Muntah Candi Di Bagan

43

Pukul 4 pagi saya sampai di Bagan setelah sehari sebelumnya puas keliling Mandalay di bagian utara Myanmar. Punggung rasanya kaku luar biasa, sudah dua hari semenjak saya meninggalkan Indonesia belum tidur telentang secara sempurna karena terus menerus melakukan perjalanan malam dan tidur sambil duduk di kursi bis. Sama seperti di Mandalay, begitu keluar dari bis langsung disambut penjaja transportasi. Tapi berbeda dengan Mandalay yang ditawarkan di Bagan adalah kereta kuda. Rata-rata menawarkan 30 dollar untuk keliling seharian dari matahari terbit sampai dengan matahari terbenam. Jurus tega yang saya keluarkan untuk menawar tidak mempan, ketika saya menawar 15 dollar semua meninggalkan saya, β€œcrazy tourist” mereka bilang. Hampir satu jam saya habiskan mencari kereta kuda yang bisa disewa dengan harga murah tapi hasilnya nihil, terpaksa akhirnya bayar 30 dollar hiks.

Di Bagan rencananya saya menginap sehari tapi saya belum booking hotel satupun, kusir kuda menawarkan bantuannya untuk booking hotel di tempat kenalan dia. Dia juga menawarkan untuk menaruh ransel saya di hotel dulu sebelum melihat sunrise tapi saya menolak karena takut terlewatkan momen matahari terbit. Nyatanya saya menunggu hampir 1 jam lebih meringkuk kedinginan dan tertidur lelap di atas candi yang saya tidak tahu namanya, bangun-bangun sudah banyak orang berkumpul. Matahari baru menampakkan cahayanya sekitar pukul 6:30 pagi sementara saya di atas candi sejak pukul 5, sumpah kerajinan.

Balon udara dari kejauhan

Yang saya tunggu-tunggu di Bagan adalah balon-balon udara berterbangan ketika matahari terbit. Satu persatu balon-balon udara tersebut bermunculan terbang ke atas, setiap warna balon menandakan operator perusahaan yang berbeda. Saya sih juga ingin menikmati Bagan dari atas ketinggian saat pagi, tapi saya belum punya duit lebih, kalau mau harus merogoh kocek sebesar 300 dollar untuk sekali naik.

Apa sih yang menarik di Bagan sehingga orang rela mengeluarkan kocek untuk melihat Bagan dari atas. Kerajaan Pagan di masa lalu sekitar abad 11 sampai dengan 13 membangun lebih dari 10.000 kuil Budha, Pagoda, dan Biara. Sekarang tersisa hanya sekitar 2200 yang mampu bertahan. Dan angka 2200 tersebut bagi saya adalah jumlah yang sangat besar dan bangunan-bangunan kuno tersebut tersebar di hampir seluruh penjuru. Sayangnya tempat yang bersejarah ini tidak masuk dalam daftar UNESCO dalam World Heritage Site karena beberapa bangunan sudah dipugar tanpa memperhatikan aspek sejarah.

Setelah menikmati matahari terbit, kusir kami membawa ke hotel yang sudah dia booking. Setelah istirahat dan mandi kami dijemput kembali sekitar pukul 10. Saya tidak bisa mengingat satu persatu nama kuil yang sudah saya kunjungi walau sudah diberi tahu sama kusir, karena susah sekali dieja namanya hiks. Awalnya saya bersemangat sekali foto sana foto sini, setelah beberapa kali kunjungan saya lempeng saja menikmati sisa perjalanan. Oh kuil, oh candi, oh kuil lagi, ah lagi kuil, eh pagoda, lah candi lagi, lagi kuil dan pagoda, ah pagoda dan kuil, oh pagoda lagi, eh kuil lagi, oh lagi lagi pagoda, oh kuil lagi kuil lagi, candi, o, o, o, o, o.

Candi tersebar di hampir segala penjuru

Bayangkan sepanjang mata memandang isinya kuil Budha, baik yang besar sampai yang kecil sekecil tugu tanda kilometer di jalanan Indonesia. Di Mandalay saja saya berkunjung ke 5 kuil Budha besar dan kecil pun sudah bosan, nah di Bagan ada ribuan dan di setiap sudut ada. Akhirnya saya bilang ke kusir untuk melewati kuil-kuil yang kecil dan berhenti saja di kuil atau pagoda yang besar dan terkenal. Entah kenapa orang di jaman dahulu membangun kuil sebanyak ini, kusir yang saya tanya juga tidak bisa menjawab. Ditanya apakah kuil yang kecil itu kuburan atau apa, itupun dia tidak bisa menjawab. Yang jelas katanya yang kecil dibangun orang miskin dan yang besar pasti orang kaya.

