jpg.jpeg

Setelah menelpon Alim kawan saya yang tinggal di Bangalore di wartel di dekat pintu keluar stasiun, saya ikut bergabung gegoleran santai di gerombolan manusia-manusia yang tidur di lantai. Cukup lama menunggu sampai saya terkantuk-kantuk. Cukup mudah bagi Alim menemukan saya di tumpukan manusia depan kantor loket tiket. Sebelumnya saya meminta orang di wartel untuk menerangkan posisi saya menunggu ke Alim dengan bahasa lokal. Perlu diketahui di Bangalore menggunakan Bahasa Kannada yang umum digunakan di negara bagian Karnataka. Bukan negara Kanada loh ya.

Sama seperti di Indonesia, di India banyak sekali bahasa daerah yang digunakan dan tercatat 22 bahasa resmi di India, belum lagi dialek-dialek daerah yang begitu beragam. Tapi di Indonesia kita disatukan dengan bahasa nasional yaitu Bahasa Indonesia jadi meskipun kita jalan ke ujung Indonesia manapun masih bisa berkomunikasi. Yah kecuali ke daerah terpencil sih masih banyak yang nggak bisa Bahasa Indonesia.

Di India tidak ada bahasa nasional, istilah di sana adalah bahasa resmi. Di setiap negara bagian menggunakan bahasa resmi masing-masing sesuai demografinya. Dan tidak semua orang mau belajar Bahasa Hindi yang biasa kita dengarkan di film Bollywood. Jadi kalau ada yang mengatakan Bahasa Nasional India adalah Bahasa Hindi itu salah besar.

Yang memusingkan lagi setiap bahasa resmi mempunyai huruf cacing tersendiri. Bayangkan sebelumnya saya di Chennai yang menggunakan bahasa Tamil dan pindah negara bagian yang jaraknya cuma 6 jam sudah berganti bahasa dan tulisan. Bahasa Hindi yang saya pelajari selama ini tidak ada gunanya di India Selatan. Terus bagaimana saya bisa berkomunikasi? Dengan bahasa tubuh dan bahasa kalbu dong bhuahahaha.

suatu-pagi-d-bangalore-3.jpg.jpeg

Kucel, bau, dan rembes tapi tetep menawan hati

Alim, seorang kawan India yang saya kenal sewaktu jalan-jalan di Korea Selatan tiga tahun lalu di kereta bawah tanah sewaktu kita sama-sama dari Itaewon untuk sholat Adha. Makanya ketika saya ke India lagi, tepatnya ke India Selatan saya belain mampir ke Bangalore untuk ketemu dia lagi. Walau saya yakin dia tidak menyangka dengan ucapan iseng saya dulu yang mengatakan suatu saat saya akan mengunjungi dia di Bangalore jadi kenyataan. I’m mean it with what I said it.

suatu-pagi-d-bangalore.jpg.jpeg

Begitulah terkadang ketika jalan-jalan kemana gitu dan ketemu teman seperjalanan saya suka seenaknya keceplosan ngobrol akan main ke negaramu dan mampir ke kotamu. Kata-kata adalah doa. Jadi hati-hati kalau ngobrol dengan saya dan mengajak main ke daerah kekuasaanmu. Saya bisa datang beneran dan pasti minta traktir bhuahahahaha.

suatu-pagi-d-bangalore-7.jpg.jpeg

Glass house tempat di mana festival bunga digelar

Bangalore atau Bengaluru sedikit lebih adem suhunya daripada kota-kota lain di India yang notabene panas. Kecuali kota di dataran tinggi loh ya. Berhubung masih pagi Alim mengajak saya mampir ke Lalbagh Botanical Garden sebelum pulang ke rumahnya. Lalbagh mempunyai luas wilayah sekitar 18 hektar, saking luasnya taman ini mempunyai 4 pintu utama untuk masuk, saya sendiri lupa masuk melalui pintu mana.

Taman mulai dibuka pukul 6 pagi hingga 7 malam. Tiket masuk gratis pada jam 6-9 pagi karena banyak digunakan orang untuk jogging dan olah raga. Gratis lagi pada jam 6-7 sore, selain dua jam di atas pengunjung akan dikenakan biaya 10 Rupee atau 2000 Rupiah. Murah bingit kan? Entah kenapa nggak sekalian saja gratis hems.

suatu-pagi-d-bangalore-6.jpg.jpeg

Saking lelahnya karena perjalanan panjang saya lempeng saja jalan sambil ngobrol dengan Alim. Dia cerita kalau setiap Hari Kemerdekaan di Lalbagh diselenggarakan festival bunga besar-besaran dan menjadi event tahunan yang selalu ditunggu-tunggu warga Bangalore. Hari Kemerdekaan India dua hari lebih cepat daripada Hari Kemerdekaan Indonesia yaitu jatuh tanggal 15 Agustus.

