Menyapa Sapa

57

Otak masih separuh sadar ketika bus tiba di Sapa setelah menempuh sekitar enam jam perjalanan dari Hanoi. Akhirnya tiba juga di Sapa, saya sudah nggak tahan tersiksa bau toilet dalam bus dan ingin segera keluar dari bus keparat ini. Sepanjang perjalanan saya tidur tepat di samping toilet. Nanti saya tulis terpisah bagaimana seru dan menderitanya naik bus di Vietnam.

Sapa Vietnam Alid Abdul

Keluar dari bus hawa dingin langsung menyerbu tubuh saya. Aduh semriwing. Sapa memang berada di dataran tinggi jadi nggak heran kalau memang suhunya dingin. Para supir taksi menyerbu bule-bule untuk menjajakan jasanya. Saya dicuekin karena kelihatan seperti orang lokal yang nggak bakalan mungkin naik taksi mereka. Terkadang ada untungnya juga terlihat seperti orang lokal karena bebas dari keroyokan. Cukup di terminal di Indonesia saja banyak yang menyerbu minta tanda tangan *dikeplak*

Di Sapa ada danau di tengah kota yang memukau begini penampakannya

Baru melangkah beberapa kaki meninggalkan bus, eh hujan deras. Otomatis saya lari pontang-panting nyari tempat berteduh. Jiangkrek! Gini amat nasib guweeeh yak. Belum juga kentut di kota kecil ini sudah disambut hujan. Di Sapa saya belum booking hotel sama sekali, jadi setelah reda saya berburu hotel murahan. Setelah dapat tempat menginap saya mandi air es (hotel murah mana ada air panas) dan siap-siap trekking.

Satu-satunya gereja di Sapa

Sapa adalah kota kecil di ujung utara Vietnam dan berbatasan langsung dengan Tiongkok. Saya sempat mencoret Sapa beberapa kali dari daftar kunjungan karena lokasinya yang membuat saya harus bolak-balik ke Hanoi. Tapi menjelang keberangkatan saya memantapkan jiwa untuk mampir ke Sapa. Karena saya ngebet banget ingin lihat ladang ganja di sana #ohemji

Com itu bukan warnet atau game center ya tapi Nasi artinya

Rencananya sih sehari di Sapa mau rental motor dan trekking sampai gempor. Tapi begitu keluar dari hotel ladalah masih gerimis saja. Jadilah saya jalan kaki ke jalur trekking terdekat di desa Cat Cat, bukan desa kucing-kucing loh. Kalau beneran desa ini dinamakan Cat Cat karena banyak kucing, saya ogah ke mampir.

 

Wisata di Sapa memang menjual jalur-jalur trekking mblusuk desa-desa tempat suku Hmong tinggal. Nggak heran jika di Sapa banyak berkeliaran perempuan-perempuan Hmong lengkap dengan baju adatnya. Mereka menarik untuk difoto tapi saya nggak berani motret karena membaca beberapa artikel mereka akan meminta bayaran jika kita ketahuan motret. Sama seperti suku-suku etnis di manapun yang sudah melek tourism. Mereka akan menjual dan mengeksploitasi dirinya sendiri untuk difoto dengan imbalan beberapa lembar duit. Kalau kamu mau foto sama saya cukup bayar dengan kasih sayang saja.

Untuk masuk ke Desa Cat Cat saya membayar 40k Dong atau sekitar 25k Rupiah. Rumah-rumah suku Hmong disulap jadi toko-toko souvenir dan minuman. Saya nggak tertarik membeli apapun, maklum kere. Penjualnya tentu saja memakai pakaian tradisional, tapi kontras sekali dengan gawai yang mereka bawa. Sudah touchscreen bro. Bahkan beberapa rumah kecil semi permanen di desa terlihat ada parabolanya. Lebih kece lagi di gerbang masuk tersedia Wi-Fi loh. Nggak salah kok, emang zamannya sudah canggih.

Cat Cat Waterfall 

Justru jadi menarik melihat ibu-ibu di pasar bawa keranjang, pakai baju tradisional suku Hmong, dan nelpon pakai iPhone “Mbok sido titip lombok karo brambang pirang kilo?” Gawai berbasis Android di Vietnam memang nggak populer, rata-rata yang saya lihat banyak yang pakai iPhone.