Yang bikin kesel adalah setiap kali saya harus lepas sepatu untuk bisa masuk ke dalam, bahkan kaos kaki juga harus dilepas. Sekali dua kali enggak apa-apalah, ini puluhan kuil yang saya masuki jadi ya kesel juga, mana berdebu lagi. Jadi tipsnya kalau ke Bagan mending pakai sandal saja, selain itu pakaian yang sopan juga wajib. Di Bagan ada Polisi turis yang memeriksa tiket masuk Cultural Zone yang berlaku selama 5 hari sebesar 15 dolar, tidak ada loket khusus di mana harus membeli. Saya kena cegat di salah satu kuil yang lumayan besar, lucunya besoknya saya ke sana lagi untuk membeli souvenir dan mereka tidak ada. Oh jadi mereka bertugas hanya di hari libur saja. Tahu begitu saya keliling Bagan di hari selain hari libur, eits tidak bisa, mereka akan patrol dari hotel ke hotel setiap pagi untuk menanyakan tiket. Kalau belum beli ya wajib bayar.

Di Bagan saya tinggal selama 2 hari 1 malam, jadi hari kedua saya memutuskan untuk sewa sepeda onthel untuk keliling kota Nyaung U. Dan tidak banyak yang saya lakukan di hari kedua karena saya sudah mabuk dan muntah candi, saya tidak ingin ke kuil lagi. Seharusnya di Bagan saya bisa melihat biksu-biksu tapi nyatanya saya lebih banyak melihat bule berkeliaran daripada biksu hiks, happy traveling!!!

With locals

43 KOMENTAR

  1. wkwkkw ampir sama kayak kmrn tur vietnam dari atas sampe bawah, trus ke kamboja dar timur sampe barat, trus ke bangkok, dan gw sumpah muak ngeliat kuil temple pagoda wat wat wat itu haa.

    april bsok gw berangkat ni ke bagan, rencana malem brangkat, malem pulang ke mandalay hahaha. soalnya kejar tayang, banyak yg dikunjungin di limited time higs

  2. Wuih, saya juga kepengen tu nyepeda keliling candi dan kuil di sana, secara saya hobi nyepeda dan blusukan nyari candi hahaha.

    Hmmm, saya jadi punya gambaran, gimana kehidupan di Prambanan, Jogja di masa lampau pas masih banyak candi-candi yang berdiri utuh di sana. Mungkin penampakannya ga jauh beda dengan Bagan.

  3. 30 dollar untuk keliling seharian lumayan lah ya, kasihan kudanya juga capek. Hehehe.

    Kalau naik balon itu mahal banget sih, 300 dollar. Tapi memang sih pasti pengalamannya luar biasa, bisa lihat sunrise kayak gitu.

  4. Kalau aku lihat foto2ne sih, akan aku masukka daftar liburanku yg agak2 akhir. hahaha.. not so much fans with candi thing hahaha..
    Indonesia has more beautiful temples I think.

    Kostummu makin lama makin asyik. Kaos warna biru kuwi pas banget, mecing karo warna candine sing coklat keemasan.

    • Temple sing endi? Prambanan mbek Borobudur? hehehe… secara aku kan suka sejarah cak jadi yo tak taruh daftar pertama πŸ˜€

      Lagian dinasti-dinasti kerajaan di Jawa jg saling berhubungan dengan kerajaan2 di Indochina πŸ˜€

  5. Pusing kalau harus mengahafal nama kuil sebanyak itu ya, Mas. Hahaha

    Disana gak ada tradisi tawar menawar, ya?. Atau kamu yang nawarnya keterlaluan?. πŸ˜›

  6. Sekarang aja dengan jumlah candi 2000an udah gempor kelilingnya ya. Ga kebayang jaman dulu itu gimana orang sana muter-muter antara pagodanya. Apa ga bingung juga nyari pagodanya karena rata-rata bentuk dan warnanya mirip-mirip πŸ™‚

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here