Menyantap Sepincuk Nasi Kikil Bu Tandur yang Sedapnya Nendang

53

Sebagai AGJ atau Anak Gawl Jombang dan sebagai Duta Jombang, niatnya sih pengen jadi Bupati Jombang *digemplang*, saya pasti tahu dong tempat yang seru, kafe yang murah, wisata yang asik, dan warung yang legendaris. Ngomongin warung legendaris, di Jombang ada Warung Nasi Kikil Bu Tandur yang melegenda karena sudah berjualan sejak 30 tahun lalu. Sekarang warungnya dijalankan oleh generasi kedua dengan tetap menggunakan resep asli sehingga cita rasanya tetap terjaga. Entah menggunakan bumbu rahasia atau nggak, saya nggak tahu. Kalaupun mereka menggunakan bumbu rahasia pasti digembok rapat, takut dicolong sama Plankton.

Warungnya memang tidak seberapa besar tapi pengunjung selalu ramai. Selain pelanggan lama yang memang sudah sering makan di sini. Pengunjung dari luar kota juga lumayan banyak, karena penasaran dengan rasa kikil Bu Tandur yang sudah kondang ke mana-mana. Saya sendiri jarang makan di sini, sebab jauh dari rumah. Tapi kalau dari Alun-alun Jombang hanya lima menitan. Makan ke sini kalau nggak lagi kepengen saja atau sedang ada kawan datang dari luar kota.

Untuk menikmati nasi kikil ini datanglah saat sore hari, warung yang berlokasi di Jalan KH. Hasyim Asyari, tepatnya di Mojosongo ini buka mulai pukul lima sore hingga tengah malam. Meskipun ramai tapi pelanggan tidak sampai menunggu lama untuk menyantap sepincuk nasi kikil.

Nasi diguyur kuah santan panas yang berisi labu siam dan potongan kikil, disajikan di atas pincuk daun pisang yang menambah sedap dan membuat ngiler pengunjung. Harga satu porsinya hanya Rp30.000,-. Itu pun sudah termasuk tambahan lauk yang bisa dipilih antara lain lidah goreng, paru goreng, babat goreng, dan empal daging. Kamu minta hatiku yang sudah digoreng pun aku kasih. Bagi yang suka sum-sum tulang kaki sapi bisa minta tambahan lho, kalau stok masih ada di panci akan diberikan secara gratis. Pak Sucipto, pemilik warung ini mengaku menghabiskan 20kg beras dan lebih dari 30kg daging termasuk lidah, paru, babat.

Ngiler nggak? Yuk main ke Jombang, nanti aku traktir. Harus buat janji dulu ke manager saya minimal sebulan sebelumnya. Maklum jadwal konser saya padat merayap bhuahaha.

Selamat makan!

53 KOMENTAR

    • Duh kan wis dikomplain, aku gak iso nulis review hahaha. Biasanya nama sing punya warung dipake nama warung. Nggak mungkin nama tetangga. Rasa kikile yo enak talah.

      Yesss kita ramai-ramai makan di mari pas masih rukun-rukunnya dan sebelum negara api menyerang haha.

  1. Nasinya ambil sendiri atau diambilin mas?
    Tapi Warung Bu Tandur boleh nambah menu ati gorengnya Alidabdul wkwkwk biar ramainya makin tak ketulungan.

  2. moco iki pas poso, rasane pingin mokel 🙂 aku paling seneng paru goreng, nek atimu sing digoreng, iso iso gumoh.

    eh, saiki regone wis Rp. 30.000 ,emboh pirang abad aku ra mrene, solae mesti teringat (((mantan))) hua hua hua

  3. Makanan beginiiii nih, yang menyiksaaaa.. Enaaak pasti, apalagi lauk sampingannya ada lidah, paru :(. Tp ntah napa skr ini kalo makan kikil dan aneka sahabatnya, kepala lgs kliyeng2.. Hahahaha, efek umur memang. Jd kalo makan begini beneran hrs dikit aja, dan kalo bisa sebulan sekali :D. Itupun besoknya hrs puasa yg lemak2 :p

  4. Kuliner legenda kayak gini tuh memang harusnya tempatnya seperti ini, tak perlu bersolek dengan macam2 spot instagramable di setiap sudutnya.
    Saya membayangkan rasa nasi kikilnya pasti harum banget apalagi disajikan diatas daun pisang.

  5. Kelihatannya enak sekali, Mas. Sayang saya sudah mencoret sapi dari daftar menu karena alasan keagamaan, jadi saya tidak lagi bisa makan ini (derita gue, iya, derita gue). Sial, itu kelihatan enak banget, haha. Kuliner yang disajikan di atas daun pisang itu menurut saya rasanya akan beda dibandingkan dengan yang ditaruh di atas kertas nasi, haha… jadi kangen makan nasi bungkus daun pisang, euy.

  6. Oh jadi Duta Jombang itu kegiatan utamanya konser, mas? Hahaha..
    Keliatan enak – lezat, tapi kok harganya 30ewu? Hayo kenen sementara iki urung mampu tuku xD
    Tapi kalau dibayarin mau, ding *beuh, dasar mental gratisan*

  7. Ini warung yang kita datangi malam-malam itu kan? Atau itu yang kita datangi rujak cingur? Aku lupa saking lamanya. Tapi foto-foto di atas rasanya familiar. Dan bikin ngiler. 😀

Tinggalkan Balasan ke mysukmana Batal balasan

Please enter your comment!
Please enter your name here