Cat Cat Waterfall 

Bagi saya Sapa nothing special karena saya sebagai orang yang terbiasa tinggal di desa ya begini ini tampilannya. Sawah ladang dengan sistem terasiring memang indah dan menyihir turis-turis kota, lah di kampung saya mah bosen lihat sawah. Jalur trekking juga nggak ekstrem-ekstrem amat karena Desa Cat Cat masuk kategori biasa saja. Walau jalan ke sini naik turun meliuk-liuk dan bikin ngos-ngosan. Ada jalur trekking yang lebih ekstrem katanya, tapi karena mendung dan gerimis saya hanya trekking di Cat Cat saja. Jadi ngapain saya ke sini? Mau lihat ladang ganja, beneran ganja.

Artis hits nampang dulu

Istimewanya dari desa ini ada air terjun yang menyejukkan jiwa. Halah! Air terjunnya nggak tinggi tapi debit airnya bikin ngeri. Pengunjung dilarang mendekat, kalau mau foto ada batas amannya. Di depan air terjun ada semacam rumah yang dalamnya ada panggung hiburan.

Saya berhenti sejenak dan menikmati suguhan hiburan. Sekelompok anak muda memakai baju tradisional suku Hmong menari-nari dengan lagu Bahasa Vietnam. Walau nggak ngerti mereka menarikan apa tapi menarik untuk ditonton sampai habis sambil duduk melepas penat dan nunggu gerimis reda. Iya dari tadi gerimisnya labil kayak anak generasi micin sekarabg, dikit reda, dikit gerimis. Sampai saya capek masukin dan ngeluarin kamera ke tas. Jadilah saya tidak banyak memotret.

Hingga garis finish saya nggak menemukan ladang ganja sekalipun hiks. Apa karena saya jalan sendiri tanpa guide jadi nggak ada yang ngasih tahu di mana dan bagaimana rupa ganja tersebut hiks. Lagian kurang kerjaan banget sih nyari ganja. Emang kalau udah ketemu mau ngapain?

Balik ke hotel saya naik ojek yang banyak tersedia di pos finish. Gempor juga kalau harus jalan kaki lagi ke Sapa. Sampai Sapa malah hujan deras hiks. Hingga malam saya hanya bisa meringkuk kedinginan di dalam kamar karena hujan nggak berhenti juga. Sejak datang di Vietnam ketidakberuntungan datang bertubi-tubi. Gini amat nasib guweeeh yak huhu. Eits tunggu dulu, ini masih seupil cerita petualangan saya di Vietnam. Masih banyak cerita ketidakberuntungan yang saya alami #hlooooh

Happy traveling!

 

57 KOMENTAR

  1. Nggak nyari #CucokMeong kan di desa Cat Cat?

    Air terjunnya nggak napsuin banget ya hwhw. Dekil gitu airnya. Tapi pemandangan dari atasnya lumayan juga. Ditunggulah cerita siksaan 6 jam-nya, juga cemmana makan di sana, kena jebakan pigman apa kagak? 😀

    • Ke tempat wisata aja bayar 🙁 ya gimana lagi emang itu desa wisata ya harus bayar berarti. Lihat foto penari-penari itu gak? Nah rata-rata banyak orang berkeliaran pakai baju begituan 🙂

  2. Vietnam bagian utara ini memang berbukit-bukit dan bergunung-gunung ya. Alamnya keren, seolah-olah sejauh mata memandang cuma ada puncak gunung demi puncak gunung, dengan awan yang tebal banget dan matahari yang bersinar malu-malu. Menurut saya itu salah satu keberuntungan dan hikmah perjalananmu ke sana Mas, ketimbang terik (kemudian digampar karena nge-judge).
    Padahal berbatasan langsung dengan Tiongkok. Orang-orangnya ada kemiripan nggak sih dengan penduduk Tiongkok di sebelah utaranya itu? Payungnya sih mirip tapi payung seperti itu bukannya ada di mana saja ya, haha.
    Terus apa yang digantung dan jadi background di panggungnya? Eh saya jadi kebanyakan nanya, maafkan ya, wkwk.

    • Iyes, gunung-gunung itulah yang memecah bagian antara Vietnam dan Tiongkok. Jadi semacam pembatas alami gak pake dibangung pagar hehehe. Semuanya ada hikmah di balik rempeyek. Halah.

      Nah klo dirunut lebih dalam saya gak bakalan bisa dan hapal etnis-etnis yang tersebar di Tiongkok dan Vietnam. Tapi semenjak berabad-abad Vietnam termasuk wilayah kekaisaran Tiongkok. Dinasti Champa yang ada di Vietnam pun masih termasuk kekaisaran Tiongkok. CMIIW.

      Jadi budayanya banyak yang mirip termasuk baju dan muka-mukanya hehehe. Nah dinasti Nguyen termasuk yang besar dan citadelnya gede di Hue. Lihat arsitekturnya dan foto-foto lama pun berasa di kerajaan Tiongkok. Tunggu deh cerita saya di Hue.