suatu-pagi-d-bangalore-2.jpg.jpeg

Lalbagh Rock

Lalbagh yang berarti Taman Merah dibangun tahun 1760 oleh Haydar Ali Khan seorang raja dari Kerajaan Mysore yang penyelesaiannya di tangan anaknya Sultan Tipu. Yang menarik adalah bukit batu purba yang di atasnya ada kuil kecil. Orang-orang menyebutnya Lalbagh Rock. Menurut ahli geologi, batu yang disebut Gneiss tersebut umurnya sekitar 2,5 sampai 3,4 milyar tahun. Sumpah nenek-nenek banget sebanget-bangetnya dah tuh batu >__<

suatu-pagi-d-bangalore-4.jpg.jpeg

Lalbagh Rock

Cukup singkat saya keliling Lalbagh, padahal tempatnya seru dan instagramable banget untuk foto-foto. Tapi saya hanya ingin segera menaruh ransel berat yang dari tadi saya panggul dan mandi. Belum lagi perut lapar bernyanyi minta segera diisi. Jalanan Bangalore pagi itu mulai terlihat tumpah ruah manusia dan kendaraan. Setelah mandi dan sarapan Alim berjanji mengajak saya ke Nandi Hill yang katanya pemandangannya spektakuler.

Happy Traveling

75 KOMENTAR

  1. Ini postingan pengantar ya, masih pagi 😀

    Eh, setuju sih Mas, daripada dua ribu mending digratisin aja 😀

  2. Wah kayaknya menarik juga nih Bangalore buat dikunjungi. Tipikal orangnya gimana Lid? Kalem-kalem seperti kebanyakan India Selatan, atau agresif seperti orang-orang India Utara? Memang India adalah salah satu Negara yang menantang karena keragaman suku, budaya dan bahasanya. Geser sedikit udah beda bahasa.

    Btw, waktu itu aku dikasih alamat url sama temenku di India, fungsinya untuk ngecek kalau kita naik kereta posisinya sudah di mana dan estimasi ketibaan atau keberangkatannya kapan. Itu lebih gampang daripada ngandalin GoogleMaps. Dan memang pas di India, selama naik kereta, aku sering-sering cek hape (kecuali kalau sampainya masih jauh). Takut kebablasan, soalnya gak ada pengumuman 😀

    • Nah itu dia meski kadang perawakannya sangar tapi mereka slow daripada yg orang utara wekekeke…

      Nah itu dia aku suka gak beli nomor lokal ketika jalan di LN. Lebih suka mengandalkan wifi ehehe. Jadi sudah terbiasa gak internetan dan hapean selama jalan-jalan 😀

      • Ah iya ya, kalau dari segi tampang biasanya orang utara lebih ‘lumayan’ tapi agresif dan nada bahasanya keras.

        Aku waktu itu beli, karena bakal traveling lama aja sih. 17 harian soalnya. Tapi membantu banget, soalnya janjian sama beberapa teman juga pakai nomor India 🙂

    • Bagi saya di manapun nggak aman. Tidur dalam rumah aja bs celaka hehe. Dan memang India katanya bahaya apalagi buat cewek, nyatanya saya byk ketemu traveler cewek yang jalan sendiri. Amazing bukan

      Yg penting sih harus selalu waspada di manapun berada

  3. Aku sempat diajarin bahasa India ama temen kantorku yang emang orang sana. Seperti yang kamu bilang, bahasa India itu emang banyak, dan temenku ini cuman menguasai beberapa bahasa aja…

  4. Wah repot juga ya kalau ga ada bahasa pemersatu gitu. Apalagi bagi traveler yang tentu selalu berpindah-pindah tempat. Tapi tempat kunjungan pertama-nya keren banget itu. Nenek moyang batu kali ya… 😀

  5. Jadi, kapan ke Tuban?

    “I’m mean it with what I said it” <<< waaahh brarti beneran bakal ditraktir nih klo main ke nJombang?

  6. Bangalore nih juga masuk list sudah lama. Semoga tahun depan kesampean jalan2nya. Jadi Lalbagh botanical garden buka gratis ja 6-9 pagi ya, catet #senanggratisan

  7. Huruf cacing kayak gimana mas? hihi

    gua baru paham ternyata, kirain semua orang India ngomongnya pake hindi .
    ya kayak Indonesia aja mungkin ya, ada bahasa sunda, jawa, jawa ngapak, jawa kromo, batak …. dst

  8. Masih ada kontak temen yang stay di bangalore ga mas?
    Taun depan mau ke bangalore buat study dan istri ikut. Barangkali bisa sharing info bagaimana hidup di sana.
    Terima kasih

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here