      Itu yang digantung jagung kering. Kemungkinan besar cerita tariannya tentang kehidupan pertanian. Entahlah haha.

      Duh komen om Gara selalu warbiyasak 😀

  3. jauh2 ke vietname mo cari ganja, di aceh banyak mas hahahaha. klo di vietnam tuh banyaknya nguyen wkwkwkwkwk. tapi pemandangannya bagus bro sayang amat yah dapetnya pas mendung hahaha.

  4. Eh di sini juga kalau motret suku laut udah minta bayaran loh mereka. Bilangnya asuransi haha. Bagi aku yang hidup 18 tahun di dekat lautan melihat pemandangan bukit-bukit hijau begitu lumayan lah menenangkan jiwa. Meskipun kalau dibandingkan Garut ya sama baelah.

  5. weeeh, padahal aku nunggu kamu foto sama cwek2 di sana lho, mas. siapa tahu cukup bayar 2 ribuan. lumayan nambah koleksii. 😀

  6. Haduuuh, Sapa pun menangis didatangi juragan tahu :p. Langit hitam, gerimis, tapi tetep punya cerita seruuu 🙂

    Lha tapi lebih greget kalau Catcat itu bener² kampung yang banyak kucingnya. Haha

  7. Mas, kok aku suka baca ceritamu yaak. Tak follow ya..Dari dulu pengen kalo jalan” yang bener-bener trekkingan gitu..mblasak sana sini, tapi kok ya ujung-ujungnya tetap lebih sering pake guide, soalnya dah bawa anak-anak ( alesan yaak..hihihi)..Btw, makasih ceritanya..ditunggu edidi slanjutnya:)

  8. Weh, di Indonesia femes juga ya mas? Banyak yang antri tanda tangan di terminal wkwk
    Ikut-ikutan antri ah, sekalian foto bareng travel blogger hits!

    Lha kebun ganja, di Indonesia kaya e juga banyak mas? Ini sampai Vietnam mau lihat kebun ganja, malah ngga nemu. Ckck

  9. Bukit ijo nde sana mengairahkan kalbu tenan… Lah tapi kok air terjun e butek? Debit akeh mergo musim penghujan po? Lid, jan e ngarep foto-foto human interest warga lokal yang telisipan di jalan menuju obyek-obyek di Sapa, tapi kok mung foto mbak-mbak penari. Ditunggu cerita ambungan e ehh sambungane…

    • Baper ta ko klo lihat yang menggairahkan kalbu? Dari awal emang butek dan deres airnya. Ada tanda larangan turun dan mendekati air terjun. Tapi klo lihat langsung apik kok. Aduh aku ga siap klo motret dan ditodong duit. Kayak di India haha

  10. Agghhhh baca ini lgs inget bucket list sapa yg ga kesampaian sampe skr nih.. Tp aku pgnnya kesana pas january mas.. Biar dinginnya nampol wkwkwkw.. Kmrn udh rencana, kalo ke Sapa pengen sambil naik orient express train nya.. Baca dr review kereta apinya bagus walo kecil jg sih..

    Gila ihh itu airnya coklat begitu airterjunbya? Krn musim ujan kali yaaa. Jd lumpur semua… 😮

  11. Sapa.. salah satu bucket list saya juga… malah baru tau kalo ada ladang ganjanya disana.. hehehe…
    Oiya, Sapa kan udah deket perbatasan Tiongkok yak.. bener ga katanya kalo di perbatasan Tiongkok n Vietnam ga ada tembok atau apa tapi ada snipernya aja di kedua sisi? Jadi kalo ada yg trespassing langsung ditembak..

  12. tadinya aku udah semangat pas dibilangin klo ada banyak cewek suku Hmong yang lalu. pasti cantik nih klo ada fotonya.. eeeee… ternyata..

    btw, kalau ngeliat ladang ganja, bisa ke aceh aja Bang. pas ada razia besar2an, kita bisa ikutan. sebelum di cabut, boleh minta ijin foto2. tapi g boleh metik 😀

  13. Koyoke ndik kene kudu koyok wong kono ya, pakai baju tradisional, nanti kalau ada bule motret, kita minta bayaran!

    Salon payu, pengangguran berkurang. Hohoho.

  14. Waduuuh aku takut kena jebakan batman yang motret-motret orang tau-tau disuruh bayar. Lha aku opo-opo mesti tak foto. Pengabdi konten hare.

Tinggalkan Balasan ke Alid Abdul Batal balasan

Please enter your comment!
Please enter your name here